Summary : Hei, aku sudah kembali. Aku sudah ada di sini, kita akan terus bersama setelah ini. Aku pulang... Rin. Kita sudah berjanjikan untuk bersama? Kita sudah janji... Tapi kenapa sekarang... Sekarang.../"Anda siapa ya?"/Death chara maybe?/Sequel "Baby Sitter Love"/Chapter 1 : I'm back./Bacalah warningnya./RnR?

.

Disclaimer : Vocaloid bukan punya Saia. Semua chara yang ada di cerita ini bukan punya Saia. Saia hanya punya cerita ini.

.

Warning : Typo(s). GaJe. Pendeskripsian kurang. Berantakan. Dan lainnya.

.

Before She Lost

Chapter One : I'm back.

.

Don't like? Don't read, don't flames, just click back :)

.

.

.

Normal PoV

"Tadaima," gumam seorang pria berambut honey blonde yang di ikat ponytails sambil menyeret kopernya turun dari pesawat.

Iris aquamarinenya menyapu(?) pemandangan di sekitarnya, keadaan bandara pesawat. Rambut honey blondenya yang di ikat gaya ponytail berkibar-kibar(?) akibat hembusan angin yang begitu kuat layaknya angin topan.

Dia segera menyeret kopernya keluar dari bandara, dan mencari taksi.

"Apartement Sakura," ucap orang itu pada supir taksinya. Supir taksi itu langsung mengemudikan taksinya menuju tempat yang di inginkan konsumennya.

"Tunggu sebentar, aku akan kembali lagi," ucap orang itu sambil keluar dari taksi itu, kemudian masuk ke dalam apartement itu. Beberapa lama, dia kembali tanpa kopernya.

"Ke Crypton Senior Highschool Academy," ucap orang itu lagi sambil tersenyum. Setelah sampai di tempat yang di tuju, dia segera keluar dari taksi itu dan membayarnya.

Dia berjalan ke dalam bangunan itu dan menuju bagian aulanya. Yang dia tahu, hari ini adalah penerimaan kelulusan teman se-angkatannya 2 tahun yang lalu.

Dia mengintip dari balik pintu, terlihat semua teman seangkatannya sedang duduk di kursi sambil menghadap ke arah panggung, dimana kepala sekolah mereka berdiri sambil berpidato.

"... Nah, dengan ini, Saya menyatakan kalau kalian 100% lulus semua, dan mulai detik ini, kalian sudah menjadi alumni SMA Crypton Academy, selamat!" ucap kepala sekolah di bagian akhirnya dan membuat semua murid bersorak.

Setelah beberapa lama, para murid pun keluar dari aula itu. Orang yang tadi hanya menjauh sedikit dari pintu aula itu agar murid-murid dapat keluar dari ruangan itu.

"L-Len?!" gumam seorang murid saat melihat orang tadi, "Yo!" balas orang yang di panggil Len itu.

"Kau sudah pulang? Kenapa ga bilang-bilang?" tanya beberapa murid saat melihat mantan idola sekolah mereka dulu. "Hehehe.. Gomen gomen... Aku hanya ingin sedikit mengejutkan kalian," jawab orang itu.

Masih ingat dengannya? Yah, dialah Kagamine Len. Seorang pemuda dengan kisah cintanya yang agak menyedihkan.

"Mikuo!" teriak Len memanggil seorang pemuda berambut hijau tosca yang belum menyadari kepulangannya. "L-Len...?" gumam orang yang dipanggil Mikuo itu.

Hatsune Mikuo, teman Len dari kecil.

"Yo! Hehehe..." sapa Len sambil tertawa kecil. Mikuo hanya mengerjap-ngerjapkan matanya melihat bocah didepannya ini.

"Len? Kau Len, kan?" tanya Mikuo sambil memegang bahu Len. "Iya iya, aku Len, Kagamine Len, aku baru kembali dari Australia, hehehe..." jawab Len sambil tertawa kecil.

Di satu sisi, Mikuo senang Len sudah kembali. Di sisi lain, dia agak menyesal kalau Len pulang hari ini...

"K-Kenapa tidak bilang-bilang kalau k-kau mau pulang?" tanya Mikuo. "Hanya ingin sedikit mengejutkan kalian, oh ya, dimana Rin dan Teto?" tanya Len sambil melihat sekeliling, mencari pacarnya sendiri dan temannya.

"A-Ah.. I-Itu... Mereka se-" "RIN!" potong Len sambil berteriak saat melihat seorang gadis berambut honey blonde yang sedang asik mengobrol dengan temannya.

Yang di panggil hanya menoleh, Len berlari mendekati Rin dan langsung memeluknya. "Hehehe... Rindu sama Rin," gumam Len langsung.

"Len?!" panggil beberapa murid perempuan saat melihat mantan idola mereka itu. Len tidak menjawab panggilan mereka karena terlalu sibuk berceloteh ria dengan Rin.

"A-Ah.. Maaf." ucap Rin sambil melepaskan dirinya, Len menatap Rin dengan heran.

"Anda siapa ya?" tanya Rin

"M-Maksudmu...?" tanya Len balik.

Rin memiringkan kepalanya, "Saya tanya, Anda siapa ya?" ulang Rin dengan sopan.

"H-Hei.. Aku Len, masa lupa sih?" tanya Len mulai panik. Rin melepaskan tangan Len yang dari tadi masih memegang bahunya.

"Maaf Len..." ucap Mikuo tiba-tiba sambil berdiri di belakang Len. "A-Apa maksudnya ini?" tanya Len.

"Maaf... Kami tidak bisa menjaga Rin..." gumam Mikuo.

"Rin... Kecelakaan beberapa hari yang lalu. Meski fisiknya tidak terluka parah, tapi kepalanya terbentur cukup keras, dan dia... Amnesia..." jelas Teto pelan.

Len langsung diam dengan ekspresi terkejut, "B-Bohongkan?!" tanya Len. Teto dan Mikuo hanya menunduk. Len melihat ke arah temannya yang lain, semuanya juga menunduk. Ikut bersedih atas kejadian ini.

"K-Kenapa tidak bilang? Tadi pagi Rin masih mengirim pesan denganku kok," ucap Len setengah shock.

"I-Itu.. Sebenarnya bukan Rin yang membalasnya... Kami.. Minta maaf.." ucap Teto.

Semua yang ada di situ menatap ke arah lain, tidak ada yang berani langsung menatap Len.

Len sendiri.. Cukup bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"A-Ano nee... Aku tidak tidak tahu apa yang terjadi disini, karena aku tidak ingat apa-apa, tapi aku senang bisa bertemu denganmu, Len-san. Aku harus segera pergi, sampai jumpa semua." ucap Rin dan beranjak pergi.

"Kenapa kau tahu namaku?" tanya Len sebelum pergi. Rin berhenti di tempat.

Setelah beberapa detik, Rin menoleh ke belakang, "K-Karena tadi teman-teman memanggilmu dengan sebutan Len, lagipula Teto dan Mikuo, juga beberapa teman yang lain pernah membicarakanmu. Sampai jumpa," ucap Rin kemudian segera berjalan pergi.

Len hanya bisa diam di tempat, menatap Rin yang berjalan pergi.

Tidak sedikit pun kah Rin mengingatnya?

Perlahan-lahan, orang-orang disitu mulai bubar, sambil mengucapkan "Kami turut sedih, Len,".

"Maaf, Len..." ucap Mikuo sekali lagi. Len langsung berjalan pergi, meninggalkan Teto dan Mikuo yang masih di situ.

Hanya satu tujuan Len sekarang, rumah Ba-san.

TING TONG

Len menekan bel rumah Ba-san, dia ingin menanyakan ini lebih lanjut pada Ba-san, bukan pada Mikuo ataupun Teto, karena dia tahu kalau Mikuo dan Teto tidak akan menceritakan sedetailnya padanya.

"Seben..." ucap sebuah suara sambil membuka pintu rumah Ba-san.

"LEN-CHAAN?!" pekik sebuah suara melengking, itu Lenka. Anak yang membuat Len bertemu dengan Rin, umurnya sudah 6 tahun. Dia segera berlari ke pintu gerbang dan membukakannya untuk Len.

"Len-chan! Kenapa tidak bilang kalau sudah pulang?" tanya Lenka senang. Tidak ada jawaban, Len hanya menunduk dengan tatapan kosong.

"Len-chan... Sudah tahu ya soal Rin-nee...?" tanya Lenka pelan. "Kenapa.. Tidak ada satu orang pun yang memberitahuku?" tanya Len.

Lenka hanya diam, "A-Ayo masuk, Kaa-san ada di dalam," ucap Lenka. Len hanya mengikuti Lenka memasuki tempat bekerjanya dulu itu.

"Ah, Len? Sudah pulang?" tanya Ba-san kaget saat melihat Len memasuki ruang tengah. "Konichiwa, Ba-san.." sapa Len pelan. "Ah, duduklah duduklah," ucap Ba-san menyuruh Len duduk.

"Ba-san.." panggil Len. "Ya?" tanya Ba-san setelah menyuruh Lenka mengambilkan minuman untuk Len.

"Kenapa.. Tidak seorang pun yang memberitahuku soal Rin?" tanya Len pelan. Masih lumayan shock karena Rin yang tiba-tiba lupa ingatan.

Ba-san terdiam.

"Maaf..." ucap Ba-san. "Semuanya... Ji-san, Teto-chan, Mikuo-kun, Mayu-chan, Piko-kun, juga yang lainnya, tidak ada yang berani memberitahumu... Maaf..." jelas Ba-san.

"Kejadiannya juga begitu cepat... Kira-kira 4 minggu yang lalu, tepat pukul setengah 7 malam, Rin meminta ijin pada Ba-san untuk pergi membeli barang, Ji-san menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi Rin menolak, dia bilang kalau ada Teto-chan, Mikuo-kun, juga yang lainnya, jadi Ba-san mengijinkannya..." tutur Ba-san.

"Tapi beberapa jam kemudian, tidak, hanya 1 jam saja, kami mendapat telepon dari rumah sakit, kalau Rin masuk rumah sakit karena kecelakaan." lanjut Ba-san.

Di dalam hati, sekarang, tidak, sudah dari tadi Len merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Rin.

"Tapi Ba-san dan Ji-san tidak melihat satupun teman Rin disitu, baik Teto-chan maupun Mikuo-kun. Akhirnya Ba-san menelepon Teto-chan. Dan hal yang membuat Ba-san kaget, Teto-chan bilang kalau mereka tidak ada janjian apapun malam itu, begitu juga dengan Mikuo-kun dan yang lainnya. Itu berarti Rin berbohong, malam itu dia keluar sendirian." ucap Ba-san.

Len menatap Ba-san kaget.

"J-Jadi..? Rin kemana?" tanya Len.

"Ehm.. Setelah Rin selesai di periksa, dokter yang menangani Rin mengatakan Rin ada datang beberapa jam yang lalu sebelum kecelakaan itu. Rin... Dia..." ucap Ba-san terputus, Ba-san menghapus air matanya yang sudah mengumpul di ujung matanya itu.

"Rin.. Ternyata dia sudah mengetahui ini beberapa bulan yang lalu, tapi dia tidak memberitahu siapapun... Rin... Dia terkena kanker otak..." ucap Ba-san pelan.

"... B-Bohong..." gumam Len.

Ba-san mengusap air matanya, "Itu kenyataannya Len... Rin terkena kanker otak, dokter yang menangani Rin mengatakan kalau Rin sudah mengetahuinya beberapa bulan yang lalu, tapi Rin tidak mengatakannya pada siapapun... Hiks..."

"D-Dokternya juga bilang... Selain Rin terkena amnesia, umurnya juga tidak akan lebih dari beberapa tahun lagi..."

"BOHONG!" teriak Len tiba-tiba.

Ba-san menutup matanya, membiarkan air matanya mengalir lebih deras karena mengingat nasib keponakannya itu. Ba-san kemudian menggeleng,

"Ini kenyataannya Len... Memang sangat berat untuk menerimanya..." gumam Ba-san.

"Sial.." gumam Len sambil menggertakkan giginya.

Dia marah, marah kepada orang di sekelilingnya karena tidak ada yang memberitahunya sedikitpun tentang masalah ini. Marah kepada orang sekelilingnya karena tidak menjaga Rin. Marah kepada diri sendiri karena tidak bisa menjaga Rin. Marah kepada Rin karena... Rin tidak memberitahukan apa yang dia alami pada Len.

"Dokter bilang penyakit Rin masih stadium satu, itu pertanda dia masih bisa di sembuhkan dengan operasi, syukurnya belum masuk tahapan kritis. Satu-satunya syarat untuk operasi adalah Rin harus mempunyai kondisi yang cukup kuat untuk melaksanakan operasi. Hanya itu...," ucap Ba-san.

"Tapi itu cukup sulit, penyakit yang di derita Rin agak berbeda dengan yang lainnya. Rin sendiri sering merasa sakit kepala yang sangat menyakitkan, pandangannya tidak tentu, kadang dia bisa melihat, kadang tidak. Juga proses melumpuhnya anggota badan Rin akan lebih cepat daripada yang lain.. Sangat sulit untuk membuat Rin mempunyai kondisi yang stabil agar dia bisa operasi..." lanjut Ba-san.

"Tapi masih ada harapan, kan?" tanya Len. Ba-san mengangguk. "Ya, masih ada beberapa tahun untuknya. Kira-kira tiga atau empat tahun..." ucap Ba-san.

"Ba-san, dimana Rin sekarang tinggal?" tanya Len.

"Dia sudah tinggal bersama orang tuanya, tidak jauh dari sini, Ba-san akan memberikan alamatnya." ucap Ba-san sambil mengambil secarik kertas kemudian menuliskan alamat Rin.

"Rin pasti bisa sembuh kalau kau yang terus mendukungnya. Meski dia lupa ingatan sekarang, Ba-san tahu kalau dia sangat mencintaimu... Kau juga harus semangat, meski Ba-san tidak terlalu mengerti perasaan kalian, tapi Ba-san mengerti apa yang kalian alami sekarang. Kalian pasti bisa bersama terus..." ucap Ba-san. "Iya, arigatou, Ba-san. Umm, aku permisi dulu ya, aku ingin menjenguk Rin. Terima kasih banyak atas semuanya, Ba-san..." ucap Len.

Setelah berpamitan, Len langsung menuju tempat tinggal Rin sekarang.

Mulai sekarang Len bertekad akan merawat Rin, sampai kondisi Rin cukup kuat untuk menjalani operasi...

Beberapa tahun dari sekarang, yah... Sebelum dia menghilang, Len harus mengubah semuanya.

~To Be Continue~

Author's Note.

Um.. Yah... Karena ada yang meminta sequelnya, makanya Saia buat sequelnya. Dan... Gomen kalo mengecewakan.

Saia juga awalnya ga nyangka akan buat rencana death chara seperti ini.. Tapi yahh... Kita lihat saja deh akhirnya nanti.

Last, keep or delete?

Review~