My Life
Title : My Life
Cast : Kim Jongin, Kim Minseok, Oh Sehun and Xi Luhan
Suport Cast : Lee Donghae, Cho Kyuhyun and ETC
Pairing : HunKai/SeKai, LuMin/XiuMin
Genre : Brothership, Romance, Sad(sedikit), Drama
Rated : T – G
Disclaimer : Cerita ini murni milik saya.
-oo00oo-
Terlihat 2 namja manis sedang berjalan di udara yang sangat dingin ini. 2 namja manis itu bernama Kim Minseok dan Kim Jongin. Kim Minseok adalah namja manis dengan pipi yang chubby dan berkulit putih, sementara Kim Jongin adalah namja manis yang memiliki kulit tan. Kim Minseok dan Kim Jongin umurnya terpaut 12 tahun, Minseok 17 tahun dan Jongin 5 Tahun.
Saat ini mereka masih berjalan di tempat khusus pejalan kaki. Minseok berjalan sambil memegang lembut tangan Jongin dan juga menarik koper yang berisi pakaian miliknya. Sementara Jongin, namja kecil yang sedang berjalan kaki itu, memeluk boneka beruang sambil memegang tangan hyungnya dengan lembut.
MinSeok POV
Hhhaaa~
Aku menghelas nafasku dengan perlahan dan kumpulan uap putih pun terlihat saat aku melakukan hal tadi.
Saat ini aku sedang berjalan kaki dengan dongsaengku yang bernama Jongin di pingiran jalan. Kami berdua, baru saja di usir oleh ibu tiri kami dari rumah. Ibu kandungku sudah meninggal 4 tahun yang lalu karena memiliki lemah jantung yang memang sudah cukup parah dan hal itulah yang membuat appa menikah lagi dan kami mendapatkan ibu tiri.
Appa juga sudah meninggal beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan, dan sekarang harta peninggalan dari appa dan eomma sudah di ambil sama ibu tiri, dan kami pun di usir dari rumah.
Aku tidak tau mau membawa dongsaengku pergi kemana. Aku hanya membawa beberapa uang tabunganku saja tadi, karena sebelum aku mengambil semuanya, ibu tiri ku mengambilnya.
Aku menatap dongsaengku yang tingginya hanya beberapa centi dari ukuran kakiku. Aku mantap sedih kearahnya, aku merasa bersalah kepadanya, tidak seharusnya dia merasakan hidup yang seperti ini.
Aku berhenti jalan dan membuatnya juga ikut berhenti. Dia menatapku dengan bingung, tapi ku balas dengan senyuman lembut kearahnya. Aku mensejajarkan tubuhku dengan tubuh kecilnya itu.
Aku merapat jaket yang saat ini sedang di gunakannya supaya tidak ada hawa dingin yang menerpa tubuh kecilnya itu. "hyung~, kita mau kemana? Kenapa kita tidak kembali kerumah? Jongie sudah kedinginnan hyung" ujarnya sambil menatapku dengan mata sayunya.
Aku bingung ingin menjawab apa dengan dongsaengku ini. segera ku gendong tubuh kecilnya itu dan mengelus kepalanya dengan lembut. Tidak ada gunanya juga aku berkata bohong padanya, dia juga harus tau keadaan kami sebenarnya.
"Jongie, kita tidak mungkin bisa kembali kerumah lagi, karena eomma tiri kita sudah mengusir kita Jongie" ujarku dengan lembut. Jongin menatapku dengan pandangan sedihnya. "jadi sekarang kita mau tinggal dimana hyung?"
Haa~, aku menghela nafas. Aku juga bingung sekarang kami mau tinggal dimana. Uang tabunganku tidak akan cukup jika menyewa sebuah rumah.
Aku tersenyum pahit kearah Jongin dan mengelus kepalanya dengan lembut. "hyung akan mencarikan rumah untuk kita tinggal, ne. Sekarang, Jongie tidurlah, hyung akan menggendong Jongie" dia menganggukkan kepalanya dengan patuh.
Aku mengambil boneka yang sedari tadi di pegangnya dan dia pun mulai memeluk leherku dengan erat. Aku mulai berdiri dan kembali berjalan sambil menarik koper.
Minseok Pov End
-oo00oo-
Malam semakin dingin, dan sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Minseok sedang duduk di sebuah ayunan yang ada ditaman sambil memangku Jongin yang saat ini sedang tertidur. Koper yang berisi baju mereka juga di letaknya di sebelahnya.
Minseok bingung, mau di mana mereka tidur malam ini? tidak mungkin mereka tidur di taman ini, saat udara malam sangat dingin apa lagi sekarang sedang musim dingin. bisa – bisa penyakit Jongin akan kambuh.
Minseok menghela nafasnya perlahan. Dia mengalihkan pandanganya ke arah langit malam yang entah kenapa tidak berhias bintang mau pun bulan. 'Tuhan, kenapa kau memberi ujian kepadaku dan dongsaenku seperti ini? ini terlalu berat untuk kami hadapan Tuhan'- batin Minseok sedih.
Lama Minseok duduk di ayun tersebut, sampai di mulai merasa mengantuk. Tangan Minseok yang sedari tadi mengelus kepala Jongin, perlahan mulai bergerak dengan pelan. Minseok menyandarkan tubuhnya di besi untuk menopak tubuhnya.
Sedikit demi sedikit, Minseok menutup matanya. Dia tidak perlu takut dengan kopernya hilang atau yang lain, karena dia yakin tidak akan ada orang yang mau dengan koper mereka yang terlihat buruk, dan bahkan tidak layak dipakai itu.
Akhirnya Minseok tertidur, dan tangannya yang sedari tadi mengelus kepala Jongin pun menjadi berhenti dan memeluk tubuh kecil Jongin.
Mereka pun tertidur ditaman dengan di temani oleh udara dingin dan sebuah jaket tebal yang menutup tubuh mereka.
-oo00oo-
Minseok Pov
Aku membuka mataku perlahan – lahan. Pertama kali yang kulihat adalah sebuah cahaya putih yang menerpa mataku. Aku menutup sedikit mataku untuk menghalau cahaya itu supaya tidak terlalu menerpa mataku.
"hyung, hyung, kau sudah bangun"
Jongin? Aku membuka mataku dan melihat Jongin yang berdiri di hadapanku dengan wajah yang tersenyum dengan manisnya kearahku.
"kenapa kau lama sekali bangunnya hyung? aku sedari tadi menunggumu supaya bangun" ujarnya sambil mempoutkan bibirnya.
Aku bingung ingin berkata apa. Aku hanya diam saja tanpa menjawabnya sama sekali. Aku mengulurkan tanganku kearah wajahnya. Entah kenapa aku melakukan hal aneh itu. 'dia nyata?' Itulah pikiran bodoh yang pertama kali muncul di pikiranku.
Tentu saja dia nyata, dia kan masih hidup.
Aku melihat kesekeliling tempatku berada saat ini. ruangan ini semuanya putih tanpa ada apa pun disini, dan aku baru sadar ternyata aku dan juga Jongin juga sedang memakai baju berwarna putih.
"hyung, kau pasti bingung kita akan dimana kan?" tanyanya dan aku balas dengan anggukkan kepala. "aku juga bingung kita berada di mana, saat aku bangun, aku juga berada disini. Tapi aku senang hyung berada disini, karena disini ada appa dan juga eomma. Ah, Itu mereka"
Jongin menunjuk dua orang paru baya yang saat ini sedang menatapku dan tersenyum kearahku. Mataku rasanya sedikit kabur karena mataku sedang memendung air mata yang ingin turun.
Jongin segera berlari kearah kedua namja paruh baya itu dan Jongin langsung di gendong oleh namja paruh baya. Appaku.
Aku segera berdiri dan berjalan menuju ke tempat Eomma dan Appa sekarang.
"Minseok-ah"
Sudah lama aku tidak mendengar eomma memanggil namaku seperti itu. "eomma" aku memeluk eomma ku dengan erat. Aku benar – benar merindukannya.
"kau merindukan eomma, eoh?"
Aku menganggukkan kepalaku. Aku semakin mengeratkan pelukkanku kepada eomma. Pelukkan eomma tetap seperti dulu, hangat.
"eomma juga merindukanmu Minseok"
Aku tersenyum senang dengar ucapan eomma.
Aku melepaskan pelukkanku dan menatap eomma dan appa bergantian. "kita ada di mana eomma? Kenapa di sini hanya ada warna putih?"
Eomma mengusak rambutku, lalu bergantian dengan appa. Mereka berdua tersenyum kearahku, tidak lupa Jongin juga tersenyum kearahku. Aku semakin bingung sekarang, sebenarnya kami berada dimana?
"belum saatnya kau tau Minseok-ah" eomma berujar lembut kepadaku.
"kami menjumpaimu disini karena ada yang ingin kami katakan" sekarang giliran appa yang berujar kepadaku.
"ingin mengatakan apa, eomma, appa?" tanyaku bingung. Aku menatap mereka secara bergantian.
"eomma dan appa, hanya ingin bilang, bahwa... mulai saat ini eomma dan appa akan membawa Jongin bersama kami"
Deg
"ne hyung. mulai saat ini aku akan ikut dengan appa dan eomma"
Aku mengalihkan pandanganku kearah Jongin yang sedang tersenyum bahagia.
"eo...eomma bohongkan? Kenapa Jongin harus ikut dengan eomma dan appa? Lalu aku dengan siapa nanti?"
Mataku memanas. Dapat kurasakan, air mata yang mulai menumpuk di mataku yang ingin segera turun.
"eomma tau, selama ini kau pasti kesusahan untuk menjaga Jongin, apalagi setelah kalian di usir oleh ibu tiri kalian"
Eomma mengelus kepalaku dengan lembut. Aku memang senang saat eomma mengelus kepalaku, tapi, bukan seperti ini yang aku inginkan.
"tidak... tidak eomma. Aku tidak merasa keberatan menjaga Jongin, eomma. Jongin adikku, sudah sewajarnya aku menjaganya"
Air mataku mulai turun dari pipiku. Aku menatap kearah eomma dan appa dengan pandangan memohon.
Tangan appa terangkat dan segera menghapus air mataku yang turun di pipiku.
"kami tau itu Minseok-ah. Tapi, Jongin tetap harus ikut dengan appa dan juga eomma Minseok-ah. Appa juga minta maaf, sudah membuatmu mengalami hidup yang sulit setelah appa meninggal Minseok"
Air mata yang tadinya di hapus appa di pipiku, kembali mengalir lagi, bahkan lebih deras dari yang tadi.
"tidak... kumohon, jangan bawa Jongin sama kalian, hiks... Biarkan Jongin samaku, aku pasti akan menjaga dan merawatnya dengan baik hiks hiks"
Aku mulai terisak. Aku tidak sanggup, benar – benar tidak sanggup jika harus hidup tanpa Jongin.
"maafkan kami Minseok, tapi Jongin harus tetap dengan kami. Kami janji, suatu saat nanti, setelah waktunya tiba, kami juga akan mengajakmu disini"
Aku menggelengkan kepalaku dengan kerasnya "tidak eomma, tidak. Biarkan Jongin denganku, aku tidak mau sendirian eomma"
Aku menundukkan kepalaku, membiarkan air mataku yang semakin derasnya turun dari kedua mataku.
"hyung"
Aku mengangkat kepalaku dengan perlahan dan menatap kearah Jongin.
"Jongin minta maaf, karena sudah tidak bisa bersama hyung lagi. tapi, hyung percayalah, Jongin akan selalu ada dalam kehidupan Minseok hyung, karena Jongin yakin Jongin selalu ada di hati hyung"
Aku diam, tidak tau harus merespon bagaimana perkataan dongsaengku tadi.
"jadi mulai sekarang, biarkan Jongin bersama appa dan eomma dan hyung harus ingat, kalau hyung harus hidup dengan bahagia bila Jongin sudah tidak ada di samping hyung"
Air mataku semakin deras keluar.
Bagaimana aku bisa bahagia, jika kebahagianku ada bersama Jongin?
"eomma yakin, kau pasti bisa bahagia Minseok-ah, eomma yakin. Dan ingatlah, jika saatnya sudah tiba eomma, appa dan Jongin berjanji akan menjemputmu disini. Ingatlah itu Minseok-ah"
Aku hanya diam sambil sesegukkan.
"eomma menyayangimu Minseok-ah"
Eomma memelukku dengan erat.
"appa juga menyayangimu Minseok-ah" appa pun ikut memelukku dan di ikuti Jongin yang entah sejak kapan sudah turun dari gendongan appa.
"Jongin juga menyayangi Minseok hyung"
Perlahan aku merasakan jika mereka melepaskan pelukkan mereka.
"kami harus pergi sekarang Minseok-ah, sampai jumpai lagi"
Aku mengangkat kepalaku dan melihat mereka yang perlahan mulai pergi meninggalkanku. Jongin berada di antara Eomma dan appa, dengan kedua tangannya yang di genggam oleh appa dan eomma.
Kulihat Jongin membalik badannya. Dia melepaskan genggaman tangan Eomma lalu melambaikan tangan kearahku sambil tersenyum dengan indah.
Semakin lama, bayangan mereka semakin menghilang.
"JONGIN-AH... JANGAN TINGGALKAN HYUNG"
"JONGIN-AH..."
"KIM JONGIN, hiks, hiks"
Minseok POV End
...
"Jongin-ah..."
Minseok tersentak dari tidurnya. Nafasnya terdengar sangat memburu, setelah terbangun dari mimpi buruknya. Dia mengalihkan pandangannya kearah Jongin yang masih ada di pelukkannya sambil tertidur dengan nyenyaknya.
Minseok tersenyum melihat bahwa dongsaengnya masih ada bersamanya.
Minseok menghapus pipinya yang terasa basah. Sepertinya dia benar – benar menangis seperti yang di mimpinya tadi.
"berjanjilah untuk tidak meninggalkan hyung, Jongin-ah. Berjanjilah"
Minseok mengeratkan pelukkannya kepada Jongin.
Lama Minseok memeluk Jongin, sampai dapat dirasakannya bahwa dada nafas Jongin memburu dengan sangat cepatnya.
Minseok melepaskan pelukkannya dan melihat kearah Dongsaengnya, yang ternyata wajahnya sudah terlihat sangat pucat.
"Ya Tuhan, Jongin, kamu kenapa saeng?"
Minseok panik. Dia tidak tau, apa yang terjadi dengan Jongin. Dia pun segera mengeratkan jaket yang di pakai Jongin pada tubuhnya.
"Jongin-ah, tolong jangan buat hyung takut"
Air mata Minseok kembali mengalir di pipinya. Minseok tidak bisa berpikir dengan tenang. Dia benar – benar panik sekarang.
"rumah sakit, ya, aku harus membawa Jongin kerumah sakit"
Minseok segera berdiri dan mengambil koper yang sedari tadi berada di bawa kakinya. Dia segera berlari kerumah sakit yang terdekat dengan mereka saat ini. dia tidak peduli bagaimana membayarnya nanti, yang dia mau hanya adiknya tidak tersiksa seperti ini.
Lama Minseok berlari, akhirnya dia sampai di rumah sakit. Dia berteriak – teriak memanggil suster dan dokter yang ada di sana untuk menolongnya. Seorang suster datang sambil membawa katil dorong dan Minseok segera membarikan dongsaengnya ke katil itu dan mereka segera mendorong katil itu menuju UGD.
"maaf, tuan tidak bisa ikut kedalam. Tuan harus menunggu diluar"
Minseok menganggukkan kepalanya. Sampai di lihatnya seorang namja dengan baju khas dokter berjalan kearahnya
"uisanim, kumohon, selamatkan dongsaengku, kumohon" ujar Minseok kepada dokter itu
"kami akan berusaha semampu kami tuan" ujar dokter itu sebelum akhirnya berjalan masuk kedalam ruangan UGD itu.
Pintu ruangan UGD itu pun tertutup. Minseok menyandarkan badannya ke dinding dan merosot jatuh. "Tuhan tolong selamatkan dongsaengku" do'a Minseok.
Minseok takut, apa yang ada di mimpinya akan terjadi sekarang. Sungguh, dia tidak sanggup untuk kehilangan Jongin. Benar – benar tidak sanggup. Air matanya sedari tadi tidak berhenti sama sekali.
Lama Minseok diam sambil menunggu di depan ruang UGD itu, bahkan para suster dan juga pengunjung yang datang melewatinya sudah tidak di hiraukannya lagi. jejak air mata pun sangat terlihat jelas di pipinya.
"apa yang sedang kau lakukan disini?"
Minseok mengangkat wajahnya dan melihat seorang namja manis yang terlihat sangat cantik sedang berdiri di hadapannya sambil menggendong seorang namja kecil yang sepertinya seumuran dengan Jongin yang sedang tertidur.
Minseok segera berdiri dan menghapus jejak air matanya yang sudah mengering. Dia membungkukkan badannya sesaat untuk tanda hormat kepada orang yang lebih tua darinya.
"aku sedang menunggu dongsaengku yang ada di ruang UGD, ajumma" jawab Minseok dengan wajah sedihnya.
"sebaiknya kita duduk di bangku itu dulu. Tidak baik duduk disini, karena banyak orang yang melewatimu nanti" ujar namja manis itu dengan ramah. Minseok hanya menurutinya saja dan berjalan ke arah bangku yang memang sudah di sediakan sambil membawa kopernya.
"apa yang sebenarnya terjadi dengan dongsaeng kamu?"
"aku tidak tau ajussi, saat aku tersentak bangun tidur, aku melihat dongsaengku yang sudah pucat dan terlihat dadanya sesak"
Namja manis itu mengusap bahu Minseok berniat untuk menguatkan Minseok. "sabarlah, ajussi yakin dongsaengmu akan baik – baik saja"
Senyuman cerah terlihat di wajah Minseok. "gamsahamnida, mudah – mudahan yang di bilang ajussi benar"
"ne. Oh ya, panggil saja ajussi dengan Donghae, dan tolong panggil saya ajumma, sebeb saya adalah seorang ibut dari anak yang sedang tidur ini"
Wajah terkejut sangat terlihat jelas dari wajah Minseo "ba...baiklah Donghae A..ajumma, naega Minseok imnida, Kim Minseok" ujar Minseok dengan gugup saat awal berbicara.
Donghae tertawa saat melihat Minseok yang sangat gugup sangat mengucapkan 'ajumma' untuk memanggil dirinya. "hahaha, tidak usah segugup itu Minseok-ah, lagian sudah banyak namja yang menjadi seorang ibu"
Setelah Donghae tertawa tadi, terjadi keheningan antara Minseok dan Donghae.
"oh ya, Minseok-ah, dimana orang tau mu? Kenapa ajumma tidak melihatnya sama sekali?"
Minseok menundukkan kepalanya. Dia sedih jika sudah mengingat orang tuanya yang sudah meninggal. "mereka sudah meninggal Donghae Ajumma"
"oh, maafkan ajumma. Ajumma tidak bermaksud untuk melukai hatimu"
Minseok menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil kearah Donghae. "Gwenchana ajumma, gak usah merasa bersalah begitu ajumma"
Donghae membalas senyumana Minseok dengan manis. "kalau ajumma boleh tau, orang tua kamu meninggal gara – gara apa?"
"eomma ku meninggal karena eomma memiliki lemah jantung yang sudah cukup parah, sementara appa meninggal karena kecelakaan"
"ajumma turut berduka cita, Minseok-ah" Minseok menganggukkan kepalanya. "gomawo, ajumma"
"lalu sekarang kalian tinggal dimana?"
"kami... sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi ajumma... sebelum appa meninggal, appa sempat menikah dengan seorang yeoja yang menjadi ibu tiri kami. Tapi, kami baru saja di usir olehnya dari rumah kami sendiri ajumma"
Donghae merasa sedih setelah mendengar cerita Minseok. Dia ingin membantu Minseok, karena bagaimana pun, Minseok dan dongsaengnya membutuhkan bantuan untuk mereka hidup.
Lama terjadi keheningan, sampai akhirnya dokter yang berada di ruangan UGD itu pun keluar. Minseok segera berdiri dan berjalan menghampiri sang dokter, sementara Donghae hanya duduk sambil tersenyum melihat dokter yang sangat di kenalnya itu.
"uisanim bagaimana keadaan dongsaeng saya?" tanya Minseok kepada sang dokter.
"sebaiknya kita bicarakan masalah ini di ruangan saya"
Minseok hanya menganggukkan kepalanya. Dia berjalan mengikuti sang dokter di belakang menuju keruangan sang dokter, yang di ikuti oleh Donghae di belakangnya.
"sebaiknya anda duduk dulu"
Minseok segera mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan sang dokter sementara Donghae mendudukkan dirinya disofa dan membaringkan anaknya di sofa yang cukup panjang.
"sebenarnya apa yang terjadi dengan dongsaeng saya uisanim?" tanya Minseok setelah duduk di hadapan sang dokter.
"sebelum saya memberi tau apa yang terjadi dengan dongsaeng kamu, saya ingin bertanya sesuatu. Apa dari keluarga anda ada yang memiliki lemah jantung?"
Minseok menganggukkan kepalanya. "ne, eomma saya dulu terkena lemah jantung" jawab Minseok.
Oh Kyuhyun, nama yang tertera di atas meja dokter itu menganggukkan kepalanya. "mungkin itu lah penyebabnya" gumam Kyuhyun yang membuat Minseok mengernyitkan keningnya.
"sebenarnya apa yang terjadi uisanim?"
"saya harap, kamu tabah untuk mendengar berita ini"
Seketika rasa cemas langsung menghampiri Minseok.
"penyakit yang di alami eomma kamu, menurun kepada dongsaengmu"
Rasanya dunia ini berhenti berputar sesaat. "ba..bagaimana bisa?"
"kebanyakkan orang yang terkena penyakit jantung, akan menurunkan penyakitnya ini kepada keturunannya, dan salah satu penderitanya adalah ibu kamu dan dia menurunkan penyakit"
Minseok hanya diam tidak bisa berkata apa pun.
"saya harap kamu bisa menjaga pola makan dongsaeng kamu, dan jangan buat di terlalu lelah, atau jantungnya tidak akan bisa bekerja sebagaimana seharusnya"
"ne uisanim. Kalau begitu saya permisi dulu"
Kyuhyun menganggukkan kepalanya. "oh ya satu lagi" Minseok membalikkan badannya dan menghadap kearah Kyuhyun. "dongsaeng kamu tidak tahan dengan dingin, tolong usahakan untuk membuat tubuhnya selalu hangat dan itu juga salah satu pemicu penyakitnya bisa kambuh"
"ne uisanim, saya mengerti. Saya permisi" dan Minseok pun pergi meninggalkan ruangan itu menuju ketempat dongsaengnya berada.
Donghae yang sedari tadi ada diruangan itu pun menghampiri Kyuhyun. "apa benar dongsaengnya lemah jantung?" tanya Donghae sambil mendudukkan dirinya di hadapan Kyuhyun.
"ya, seperti yang kau dengar tadi Donghae-ah, dongsaengnya memang memiliki lemah jantung"
Raut wajah Donghae langsung terlihat muram. "ada apa? Apa kau mengenal anak itu?"
Donghae segera menganggukkan kepalanya. "ne, dia bernama Minseok. Kedua orang tuanya sudah meninggal, dan mereka juga sudah di usir dari rumah mereka oleh ibu tiri mereka"
"lalu?"
"apa kau tidak kasian melihat mereka? mereka juga sudah tidak ada tempat tinggal sekarang Kyu, dan aku yakin mereka juga tidak memiliki uang untuk menutupi biaya rumah sakit ini"
"lalu kau ingin aku melakukan apa chagi?"
"Kyu, apa kau mau memberikannya pekerjaan disini? Setidaknya dia memiliki penghasilan untuk kehidupannya dan dongsaengnya"
Kyuhyun terlihat berpikir sesaat.
"ehm... baiklah, aku akan memberikannya pekerjaan sebagai perawat pribadi Luhan. kau tau, keponakanmu itu selama berada disini, sangat susah untuk di suruh meminum obatnya, dan sudah banyak suster yang jera untuk memberinya obat"
"benarkah? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang. Aku bisa memerahinya Kyuhyun-ah"
"mianhae, aku lupa untuk mengatakannya kepadamu"
"menyebalkan" Donghae mendengus kesal kearah Kyuhyun. Kyuhyun hanya tertawa melihat tingkah istrinya itu.
"bagaimana kau setuju tidak? Untuk masalah bayar administrasi rumah sakit, sebaiknya kau katakan saja besok kepadanya"
"baik aku setuju, tapi kau tetap harus mengganji dia juga ya Kyuhyun-ah"
"ne, aku akan mengajinya nanti"
"rasanya aku semakin cinta denganmu Kyu, saranghae"
"nado saranghae"
TBC
a/n : annyeonghaseyo...
kali ini saya mempost ff bergenre Brothership dan Yaoi.
sebenarnya ff ini sudah pernah di post di Wordpress pribadi, tapi karena wordpress saya gak bisa terbuka lagi, jadi saya ngepost ulang ke FFn ini.
maaf kalau ada typo, soalnya belum ada saya periksa ulang. maaf juga kalau ada kata - kata yang tidak tepat.
jangan lupa review ya.
terima kasih ^_^
