Title: Hurt
Disclaimer: JkRowling.
Pairing: DMHP,
Warning: Slash, Mpreg,
Summary: Draco yang bosan dengan kesehariannya, mengawali harinya dengan membaca the Daily Prophet dengan headline 'Harry Potter, The-Boy-Who-Pregnant' terkejut, sekaligus tertarik untuk mencari siapa 'ayah' dari anaknya tersebut walaupun di Koran menyebutkan Ron Weasley.
….
Chapter 1: Straw Crepes, and White Robes
...
Diagon Alley, entah sudah berapa lama Draco tidak mengunjungi tempat itu hanya sekedar untuk bermain. Tidak pernah, ia selalu disibukkan dengan pekerjaannya sebagai Healer di St. Mungo. Mungkin lebih tepatnya menyibukkan dirinya. Ia masih ingat, saat ia kecil dulu, ia juga senang sekali pergi dengan ibunya ke Hogsmeade, Honeydukes, sama seperti anak lainnya saat ia kecil. Ia suka permen dan quidditch. Ayahnya pun sering mengajaknya ke Knockturn Alley.
Tapi…tak ada tempat yang ia rindukan seperti ia merindukan Hogwarts dan Diagon Alley.
"Draco, kenapa kau diam saja?"
Draco Lucius Malfoy melirik kearah kanannya, seorang gadis cantik yang sangat anggun. Rambutnya yang panjang dan berwarna coklat, cerdas, dan pure-blood tentunya. Astoria Greengrass, wanita yang akan menjadi istrinya tiga bulan yang akan datang dan mereka telah bersama semenjak satu tahun yang lalu.
Pernikahan ini adalah kehendak ibunya. Ada seseorang yang tidak bisa ia lupakan, apapun yang ia lakukan. Ia akan selalu mengingatnya. Hampir empat tahun yang lalu ia pergi. Entah kemana, Draco tidak bisa menemukannya. Maka, semenjak itu ia selalu menyibukkan dirinya dirumah sakit. Kau tahu kenapa Draco bekerja di St. Mungo, selain karena memang minatnya. Kerja kerasnya selama ini ia lakukan agar suatu saat nanti ia bisa melihat seseorang itu lagi. Mungkin ini do'a yang buruk, melihat seseorang di St. Mungo. Aneh. Tapi pada saat yang sama ia pun tidak ingin bertemu dengan orang itu di rumah sakit.
"Aku tidak apa-apa…"
"Benarkah?"
Gadis ini sangat manis dan santun, dibalik keanggunannya itu tersimpan sosok lain Slytherin. Cantik, anggun dan licik. Bukankah tipe yang seperti ini yang cocok sekali untuk seorang Malfoy, seperti dirinya?
"Rasanya sudah lama sekali aku tidak ke Diagon Alley," katanya sambil melihat toko Olivanders.
"Kau selalu sibuk sayang, dan kau melewatkan banyak hal yang berubah."
"Benarkah?"
Ia melihat calon istrinya itu tersenyum dengan manisnya.
"Apakah Madam Malkin's masih ada?"
"Kita akan kesana, Sayang. Untuk memesan jas dan gaun pengantin kita."
Draco mengangguk.
Lama rasanya perjalanannya ditempat itu. Terlalu banyak kenangan yang tidak ingin ia ingat. Rasanya ia ingin pulang saja. Tapi, ia harus melakukannya, ada hal hanya yang ia tidak akan pernah bisa lari. Sesulit apapun ia mengenangnya, maka sekeras itu pula Ia harus mampu melakukannya.
Mereka berdua berjalan melewati beberapa toko baru. Ada satu toko crepes 'Straw Crepes' di dekat Olivanders. Draco memang tidak begitu menyukai makanan manis, tapi entah kenapa rasanya ia ingin sekali memasuki toko itu.
"Aku ingin mencoba ini…kau mau, Astoria?"
Astoria melihat Draco keanehan, ia tidak menyangka Draco suka makan-makanan manis. Walaupun ia tidak membencinya tapi, Astoria tahu Draco tidak begitu menyukainya.
"Bagaimana kalau kita ke Madam Malkin terlebih dahulu?" tanyanya.
Draco menggelengkan kepalanya, "Kurasa aku perlu…kau tahu…gula. Aku pulang dari St. Mungo beberapa jam lalu dan tidak sempat sarapan pagi." Dan ia melihat adik Daphne Greengrass itu tersenyum, lalu mengangguk.
Setelah melihat Astoria pergi meninggalkannya, pada saat yang sama Draco melangkahkan kakinya untuk memasuki toko itu. Bau manisnya menyeruak ke hidung. Sekalipun tidak seperti Honeydukes, tapi aromanya manis cukup untuk membuat perut yang sehat mual, setidaknya ia sedang lapar.
Ruangannya yang berwarna krem, dengan lantai kayu berwarna coklat dan hiasan dinding, atau cat pada jendelanya berwarna merah atau pink, furniture yang juga berwarna krem. Ia tertawa kecil, rasanya ia akan tenggelam ditempat ini. karena indah dan manisnya mungkin Astoria sendiri yang seorang perempuan sedikit terganggu dengan warnanya yang benar-benar manis.
Perut lapar tidak akan mematahkan semangat Draco.
Ia memesan dua buah Crepes rasa apel dan coklat, kemudian memesan black coffee sebagai sahabatnya. Pemilik tokonya sedikit terkejut, karena toko mereka memang pada dasarnya tidak menyuguhkan kopi hitam. tapi karena pemiliknya mengenal Draco yang sebagai Healer di St. Mungo. Mr. Werren hanya tersenyum dan menggunakan kopi hitam yang selalu ia minum dipagi hari.
Seperti Mr. Werren, beberapa orang sudah melupakan nama 'Malfoy' yang dihubungkan dengan 'Death Eater'. Ia tersenyum kecut dihadapan kopinya, bukan karena rasanya, tapi karena ia mengingat ayahnya.
'Glomp'
Malfoy tidak tahu itu suara apa, suara yang nyaris tidak terdengar. Kalau saja toko ini sedang tidak sepi (karena masih pagi dan baru dibuka) atau ada orang lain selain dirinya di ruangan itu. Ia yakin ia tidak akan mendengar suara lirih itu.
*Chew
'Gulp'
Lagi, sepertinya ia tahu itu bunyi apa. Saat ia melirik ke piring kecilnya. Ia sadar kalau Crepes rasa apelnya hilang. Awalnya ia mau protes, kenapa bisa tiba-tiba hilang, sampai ia yang akan bangun dari kursinya melihat anak kecil disisi lain mejanya. Duduk dilantai, diam-diam dan sedang memakan sesuatu yang sepertinya itu miliknya.
Anak kecil itu berambut pirang. Bagaimana caranya anak sekecil ini bisa mengambil Crepes-nya tanpa sepengetahuannya.
"Ehem!" Draco berdehem untuk mengalihkan perhatian anak kecil yang membelakanginya itu. Tapi sepertinya anak itu tidak peduli, dan dengan cuek memakan Crepesnya sampai habis. Dan anehnya Draco hanya melihat anak yang sepertinya berumur 4 tahun itu dengan santainya. Entah kenapa.
Tiba-tiba anak itu berdiri, ia yang pendek tidak bisa meraih Crepes itu. Bahkan Draco tidak bisa melihat matanya karena tubuhnya yang sangat kecil. ia tersenyum karena sepertinya anak itu terdiam karena menyerah. Walaupun itu tidak menjawab kenapa anak kecil itu bisa memiliki Crepes nya.
Anak itu terdiam lagi dan Draco yang kepalanya sedikit penat, meluruskan punggungnya untuk mengintip apa yang dilakukan anak itu. Sebenarnya ia tidak pernah tertarik pada anak-anak. Mungkin karena rambut pirangnya. Rambut pirang itu. Harapannya empat tahun lalu. Empat tahun itu rasanya sudah lama sekali. Tanpa ia sadari waktu berjalan begitu cepat.
'Glomp'
*Chew
'Glup'
Tiga suara selaras itu membangunkan Draco dari lamunannya, dan Crepes di hadapannya sudah menghilang lagi. Ia antara kesal, dan penasaran. Ia berdiri dan mendekati anak kecil itu.
"Hallo!" sapanya dengan ramah sambil perlahan duduk disisi anak itu. sebenarnya Draco malas sekali untuk duduk dilantai...tapi sudah lah.
Anak kecil itu menunduk, dan jelas-jelas memakan Crepe-nya itu…hanya diam saja. Draco sempat berpikir kalau anak ini tuli, tapi tiba-tiba anak itu memalingkan wajahnya dan ia menatap mata yang berwarna hijau. Mata hijau yang mengingatkannya pada seseorang.
"Oh, Hai..Mister…" katanya, kemudian berdiri dan sedikit menunduk.
Draco tersenyum karena anak kecil ini sopan sekali. Ia hampir melupakan kalau anak itu mencuri sarapannya. *hampir*
"Crepes-nya enak?" katanya.
Anak bermata hijau itu terlihat kebingungan lalu memutar matanya. Bibir dan pipinya yang belepotan membuatnya kelihatan sangat polos.
"Untung sekali Mister tidak memakannya." Katanya terbata dengan dialek khas anak kecil. Suaranya sangat tenang dan tidak ada kesalahan dalam perkataannya, sepertinya orang tuanya mendidiknya dengan sangat baik. Anak sekecil ini bisa berbicara selugas ini?
"Memang kenapa?" tanya Draco yang tidak juga merasa kesal.
"Karena rasanya manis sekali." Kata anak itu sumpringah.
"Hm?" Draco tertawa kecil, "Memang kenapa kalau manis?"
"Kalau terlalu banyak makan manis, gigi Mister akan sakit." Katanya polos.
Draco tidak bisa menutupi tawanya, anak itu manis sekali. Dan Licik. Slytherin akan jadi asramanya kalau ia masuk Hogwarts. Ia merasa tergelitik melihat anak kecil yang mencoba memanipulasinya agar tidak marah. Karena ia masih kecil, sepertinya bakatnya itu benar-benar alami.
Ia menyukai anak kecil ini.
"Aku seorang Healer." Kata Draco menantang.
Anak itu memiringkan kepalanya kekanan, "Apakah Hiler, tidak bisa sakit gigi?" matanya sudah berpidar, seperti bintang yang berkelip-kelip. Draco sadar ia salah berbicara.
"Ehem, tentu bisa." Dan melihat anak itu cemberut, "Tapi kau bisa menyembuhkan dirimu sendiri kalau kau sakit."
"Benarkah? Aku mau jadi Hiler! Dari pada Auror seperti Daddy!"
Draco terpaku dengan kata-kata anak kecil itu, "Auror? Ayahmu seorang auror? Kenapa tidak mau manjadi auror?" kata 'Auror' mengingatnya pada seseorang yang sama-sama bermata hijau…jangan-jangan…
"Huum! Daddy pergi! Pulang Pergi! Aku sedikit sekali bermain dengan Daddy. Padahal aku suka bermain dengan Daddy, aku menunggu Daddy pulang dan membaca buku dengan baik, tapi Daddy tetap pergi."
Draco tersenyum, karena akhirnya melihat sisi kekanakan dari anak yang manis ini. Anak yang berambut pirang, bermata hijau, berkulit sangat pucat dan wajah tirus. Siapapun pasti berpikir kalau anak ini, adalah seorang…
"Hei, siapa nama ay-"
Pertanyaan Draco terpotong, dengan suara seseorang yang tiba-tiba masuk ke toko dan melihat anak itu.
"James! Ternyata kamu disitu!"
Suara yang sangat Draco kenal dan selama ini ia cari. Lebih tepatnya sampai tiga tahun lalu ia cari. Draco terpaku melihat anak dihadapannya ini melirik kebelakangnya dan kemudian berteriak.
"Daddy!"
Orang yang baru masuk itu melirik piring kosong diatas meja, ia menghembuskan napasnya, "James, sudah berapa kali Dad bilang! Jangan mengambil makanan orang lain! Tidak baik! Itu mencuri!"
Anak itu cemberut mendengar omelan ayahnya. Draco hanya melihatnya dengan tersenyum, ia sendiri penasaran bagaimana caranya anak ini, James, mengambil makanannya.
Draco mulai membalikkan tubuhnya untuk mengatakan bahwa ia tidak mempermasalahkan tindakan anak manis itu saat ayahnya itu minta maaf padanya dan berkata kalau ia akan menggantinya.
Ia terpaku.
Sesuatu yang sudah lama sekali itu, seakan-akan perlahan dan kembali.
"Harry?"
…
Lima tahun lalu…
…
Draco masih ingat dengan jelas hari dimana ia pertama kali menemukan surat kabar mengenai peristiwa mengemparkan dunia sihir itu. 'The-Boy-Who-Pregnant' terpasang besar foto Potter yang sepertinya sedang keluar dari St. Mungo. Saat itu Draco masih training, ia tertawa saat membaca surat kabar itu. Ia sendiri tidak mendengar apapun saat di St. Mungo, sepertinya Daily Prophet hanya membual, apalagi dikoran pagi itu tertulis kalau ayahnya si Weasel-bee.
Sudah 2 tahun Draco menjalani training di St. Mungo untuk mendapatkan gelar Healer-nya, tapi tidak pernah sedikit pun ia melihat Potter di rumah sakit itu. Bagaimana bisa ada gossip yang murahan seperti itu dan tidak ada satupun dari rekan training atau Healer dan Mediwizard yang juga mengetahui hal itu.
Lucu sekali rasanya membaca berita omong kosong itu. Tapi…
Draco tersenyum,
Karena ia sedang jenuh dengan trainingnya tanpa ada hiburan lainnya (ia terlalu fokus, karena dengan namanya, untuk masuk ke St. Mungo memerlukan waktu hampir setengah tahun bagi Draco), rasanya tidak ada buruknya kalau ia sedikit menghabiskan waktu luangnya untuk bermain detektif, apalagi dengan calon Auror Potter.
…
"Kau lihat Hermione! Itu yang kukatakan kalau aku pergi ke St. Mungo!"
Hermione duduk di sofa milik sahabatnya itu, disebelahnya ada kekasihnya yang melirik seorang Potter yang sedang marah. ia bingung mau membela siapa. Hermione memang benar, kalau St. Mungo memiliki ramuan, peralatan, dan Healer yang lebih lengkap dan maju dibidang medis serta mampu mendeteksi 'penyakit' yang sudah diderita Harry selama sebulan penuh itu.
Harry muntah-muntah, dan tidak mau makan sama sekali. Mereka berdua sangat khawatir dengan keadaan Harry saat itu. Sudah tiga tahun semenjak perang usai, dan mereka berdua ada di Program –training- Auror. Ia bingung, karena sebulan lalu tidak terjadi apapun pada Harry kecuali ada Ministry Annual Ball yang diadakan untuk yang kedua kalinya.
Awalnya baik Hermione dan Ron hanya menyangka kalau Harry hanya sakit perut karena makanan yang ada disana. Tapi saat mereka bertiga secara sembunyi-sembunyi membuat jadwal dengan dokter yang ada disana. Hasilnya mengejutkan.
"Mana ku tahu, Harry! Kau hamil! God!" kata Hermione emosi, sudah tiga hari sejak pemberitaan itu, dan baik Harry maupun Ron atau bahkan keluarga Weasley lainnya diributkan dengan pemberitaan yang terdengar konyol itu.
"Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa hamil!" dan iya, hampir seharian Harry pingsan karena berita itu, dan butuh satu hari lainnya untuk menerima kenyataan 'kehamilannya' itu setelah Healer Steward menunjukkan padanya, dengan membawa wanita hamil lainnya dihadapannya. Memperlihatkan bentuk diagram sihir yang muncul saat ia menggumamkan mantra yang Harry tidak peduli apa itu. Lalu melihat hasil dari darah serta ramuan sihir yang diberikan untuk memperlihatkan pada Harry kalau ia memang sedang mengandung.
"Kau menyembunyikan sesuatu dari kami, Harry!"
Harry terhenti sesaat, ia memang menyembunyikan sesuatu. Suatu fakta yang ada dibulan lalu, ingatan tipis yang membuatnya merinding, dan apa yang terjadi padanya saat perang Hogwarts melawan Voldemort tiga tahun lalu.
"Kau tidak mempercayaiku?" tanya Harry sedikit tersindir.
"Aku percaya, padamu Harry." Kata Ron tenang, dan baik Harry maupun Hermione meliriknya dengan tajam, "Tentu aku percaya, padamu…kau benar-benar, hamil 'kan? Walaupun itu sulit dipercaya." Katanya santai.
"Ron!" bentak Hermione. "Kita tidak sedang bercanda!"
"Aku juga!" katanya mulai tersinggung dengan ucapan kekasihnya itu.
"Tapi kau seharusnya membantu kami berpikir Ron! Jangan santai-santai seperti itu!"
"Apakah kau bisa santai saat dirimu yang digosipkan menghamili sahabatmu sendiri? Terutama kekasihmu dengan sahabat laki-laki terbaikmu, Mione?" kata-katanya yang tajam membuat Hermione dan Harry tertegun. "Tentu aku juga kebingungan dengan gossip itu! Bahkan keluargaku dan Ginny! Curiga padaku! Merlin's balls! Aku hanya mencoba sedikit tenang."
Harry melirik Ron, ia tahu kalau sahabatnya itu sudah cukup bersabar dengan hal ini. Mereka berdua ikut-ikutan terseret dengan pemberitaan konyol itu. Lebih konyol lagi seorang laki-laki yang hamil. Ia bahkan tidak tahu kalau laki-laki bisa hamil.
"Apa mungkin laki-laki hamil di dunia sihir?" tanyanya tiba-tiba, dan suasana menjadi hening kembali.
"Aku tidak pernah mendengar hal itu, Harry." Kata Ron, sedangkan Hermione jelas-jelas menjawab 'tidak mungkin!'
"Hm? Hermione?"
"Harry! Aku sudah mencari-cari dibuku, tapi tidak ada satu pun yang menuliskan atau mencontohkan seorang laki-laki hamil! Bahkan tidak ada teks tentang kehamilan laki-laki sedikitpun."
"Kau sudah bertanya pada Healer Steward? Kau tahu? Aku pingsan setelah melihat kenyataannya dan tidak bisa berpikir rasional?" ia terdiam sebentar, "Karena sepertinya Healer itu tidak terkejut mengetahui aku hamil."
"Aku sudah menanyakannya, Harry. Ia tidak menampik seorang laki-laki bisa hamil walaupun semasa hidupnya ia belajar dan menjadi Healer ia tidak pernah mendengar hal itu. Tapi…kalau itu Dark Art atau Ancient-Magic mungkin bisa. Karena kau tahu Ancient-Magic apalagi yang Dark sangat sulit ditemukan diteks biasa, dan bisa terjual bebas."
"Ancient Dark Magic." Harry mengingat suatu kejadian 3 tahun lalu.
"Kau tahu sesuatu Harry?"
"Kalau kau tidak berarti aku juga tidak, Mione!" gerutunya.
Hermione memukul kepalanya. "Aku bingung harus tersanjung atau tersinggung dengan perkataanmu, Harry!"
"Jangan memukul orang yang sedang hamil!" kata Harry sensitive.
Ron dan Hermione terdiam mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Sepertinya ia benar-benar, hamil." Kata Ron datar.
…
Harry mual-mual lagi pagi itu. Entah mau sampai kapan ia mual-mual seperti itu. Bahkan Healer tidak tahu dengan pasti mengenai kehamilan laki-laki, yang tergolong sangat-sangat-sangat-sangat-langka-sekali. Ia akhirnya pindah ke Godric Hollow, untuk menjauhi pers. Training Aurornya, resmi ia 'ditangguhkan' sampai ia melahirkan. Bahkan Healer pun tidak tahu berapa lama ia akan mengandung.
Ia masuk ke dapur, membuat (lagi) secangkir coklat setelah ia memuntahkannya beberapa menit lalu. Ia melihat jam, dan kurang dari satu jam Molly akan datang menjenguknya. Keluarga Weasley, terutama Molly masih sering menjenguknya selain Hermione, Luna dan Neville. Ron kembali menyibukkan dirinya dengan training Auror, semenjak ia bisa meyakinkan Auror Pierceluck bahwa ia tidak menghamili Harry.
Laki-laki yang akhirnya duduk di meja makan itu menghembuskan napasnya. Bagaimana bisa seseorang berpikir kalau aku mengandung anak Ron? Ron? Dari semua orang, kenapa harus Ron? Pikir Harry.
Tiba-tiba ia mengingat Ginny, walaupun Ginny sudah bisa menerima kehamilannya itu. Tapi Ginny masih janggal dengan 'penyebab' kehamilan Harry. Karena mau tidak mau, itu artinya Harry telah berselingkuh. Jadi sekalipun Ginny tersnyum padanya…rasanya sedikit aneh. Tidak bisa kah ia berpikir kalau ada kemungkinan Harry mengandung anaknya. Aneh memang.
Tapi…kemungkinan itu ada kan?
Ginny tetap menolak kalau itu anaknya, yah…wajar…karena..karena..semenjak ia memasuki training Auror ia jarang berkencan dengan Ginny, dan malam itu saat Ministry Annual Ball…ia..ia dan Ginny, sedang marahan sekalipun mereka datang bersama, tapi ia yakin kalau tidak terjadi apapun antara mereka.
Saat itu, ia terbangun disuatu tempat yang asing…tempat yang tidak ia ketahui keberadaannya. Tanpa menggunakan pakaian.
Sayangnya ia sendiri saat ia terbangun…
Ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi malam itu…kecuali, kecuali…pertengkarannya dengan…dengan…
Dengan siapa?
'TingTong'
Ia tiba-tiba terkejut, karena ada seseorang yang datang. Dinding sihirnya tidak menolak orang itu. Mungkin itu Molly. Harry membuka pintu itu, "Molly, kukira kau akan datang seteng-" ia terdiam melihat sosok yang muncul dihadapannya dan menggunakan jas berlabelkan St. Mungo.
"Selamat pagi, Mr. Potter." Laki-laki itu tersenyum, "Lama tidak berjumpa denganmu."
Harry tiba-tiba menjadi geram, "Apa yang kau lakukan disini, Malfoy!"
~tbc
…
:D akhirnya saya buat juga ini fic… gemes banget pengen bikin cerita Fluffy, Drama, dan Romance ini..huhuhu…agak lompat-lompat..tapi nanti dibahas perlahan-lahan... hidupnya harry dari awal hamil..huhu...sama draco :v dong.
Tong hilap di repiew-nyaaaa :D monggo di review.. :) Review..please? :3
