Trouble Maker!
Arejelquin Present
Mingyu;wonwoo[meanie]
Desc : On-Going! Rated bisa berubah,
Wonwoo
Siapa yang percaya dengan takdir? Mungkin hampir semua orang bisa percaya dengan mudahnya, mungkin semua orang akan menerima takdir mereka selama ini. Menerima kenyataan yang terkadang bukan yang mereka inginkan—sama halnya seperti Jeon Wonwoo.
Dijodohkan—Wonwoo sebenarnya tidak ada masalah akan hal itu, tapi saat tahu pasanganmu adalah satu gender denganmu apa yang akan kau lakukan?
Berteriak marah? Merasa kesal akan takdirmu? Wonwoo benar-benar merasakannya untuk saat ini—terlebih saat tahu pasanganmu adalah seseorang yang kau benci.
Hal ini benar-benar membuat pemuda berwajah emo itu frustasi dengan segenap hati dan jiwanya. Inginnya berteriak dan meluapkan amarah dalam satu tarikan nafas, tapi semua itu terkubur dalam-dalam saat Kim Mingyu mulai melakukan banyolan garingnya dihadapan semua orang.
"Kau tahu? Wonwoo akan menjadi pasangan hidupku!"
Ia mendeklarasikan kepemilikannya, Jeon Wonwoo adalah milik Kim Mingyu seorang, dan bocah tinggi dengan kedua taring itu mengatakannya dengan sangat mudah, tanpa beban dan juga sangat tidak tahu malu. Ia mengatakannya disaat rapat BEM seperti ini, didepan semua orang yang benar-benar membuat Jeon Wonwoo ingin masuk kembali ke dalam rahim ibunya.
Cowok berambut hitam berantakan tersebut masih berkicau didepan sana, menceritakan bagaimana hal itu terjadi didepan teman-temannya yang sama konyolnya, bahkan terkadang ada beberapa orang yang melemparkan candaan yang sangat tidak lucu padanya. Jadi siapa yang patut disalahkan disini?
"Ya, ia akan menjadi pasangan hidupku. Tapi mana mungkin aku bisa mencintainya, aku bukan pecinta sesama jenis," nada penuh sindiran terdengar. Jeon Wonwoo tersedak, orang-orang didalam ruangan itu bertepuk tangan heboh dan para cewek-cewek pecinta Kim Mingyu segera berteriak keras dan memekik girang.
Tapi siapa yang tahu kalau kedepannya perkataannya adalah sebuah kebohongan?
Mencelos dan benar-benar menohok tepat pada hatinya. Jeon Wonwoo tersenyum samar, ia masih duduk pada kursi disana, didepan sebuah meja panjang dimana meja itu selalu digunakan pada saat rapat BEM.
Wonwoo terdiam, ia mengerti, sangat mengerti. Didalam hati Jeon Wonwoo mengumpat penuh sumpah serapah, memangnya Mingyu pikir hanya cowok berandalan itu yang masih menyukai cewek? Jeon Wonwoo juga bahkan masih menyukai seorang cewek dengan dada yang besar.
Ia berpikir, kenapa ia bisa menyetujui perjodohan sialan itu dengan mudah? Tanpa menolak sama sekali? Kepalanya benar-benar terbentur, ia benar-benar menyesal kenapa bisa menerimanya tanpa berpikir lebih dulu.
Lagipula usul siapa yang menempatkan mereka agar bisa tinggal satu atap?
Kim Mingyu, tentu saja.
Ia masih ingat perkataan yang dilemparkan Mingyu kepada kedua orangtua mereka dengan sangat mudah : Kupikir tinggal satu atap tidak buruk, kita bisa saling mendekatkan diri. Aku benar-benar berharap kalian semua menyetujui usulku yang satu ini.
Sialan.
Mingyu
Hampir saja tawanya lolos saat melihat raut wajah cowok bermarga Jeon yang terduduk kaku disisi kanannya, kedua mata tajam tersebut mengerling padanya, terlihat kesal sekaligus murka. Lagipula ia hanya mengatakan isi hatinya yang sebenarnya 'kan?
Ia masih menyukai wanita namun disisi lain ia juga akan menjadi pendamping hidup dari Jeon Wonwoo. Mungkin ada saatnya Mingyu untuk segera menutup mulutnya dan bertekuk lutut pada cowok emo tersebut.
Tapi siapa peduli? Untuk saat ini bahkan Mingyu masih berkencan dengan beberapa wanita diluar sana, brengsek? Katakan itu dengan sangat keras tepat ditelinganya kalau kau memang berani, "ini hidupku, kenapa kau yang susah?" mungkin kata-kata itu yang akan dikatakan Mingyu dengan penuh nada sinis.
Satu langkah ia lempar, mendekat secara perlahan pada cowo bermarga Jeon disana. Orang-orang diruangan yang tidak terlalu luas tersebut kini sudah sibuk sendiri, memainkan ponsel dan juga saling bercanda. Sangat berbeda dengan Wonwoo yang masih menekuk wajahnya dalam-dalam, masih tidak menyadari bahwa Kim Mingyu sedang berjalan mendekat padanya.
Satu cubitan terasa, Wonwoo mendelik tajam dengan desisan yang terlontar. Kim Mingyu baru saja mencubit pipi sebelah kanannya dengan tidak berperikemanusiaan. Tidak terlalu sakit sih, hanya Wonwoo nya saja yang alay.
"Kita keluar."
"Siapa kau menyuruh-nyuruhku?" Wonwoo berkata sinis dan menepis jari-jari panjang milik Mingyu yang masih setia menjepit bagian pipinya, cowok tinggi dengan gigi taring yang sangat terlihat kentara itu menyeringai, dan Wonwoo benar-benar melihatnya dengan sangat jelas.
"Seminggu lagi, aku akan menjadi suamimu kau tahu?" Kim Mingyu melengos keluar setelah mengatakannya, tentunya dengan nada yang benar-benar mengejek.
Sialan. Wonwoo merasa harga dirinya turun hingga keujung bumi.
Kim Mingyu memang brengsek, tapi semuanya dapat melebur hilang saat tahu betapa romantisnya cowok itu pada semua orang—entah itu cewek cantik dengan kaki yang jenjang dan juga dada yang besar atau juga pada cowok manis diluar sana.
Mingyu bahkan tidak peduli dengan semua itu, yang ada dikepalanya hanyalah bersenang-senang. Mingyu benar-benar tidak peduli, kalaupun ia peduli pasti orang-orang akan memandangnya dengan tampang bodoh dan juga tidak mengerti. Sejak kapan Mingyu peduli dengan hal-hal tidak penting seperti itu?
Helaan nafas terdengar. Ia benar-benar keluar dari ruangan yang penuh sesak tersebut. Meninggalkan Jeon Wonwoo didalam sana yang pastinya dongkol setengah mati. Tapi bukankah sudah kukatakan, kalau Mingyu benar-benar tidak peduli akan hal itu.
Seminggu lagi pesta pernikahan atau mungkin pertunangan akan dilangsungkan, dan Mingyu benar-benar terlihat biasa saja, ia bahkan masih berkencan dengan cewek rambut panjang dan berpipi tembam adik kelasnya. Lucu sekali, dan Wonwoo juga bahkan tidak peduli akan hal itu.
"Kupikir aku yang memang harus berada diatas nanti," ia mengatakannya dengan aksen yang menyebalkan dan berjalan meninggalkan koridor lantai satu, berlari dengan cepat tatkala seseorang yang harus dijumpainya sudah berdiri ditribun penonton lapangan basket outdoor disana.
"Halo sayang, menungguku ya?"
Decihan terdengar, Mingyu tersenyum hangat. Cowok kecil dengan warna rambut yang terlihat mencolok tersebut mendelik sinis, mengabaikan Mingyu yang masih tersenyum hangat dan hendak menggapai sebelah pipinya yang bulat dan merah.
"Jangan menyentuhku sialan, kau telat lima menit."
"A-ah kau tahu.. yah aku cukup sibuk jadi—"
"Sibuk mendeklarasikan kalau cowok jelek itu akan menjadi pendampingmu ya?" Mingyu tersedak ludahnya sendiri, tersenyum kikuk dan menarik tangan Lee Jihoon untuk duduk dikawasan yang tidak terlalu panas, mendekat pada tribun paling atas dan juga paling pojok.
"Jihoon hyung, aku tidak mencintainya."
"Katakan itu pada batman Kim Mingyu, kau baru saja berselingkuh? Cukup dua wanita yang baru saja kau tembak kemarin malam!" satu tamparan telak mendarat, seiring dengan desisan tajam dari seorang Kim Mingyu. Lee Jihoon beranjak berdiri dan melangkah pergi dari sana, meninggalkan Mingyu yang diam-diam mengulas seringai miliknya.
Mingyu mengelus rambut hitam berantakannya keatas, membuat gerakan yang benar-benar terlihat keren dari pandangan beberapa cewek dengan make up tebal diujung sana.
"Yah, satu tamparan bahkan tak terasa sakit. Kau akan menyesal menamparku Lee Jihoon."
..::::..
Wonwoo
Cowok berwajah emo tersebut merunduk lemas, kepalanya sudah terjatuh pada beberapa tumpuk buku diatas meja disana. Sedangkan wajah putih bersih tersebut benar-benar terlihat pucat—sangat kentara perilaku malasnya yang tiba-tiba muncul seperti ini. Wonwoo terdiam didalam perpustakaan yang benar-benar terlihat sepi, tidak banyak orang yang datang kesini, kecuali mungkin saja mahasiswa yang benar-benar rajin untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosennya, atau mungkin juga perpustakaan yang penuh dengan rak buku besar seperti ini digunakan untuk berciuman dibalik rak-rak besar tersebut.
Dan Wonwoo benar-benar melihat cowok yang mengaku akan menjadi suaminya seminggu lagi—ia benar-benar ingin muntah mendengarnya—sedang berciuman dibelakang rak perpustakaan dengan sangat-sangat menikmati.
Rasanya Wonwoo ingin melempar beberapa buku ensiklopedia pada wajah Kim Mingyu disana.
"Sialan."
Kepalanya semakin tertunduk, malas melihat keadaan sekitar. Mingyu benar-benar tidak tahu tempat, untungnya yang ditunangkan dengan Mingyu adalah cowok emo yang benar-benar judes, pemarah dan pendiam sepertinya. Bagaimana kalau yang menjadi tunangan Kim Mingyu adalah seorang cewek dengan wajah yang penuh make up, manja dan sangat sensitif? Ia yakin, Kim Mingyu tidak dapat hidup lebih dari seminggu.
"Dasar tidak tahu tempat, di appartement saja bocah itu masih menelpon para cewek sialan miliknya? Yang benar saja!" gerutuan terus terlempar, tidak biasanya Wonwoo banyak bicara, terlebih menggerutu dan mengeluarkan perkataan kasar seperti ini.
Ini benar-benar bukan seperti dirinya. Jeon Wonwoo adalah cowok dengan style yang benar-benar kalem dan tidak ribet. Tapi coba lihat sekarang, ia benar-benar terlihat seperti cewek yang cemburu karena pacarnya sedang berselingkuh dengan cewek lain—eh.
Ia memukul kepalanya keras-keras dengan buku catatan berwarna putih tersebut. Hingga tak lama kemudian sebuah lengan baru saja menghentikan kagiatan yang benar-benar terlihat absurd tersebut.
Jeon Wonwoo terdiam tatkala ada sebuah hela nafas yang menyapa bagian tengkuknya.
"Dasar bodoh. Menyakiti diri sendiri?"
Cowok yang mengaku bernama Kim Mingyu baru saja terkekeh dan berpindah duduk tepat dihadapannya. Jeon Wonwoo mendesis tajam dan menatapnya datar, sama sekali tidak berminat untuk tersenyum hangat.
"Kalau kau amnesia, Tuan dan Nyonya Jeon akan membunuhku kau tahu?" Mingyu mengambil beberapa catatan milik Wonwoo, ia berbicara tanpa melihat wajah Wonwoo yang benar-benar sudah memerah menahan gejolak amarah. Hey! Cowok bertaring itu baru saja berciuman dibalik rak buku dan langsung menyapanya seperti ini tanpa ada rasa bersalah?
Tapi Wonwoo benar-benar tidak peduli.
"Kalau begitu kau pasti mati. Lagipula aku tidak peduli."
"Waw, perkataanmu tajam sekali ya," setelah membalik beberapa lembar catatan Wonwoo yang penuh dengan tulisan yang sangat membuatnya pusing. Kim Mingyu menutup catatan tersebut dan berbalik menatap Wonwoo yang kini masih menatapnya datar dan kesal, wajah emonya terkadang membuat Mingyu ingin menggigitnya dengan gemas.
"Kita pulang, aku akan membelikanmu sup tofu," satu tarikan pada lengannya cukup membuat Wonwoo memekik keras, Mingyu baru saja beranjak dan memegang lengannya dengan sangat erat. Wonwoo hanya diam tanpa berkata apa-apa, setelah sebelumnya membereskan beberapa tumpuk buku dimeja berwarna kuning tersebut, keduanya langsung pergi meninggalkan perpustakaan dengan langkah yang benar-benar terlihat santai.
Wonwoo bahkan tidak menolak. Ada apa dengannya? Trouble Maker sialan!
TO BE CONTINUED;P
A/N : Cerita baru, hidup baru /nda
Tertarik? silahkan beri respon review/fav/follow. Entahlah aku jadi makin kesensem sama Mingyu akibat mimpi dia jadi Servant[? T.T ganteng banget tapi dia musnah kek debu waktu disentuh, dan entahlah bangun-bangun udah mewek aja[? :'v
Ada yg bisa nebak chap depan kaya gimana? :'v wkwk
Silahkan beri review, jangan jadi hantu ya (^)
