Disclaimer : Natsume Yuujinchou © Yuki Midorikawa
The story is my own and I don't take any material profit from this work.
.
Tittle : Love, Confession, and Fate
Genre : Slice of life, Angst, Friendship, Romance
Rating : T /Semi- Canon/
Summary : Takdir mempertemukan seorang penggemar Alice in Wonderland dengan Natsume sang pemilik buku persahabatan yang bisa melihat makhluk gaib. Akankah Tamami Haruka mengalami pengalaman menyenangkan seperti dalam dongeng favoritnya tersebut?
Warning! : Maybe OOC, typo(s), OC, dan kekurangan lainnya.
Enjoy and Hope You Like It!
.
Chapter 1
.
"Ever since I was a little kid, sometimes I'd see weird thing. I was told that maybe they were spirits. They used to be nice enough but for some reason, recently some are popping up that come after me" ~ Natsume Takashi ~
.
"Aku tidak pernah melihat hantu ataupun youkai, dan aku juga tak peduli kalau mereka memang ada. Kupikir mereka tak semengerikan itu. Aku tak tertarik sama sekali pada mereka. Justru sebaliknya, pikiranku dipenuhi masalah yang ada di dunia nyata" ~ Tamami Haruka ~.
.
.
'Hari ini, Otou-san dan Okaa-san akan pulang terlambat. Tolong jaga rumah dan makan malam duluan saja, Haruka! Maafkan kami, ya, tidak bisa menemanimu. Kami sedang sangat sibuk dengan pekerjaan.'
Kalimat seperti itu sudah biasa tertulis dalam memo yang ditinggalkan orangtuaku.
Namaku Tamami Haruka. Sejak aku masih kecil, kedua orangtuaku selalu sibuk bekerja sehingga mereka jarang sekali memiliki waktu luang untukku. Tentu saja aku merasa kesepian. Untungnya, ada Nenek yang selalu bisa kuajak bicara. Nenekku sering menceritakan banyak hal tentang masa lalu yang masih diingatnya. Dan kisah hidupnya yang sering dia ceritakan padaku adalah mengenai seseorang yang hampir saja menjadi sahabatnya.
Nenekku bilang, ia ingin sekali melihat hutan yang penuh dengan bunga-bunga indah bersama orang itu. Sayangnya karena sebuah kesalahpahaman, Nenekku tidak pernah bertemu dengan orang itu lagi. Meskipun hampir setiap hari Nenek datang ke tempat mereka berdua biasa bertemu, berharap bisa berjumpa dengan orang itu lagi walaupun hanya sekali. Selain menceritakan tentang pengalaman hidupnya, Nenekku juga sering sekali membacakan cerita-cerita fiksi untukku. Dongeng pengantar tidur yang bahkan bisa membuatku bermimpi indah. Dari semua cerita itu, yang paling kusukai adalah 'Alice in Wonderland'. Ya, sejak masih kecil sampai sekarang, aku sangat menyukai cerita 'Alice in Wonderland'. Aku bahkan sering sekali berimajinasi... Andaikan aku adalah Alice, aku bisa berbicara dengan binatang sama sepertinya, juga bisa mengalami petualangan yang menyenangkan.
Nenekku pernah berkata… ketika kau terlalu lama sendiri, kau ingin berbicara dengan seseorang. Dan itulah yang selama ini kurasakan. Namun aku tidak ingin orang lain mengetahui tentang perasaan hampa yang kurasakan. Itulah sebabnya aku tak pernah mengatakan pada teman-temanku di sekolah, bahkan pada dua sahabat baikku bahwa aku kesepian. Terutama ketika Nenek meninggal tahun lalu. Di depan mereka, aku selalu bersikap ceria. Meskipun aku sering sekali merasa iri, ketika melihat teman-temanku bisa menghabiskan waktu bersama orangtua mereka.
Sebenarnya lebih mudah untuk tidak berteman saja, dengan begitu aku tidak akan pernah merasa iri. Namun justru karena itulah aku tak ingin menutup diri. Mendiang Nenekku pernah menceritakan pengalamannya padaku. Dulu saat dia masih SMA, dia harus pindah rumah sekaligus pindah sekolah karena alasan kesehatan. Pindah dari kota ke sebuah pedesaan yang cukup terisolasi terasa berat. Sulit untuknya beradaptasi dengan lingkungan baru, karena itulah dia sering menyendiri. Dan tentu saja akibatnya malah lebih buruk, dia jadi sering dibully hingga dia tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah. Jadi, Nenekku menasihatiku agar aku tak sepertinya. Jika kau sering menyendiri, banyak orang yang akan berpikir negatif tentangmu hingga kau tak akan pernah mendapatkan teman. Itulah yang dikatakan Nenekku. Aku ingin mendapatkan teman makanya aku selalu berusaha untuk bersikap ceria, terutama di depan teman-teman sekelasku. Di sekolah aku juga mengikuti klub olahraga karena biasanya anak-anak klub olahraga lumayan populer. Jika aku bergabung dalam klub olahraga aku tak akan kesepian lagi, itulah yang aku pikirkan.
Aku memang tidak pernah merasa kesepian jika berada di sekolah. Itulah sebabnya aku sangat menyukai suasana sekolah. Namun begitu aku kembali ke rumah… rasa sepi itu kembali kurasakan. Nenekku sudah tidak ada makanya aku benar-benar merasa kesepian di rumah ini. Jadi jika sedang di rumah, aku biasanya lebih suka bermain handphone. Aku bisa chatting bersama teman-teman atau bermain games. Selalu ada topik menarik yang sering diceritakan oleh teman-temanku dalam group chatting. Entah itu soal fashion terbaru, manga or anime, café yang enak untuk nongkrong, kuliner, bahkan selebriti.
Kali ini sesuatu yang diobrolkan oleh teman-teman dalam group chatting adalah sebuah manga bergenre supernatural. Manga yang menceritakan tentang dewa yang suka sekali memakai jersey di setiap musim. Dia bahkan ditinggalkan oleh shikigami-nya sendiri. Alasan shikigami-nya sangat sepele, katanya tubuhnya selalu basah karena dipegang oleh tangan majikannya yang berkeringat. Namun alasan sebenarnya bukan itu, shikigami-nya itu hanya tidak tahan dengan kelakuan majikan dewanya yang sering menghabiskan uang hasil kerja keras mereka hanya karena tergoda oleh barang-barang antik. Ya, meskipun seorang dewa, majikannya itu sering sekali kena tipu. Manga comedy yang menghibur menurutku.
"Nee! Menurut kalian, apakah youkai, obake, oni, dan yure itu benar-benar ada? Bagaimana dengan kappa atau fairies dalam cerita-cerita barat? Apakah makhluk seperti itu benar-benar ada?" komentar sahabatku—Sakurai Mitsumuki.
"Kalau makhluk-makhluk ganjil itu benar-benar ada, bukankah itu menyeramkan? Hanya melihatnya dalam film-film saja sudah membuatku merinding! Hii…!" kali ini sahabatku Miharu Yuki yang berkomentar.
"Menurutku sih, makhluk-makhluk gaib seperti itu benar-benar ada. Penyihir, bahkan Slay Vega menurutku juga pasti ada…." Kali ini satu-satunya teman laki-laki dalam group chatting kami yang berkomentar. Inaba-kun memang seorang otaku yang terkadang sulit kami pahami.
Aku tidak pernah melihat yure ataupun ayakashi, dan aku juga tak peduli kalau mereka memang ada. Kupikir mereka tak semengerikan itu. Aku tak tertarik sama sekali pada mereka. Justru sebaliknya, pikiranku dipenuhi masalah yang ada di dunia nyata.
Beberapa hari yang lalu, aku terbangun di bangku taman. Lalu, ada seorang anak laki-laki yang melihatku. Kalau diingat-ingat lagi, kejadian pada hari itu benar-benar memalukan. Bisa-bisanya aku tertidur di taman. Aku bahkan reflek mengusapkan tanganku ke bibir dan dagu, khawatir ada iler dan lelaki itu kebetulan melihatnya. Anehnya lelaki itu mengucapkan 'Sayonara' padaku seolah kami pernah berjumpa sebelumnya. Saat itu aku langsung berpikir,
'Apa ya itu barusan? Entah mengapa rasanya hangat… persis seperti aku sedang bermimpi.'
Mungkin saat itu aku hanya terpesona dengan senyum lembutnya yang hangat. Namun meskipun bibirnya melengkungkan sebuah senyum tipis, aku merasa matanya berkata lain. Dalam sorot matanya seolah ada sebuah penyesalan yang dia tujukkan untukku. Mata itu seakan berkata, 'Sangat disayangkan untuk dilupakan.'
Lalu, aku mendapati diriku menggenggam sebuah pecahan batu berwarna merah. Sangat kecil. Namun batu itu sungguh indah. Aku tidak tahu batu itu dari mana. Mengapa batu itu bisa ada dalam genggamanku, aku juga tak tahu. Hanya saja aku merasa, kepingan batu ruby tersebut adalah sesuatu yang berharga bagiku. Jadi, aku menyimpannya. Aku meminta seorang ahli perhiasan untuk membuatkan sebuah pendant istimewa untukku. Pendant yang di dalamnya berisi pecahan batu rubi tersebut dan juga semangi berdaun empat yang berhasil kutemukan bulan lalu. Tentu saja, daun yang katanya pembawa keberuntungan itu kuberikan bahan pengawet terlebih dahulu supaya tidak layu dan bisa bertahan lama. Dan kini, aku mengalungkan pendant tersebut di leherku. Pendant itu berwarna bening, berbentuk oval, dan tentu saja di dalamnya ada semangi berdaun empat dan juga pecahan batu itu dan aku menggunakan emas putih sebagai rantainya. Teman-temanku bilang, itu kalung yang sangat indah. Ya, memang indah karena itulah aku sangat menyukai pendant itu, dan tentu saja aku sangat berterimakasih pada Souta-san yang sudah membuatkannya untukku.
"Nee… Inaba-kun! Slay Vega tte, nani?" kukirimkan pertanyaan tersebut pada grup chatting, menyambung komentar Inaba-kun sebelumnya.
Rupanya pertanyaanku yang sebenarnya hanya sekedar basa-basi dianggap serius olehnya. Inaba-kun sampai menuliskan kalimat yang sangat panjang untuk menjawab komentarku.
"Ciri-ciri Slay Vega :
Mereka bisa melihat makhluk astral seperti; yosei, youkai/ayakashi, yure, bahkan dewa-dewi kecil
Mereka memiliki kemampuan menarik makhluk gaib dan keganjilan, akibatnya mereka selalu diincar oleh makhluk-makhluk tersebut karena mereka memiliki bau yang berbeda dari bau manusia biasa
Memiliki kekuatan magis atau spiritual tingkat tinggi
Biasanya mengalami masa lalu yang mengenaskan. Mereka kerap kali tertimpa kemalangan dan masalah, juga memiliki nasib yang tragis
Dikenal memiliki tubuh yang lemah karena kekuatan slay vega bisa menjadi pedang bermata dua dan membunuh dirinya sendiri. Mereka memiliki umur yang relatif singkat di mana kematian merupakan takdir yang menunggu mereka."
"Kau tau semua itu dari mana, Inaba-kun? Dari manga?" tanya Muki-chan di kolom komentar.
"Yup! Dari manga 'The Ancient Magus Bride' karya 'Kore Yamazaki' ~ " jawab Inaba-kun.
"Hh… dasar otaku hikikomori!" Kali ini Yuki-chan yang berkomentar.
"Mengatakan sahabatmu sendiri 'otaku hikikomori' itu terlalu kejam, kan, Yuki-chan? Padahal kau sendiri sangat memuja Natori Shuuichi-san!"
"Bukan memuja, tapi hanya mengagumi…."
"Ah, artinya sama saja bahwa kau adalah fan fanatik-nya! Jangan pikir aku tidak tahu, aku ini kan your childhood friend!"
"Enak saja, aku bukan fan fanatic. Aku fan normal!"
"Masa?" kali ini Muki-chan menanggapi.
"Urusai! Padahal kau sendiri fan fanatic Jung Yong Hwa CNBLUE!"
Suasana mulai memanas, jadi aku putuskan untuk menengahi perkelahian tak terlihat mereka.
"Teman-teman, mending kita ngerjaiin PR aja, yuk? Ngobrolnya besok lagi!"
"Hai… hai…," balas Muki-chan.
"Aku sudah selesai mengerjakan PR-ku!" sahut Yuki-chan.
"Males ah, mending juga tidur. Aku tinggal nyontek pada kalian saja besok!" sambung Inaba-kun.
"Lelaki macam apa yang tidur jam segini? Ini baru jam sembilan malam," tulisku.
"Cowok otaku yang sedang unmood nonton anime, baca manga, or main games. Jaa Ne!" balasnya.
"Mata ashita, Tamami-chan, minna!" balas Yuki-chan.
"Good night. Semoga mimpi indah ya, minna!" sambung Muki-chan.
"Hai. Arigatou. Oyasumi, minna!" kataku. Dan group chatting kami pun kembali sepi.
.
.
Sayangnya, aku tidak bermimpi indah tadi malam. Entah mengapa semenjak aku menyimpan pecahan batu merah yang kini tersimpan dalam pendant, aku terkadang suka memimpikan hal aneh. Malam sebelumnya aku bermimpi menjadi Alice yang tengah mengadakan tea party bersama Mad Hatter dan yang lainnya. Dan tadi malam, aku bermimpi tentang seseorang bersama seorang lainnya yang dia panggil 'sensei'. Namun sangat disayangkan kedua sosok itu tidak tampak jelas, aku bahkan tidak tahu seperti apa wajah mereka. Aku hanya bisa mendengar suara mereka.
Itu adalah suara yang kupikir aku mengetahuinya tetapi nyatanya tidak. Apa ya itu? Itu sungguh… sungguh mimpi yang entah mengapa membuat hatiku perih.
.
'It will be nice, if I could stay here forever….'
"Sensei, will you be lonely when I die?"
"Don't say such creepy things. I'm looking forward to it. The Book of Friends will finally be mine!"
"I'm not good at goodbyes like you are, sensei."
.
Seseorang yang mengatakan kalimat itu, siapa ya? Dalam mimpiku tadi malam, aku tidak bisa melihat sosok itu dengan jelas. Lalu, siapa orang yang dia panggil 'sensei' dan apa itu 'yuujinchou'?
"Pasti akan menyenangkan jika aku bisa tinggal di sini selamanya…."
Ketika kuceritakan soal mimpi itu pada sahabatku. Sahabatku Inaba-kun berkomentar,
"Mungkin sebelumnya dia pernah tinggal di tempat yang sama sekali tidak menyenangkan. Mungkin dulu dia memiliki masa lalu yang menyakitkan. Mungkin waktu masih kecil dia sering menjadi korban bullying atau sering disiksa oleh orang dewasa. Tapi sekarang, dia mempunyai tempat dia pulang dan ada orang-orang yang sangat menyayanginya."
Benar-benar tipikal Inaba-kun. Semua yang dia katakan selalu penuh dengan imajinasi.
Ya, mungkin yang dikatakan Inaba-kun benar adanya. Mungkin dulu dia kesepian dan sekarang dia merasa bahagia. Namun entah mengapa aku merasa, bukan hanya itu alasannya. Ada makna lain di balik kalimat itu. Setidaknya dalam sudut pandangku. Dalam sudut pandangku, entah bagaimana orang yang mengatakan kalimat tersebut dalam mimpiku seakan tahu bahwa dia tak akan hidup lebih lama.
.
-LCaF-
.
"Puteri duyung membenci manusia lebih dari apapun. Tidak banyak yang tersisa sejak mereka diburu karena daging dan darahnya. Kau seharusnya tidak membiarkannya pergi, Natsume. Puteri duyung itu adalah kesempatan bagimu untuk hidup abadi."
"Haha… kalau aku melakukannya, sensei, kau tidak akan pernah mendapatkan buku persahabatan."
'Hidup selamanya sendirian, melihat orang yang dicintai meninggal satu-persatu. Sensei mungkin hidup seperti itu. Misalnya, saat bersama Reiko-san. Dan suatu hari nanti….'
"Jangan pikir aku bisa selalu menyelamatkanmu, Natsume. Beberapa hal mustahil dilakukan, itulah yang tampaknya selalu kau lupakan."
"Kau benar, aku menyadari kelemahanku."
'Tapi itulah mengapa, selalu ingin… selalu ingin bersama, dan itulah mengapa setiap orang hidup ingin harapan itu menjadi kenyataan.'
.
Lagi-lagi aku bermimpi. Lagi, aku memimpikan orang yang sama. Tetapi tetap saja, sosok kedua orang itu tidak terlihat jelas.
Siapa sebenarnya mereka? Mengapa mereka selalu muncul dalam mimpiku?
Mereka berbicara tentang legenda puteri duyung. Apakah makhluk sepert itu benar-benar ada?
.
.
Hari ini aku ada janji berkumpul di café favorit kami untuk mencicipi menu side dishes baru. Inaba-kun tidak ikut karena katanya café ini terlalu imut untuk dikunjungi laki-laki. Memang benar sih yang dia katakan, café ini catnya didominasi dengan warna pink, interiornya kawaai, banyak makanan-makanan manis yang bisa membuatmu melupakan sesuatu tentang diet, dan yang pasti hampir semua pelanggannya adalah perempuan. Jadi, hari ini kami hanya makan-makan bertiga.
"Tamami-chan, semenjak kau kembali dari hutan di desa sebelah. Kau selalu membawa pecahan batu merah itu kemana-mana. Apakah itu hadiah dari seseorang yang istimewa?" tanya Yuki-chan sambil menunjuk pendant yang tergantung di leherku.
"Aku tidak ingat, Yuki-chan! Aku bahkan tidak tahu kalau aku pernah bermain di hutan desa sebelah. Saat itu, tiba-tiba saja aku terbangun di bangku taman. Dan batu ini sudah ada dalam genggamanku. Batu yang sangat indah, itulah yang saat itu aku pikirkan. Tapi entah mengapa, aku merasa… batu ini adalah hadiah perpisahan dari seseorang. Tidak, bukan orang… tapi burung hantu putih. Burung hantu putih yang pernah kuselamatkan karena dia pernah tergantung terbalik di dahan pohon gara-gara kail pancing."
"Seekor burung hantu memberimu pecahan batu rubi? Kau pikir, burung hantu punnya cincin atau perhiasan lain di kaki kuningnya yang lusuh?"
"Ah, itu dia! Muki-chan, arigatou… berkatmu aku ingat. Batu ini adalah pecahan dari batu cincin milik burung hantu itu!"
"Kau pasti bermimpi, Haruka!" sahut Muki-chan.
"Itu benar, Tamami-chan. Mana mungkin seekor burung hantu punya cincin?!"
"YA, MUNGKIN KALIAN BENAR. ITU CUMA MIMPI! Tapi saat aku terbangun di bangku taman, ada seorang cowok yang melihatku. Cowok itu punya kucing mirip maneki neko bertengger di bahunya. Uwaah, aku malu sekali… Yuki-chan… Muki-chan…! Malu sekali rasanya, terlihat oleh seorang cowok saat aku ketiduran di taman."
"Tentu saja. Aku juga akan sangat malu kalau mengalami hal yang sama sepertimu, Haruka!"
"Benar, itu memalukan, Tamami-chan! Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Apakah dia menertawakanmu?"
"Um, dia hanya tersenyum tipis dan berkata 'sayonara' padaku… seolah aku dan dia pernah bertemu sebelum itu!"
"Apakah cowok itu tampan? Dia mengenakan seragam sekolah atau pakaian biasa?"
"Seragam sekolah, tapi bukan seragam sekolah kita. Dan ya, dia sangat tampan dan terlihat lembut. Agak mirip Natori Shuuichi sedikit…."
"EH! HOUNTOU DESU KA? KENALKAN AKU PADANYA DONG! MUNGKIN SAJA DIA ADIKNYA NATORI-SAN, KAN?"
Sudah bisa ditebak kan, suara yang sangat bersemangat itu suara siapa? Yap. Itu suara Miharu Yuki. Sahabatku yang sangat mengidolakan Aktor sekaligus model iklan bernama Natori Shuuichi. Pria muda berkarisma yang memiliki rambut pirang kecokelatan dan iris mata berwarna merah.
"Aduh, aku saja tidak tahu namanya!" kataku.
"Dan kita sedang di café, jadi pelankan suaramu!" sahut Muki-chan, seolah dia tidak akan berteriak histeris jika seandainya kami jalan-jalan ke kota Tokyo, lalu secara kebetulan berpapasan dengan Jung Yong Hwa yang tengah menyamar di jalan.
Tiba-tiba kepalaku pusing.
Ada bayangan samar yang terekam dalam memori otak ku. Sebuah mimpi. Mimpi ketika aku bermain di hutan desa sebelah. Aku bermimpi bertemu dengan seekor kucing gemuk narsis yang bisa berbicara dan menghabiskan bentou-ku karena ada udang gorengnya.
Kucing itu bercerita padaku bahwa dia sedang mencari seseorang yang terlihat lemah dan rapuh juga berpenampilan jahat. Lalu, tidak lama kemudian aku bertemu dengan lelaki kurus berambut pale blonde dengan mata light brown dan juga kulit seputih salju. Benar juga, itu adalah lelaki yang memergokiku tertidur di bangku taman dan mengucapkan 'sayonara' padaku.
Rupanya, kami memang pernah bertemu sebelum itu walaupun hanya dalam mimpi. Di dalam mimpiku dia tidak mau memberitahu namanya. Katanya kalau kita bertemu lagi nanti, akan menjadi sebuah masalah. Jadi kubilang padanya, kalau aku akan menanyakannya lagi ketika kita kembali bertemu.
Dia laki-laki yang aneh. Berbicara pada pohon yang tidak ada apa-apanya. Melihat ke langit dan mengangguk. Tiba-tiba memegang tanganku dan menyeretku berlari. Terkadang menegurku untuk tak mengeluarkan suara sekecil apapun. Semua yang dilakukannya itu aneh. Tapi itu sangat menyenangkan. Rasanya seperti aku berada di 'Alice in Wonderland'.
"Haruka, daijoubu?"
"Tamami-chan, wajahmu pucat? Apa kau sakit?"
Terdengar lagi suara kedua sahabatku. Saat aku memandang mereka, ekspresi keduanya tampak cemas. Jadi kusunggingkan senyuman terbaikku pada mereka.
"Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit pusing tadi," kataku.
"Kau yakin baik-baik saja? Kita sebaiknya pulang saja? Atau kalau perlu, kami akan mengantarmu ke dokter…." sahut Muki-chan.
"Hountou ni daijoubu," tegasku.
"Belakangan ini kau tidak cukup tidur, kan? Mungkinkah karena itu kau jadi pusing?" tanya Yuki-chan.
"Ya, kurasa. Aku akan segar kembali setelah meminum latte-ku dan memakan scone ini," kataku yang kemudian meminum vanilla latte pesananku lalu memasukkan sepotong scone ke dalam mulutku.
"Sebenarnya, apa yang kau pikirkan sampai kau kurang tidur, Haruka?"
"Ano… sebenarnya ada yang ingin kukatakan pada kalian."
"Apa itu, Tamami-chan?"
"Ayahku dipindah tugaskan. Okaa-san ingin kami pindah ke Tokyo…."
"APA?" sahut kedua temanku serentak, mereka terlihat sangat terkejut.
"Aku lebih suka tinggal di pedesaan seperti ini daripada di kota besar seperti Tokyo. Meskipun teknologi di kota sudah sangat maju dan fasilitasnya lengkap… aku tidak ingin pindah. Aku sangat suka udara pedesaan yang masih alami dan menyegarkan ini, tanahnya juga sangat subur hingga aku bisa dengan mudah menanam apapun yang aku suka. Jadi aku menolak untuk ikut mereka."
"Meskipun begitu, mereka pasti tetap bersikeras, kan? Mereka pasti tidak ingin meninggalkanmu tanpa pengawasan orang dewasa mengingat kita masih di bawah umur. Lagipula, negara kita adalah negara hukum dan memiliki aturan…." kata Yuki-chan.
"Itu benar, mereka bilang aku masih anak-anak, jadi tidak boleh tinggal sendirian. Tapi aku juga keras kepala. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidak membawaku. Katanya mereka akan menitipkanku pada paman dan bibiku. Mereka tinggal di desa sebelah… jadi aku akan pindah ke sana."
"Begitu? Kalau hanya pindah ke desa sebelah, kita masih bisa sering bertemu setiap hari libur. Apakah kau akan pindah sekolah juga?" tanya Muki-chan.
"Ya, sepertinya. Soalnya paman dan bibiku orangnya gampang khawatir, apalagi aku anak perempuan katanya."
"Tolong jangan pernah putus kontak, ya, Tamami-chan? Dan kita pokoknya harus berkumpul setiap weekend!"
"Ya, tentu saja."
"Meskipun kau hanya akan pindah ke desa sebelah, aku akan merindukanmu, Haruka!"
"Aku juga pasti akan merindukan kalian semua! Kita kan punya sepeda, jadi kita pasti bisa sering-sering jalan sama-sama lagi."
"Ya. Jangan lupa untuk pamit pada Inaba juga!"
"Itu sudah pasti, Yuki-chan."
"Jadi kapan kau akan pindahan, Haruka?"
"Besok lusa," kataku yang dijawab dengan anggukkan oleh mereka berduua.
Aku tidak tahu apakah di sekolah ku yang baru nanti, aku bisa mendapatkan teman sebaik mereka berdua dan Inaba-kun? Semoga saja aku bisa cepat beradaptasi dan mendapakan banyak teman. Dan kuharap kehidupanku akan lebih menyenangkan.
.
-LCaF-
.
Natsume Takashi meguap lelah, saat ia meletakkan tas sekolahnya di sebelah mejanya.
"Apa tadi malam kau tidak bisa tidur?" Nishimura bertanya sambil memainkan pensil mekaniknya bosan.
"Mmm…" gumam Natsume sambil duduk di kursinya, sudah siap untuk tidur. Ia pun mulai membenamkan wajahnya di permukaan meja.
"Sebenarnya, apa yang kau lakukan setiap malam? Kau sepertinya tidak pernah cukup tidur, membuatku bertanya-tanya, mungkinkah ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami?"
"Sesuatu? Seperti apa?" tanya Natsume basa-basi.
'Aku hanya mengembalikan nama ayakashi seperti biasa,' lanjutnya dalam hati.
"Kau sedang punya masalah dengan cinta, benar? Aku telah menemukan rahasiamu, suka atau tidak suka!"
Natsume hanya mendesah mendengar ucapan Nishimura. Bel berbunyi, para siswa-siswi pun mulai mengambil tempat duduk mereka satu demi satu.
"Hei, Natsume! Perlukah aku mengingatkanmu bahwa hari ini kita akan memiliki murid pindahan baru? Dan untuk yang sekarang pasti cewek!"
"Ah, sepertinya Natsume-kun lupa. Tapi belum tentu juga tebakanmu itu benar, Nishimura! Jadi sebaiknya jangan terlalu berharap!" sambung Tsuji—Ketua kelas— mereka.
"Kali ini aku pasti benar!" sahut Nishimura ngotot.
Akhirnya Tsuji kembali ke tempat duduknya, semua orang pun sudah duduk di bangku mereka masing-masing. Dan ada keheningan yang aneh seperti ketenangan sebelum badai. Wali kelas mereka masuk lima menit lebih lambat dari biasanya, ditemani oleh seorang murid pindahan.
Teman-teman sekelas Natsume memulai keributan yang nyaris tak terdengar tapi itu cukup untuk menarik perhatiannya dari awan putih pucat yang menghiasi langit biru di luar. Ia bisa merasakan telepati kemenangan Nishimura. Murid pindahan tersebut memang seorang gadis.
Dia memiliki rambut lurus berwarna cokelat gelap sepunggung. Bibirnya yang merah alami membentuk senyuman ramah. Hampir semua murid laki-laki di kelas terdiam dengan mulut sedikit terbuka, seolah-olah mereka tengah menilai murid pindahan itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Sementara itu Natsume tampak terkejut untuk sesaat. Ia tak menyangka akan bertemu dengan gadis yang ia temui di hutan beberapa waktu yang lalu. Hutan di mana ayakashi pemilik cincin berbatu merah tinggal. Ayakashi penjaga hutan yang biasanya berubah menjadi burung hantu putih setiap kali meninggalkan hutan dan menghilangkan ingatan gadis yang kini tengah berdiri di samping wali kelasnya.
"Oke, perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu!" kata wali kelas mereka.
Gadis itu menggangguk dan mulai memperkenalkan diri. "Namaku Tamami Haruka, senang berjumpa dengan kalian semua!"
"Salam kenal, Tamami-chan!" sahut beberapa anak laki-laki.
"Silakan duduk di bangku yang kosong sebelah sana!" kata wali kelas mereka sembari menunjuk bangku kosong yang awalnya milik Sasada Jun sebelum dia pindah sekolah.
Saat berjalan menuju bangkunya Tamami tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia benar-benar tak menyangka bisa bertemu lagi dengan lelaki yang memergokinya tertidur di bangku taman beberapa waktu yang lalu. Sekarang karena mereka berdua kembali berjumpa, dia bisa menanyakan nama lelaki itu, kan?
.
Jam istirahat tiba, Tamami baru saja akan membuka kotak bentou-nya ketika beberapa murid mulai berkumpul di sekitar tempat duduknya. Mereka mulai memperkenalkan diri dan menanyakan beberapa pertanyaan padanya. Tamami tak menyangka dia akan dikerumi seperti ini saat jam istirahat, jadi ia pun tersenyum ramah pada mereka dan menjawab pertanyaan mereka satu-persatu. Selang beberapa menit kemudian, seorang lelaki berambut cokelat ikut menghampirinya sambil menyeret anak lelaki yang dia temui di taman.
"Hai, namaku Nishimura Satoru. Salam kenal ya, Tamami-san! Ini sahabatku Natsume Takashi!" kata lelaki bernama Nishimura itu sambil tersenyum lebar.
"Salam kenal juga, Nishimura-kun, Natsume-kun!" kata Tamami membalas senyuman Nishimura.
'Natsume?' kata Tamami dalam hati, ia teringat nama itu pernah disebutkan oleh seseorang dalam mimpinya.
Apakah itu hanya kebetulan semata atau orang bernama Natsume ini adalah seseorang yang belakangan ini sering muncul di dalam mimpinya? Seseorang yang selalu memanggil lawan bicaranya dengan sebutan 'sensei'. Kalau orang bernama Natsume ini memang Natsume yang itu, Tamami ingin mengenalnya lebih dekat.
"Tamami-chan, bagaimana kalau kita makan siang bersama?" tanya salah seorang siswi yang barusan berkenalan dengannya.
"Ayo!" kata Tamami menerima ajakan tersebut.
"Nishimura, ayo kita ke atap! Kitamoto dan Tanuma mungkin sudah menunggu kita daritadi!" kata Natsume sambil menyeret Nishimura yang tampak enggan untuk pergi.
Begitu kedua orang itu pergi, Tamami kembali tersenyum pada teman-teman barunya lalu mulai membuka kotak bentou-nya.
'Muki-chan, Yuki-chan, Inaba-kun, rupanya banyak anak-anak yang ramah di sekolah baruku ini. Kurasa aku akan segera mendapatkan teman baru. Omong-omong, kalian sedang apa sekarang? Sedang menyantap bentou juga kah?' pikir Tamami yang bahkan sudah sangat merindukan ketiga sahabatnya tersebut.
"Omong-omong, Tamami… kau mau bergabung dalam klub apa?" tanya salah seorang siswi.
"Um, karena di sekolahku yang lama aku bergabung dalam volley ball club. Kurasa di sini aku juga akan bergabung dalam klub volley."
"Wah, kebetulan sekali! Aku juga anggota klub volley! Apa posisimu di klub yang lama?"
"Setter!"
"Kebetulan sekali, klub kami memang sedang membutuhkan setter ekstra. Omong-omong, aku wakil kapten-nya lho…."
"Benarkah itu, Mizuki-san?"
"Aduh, panggil saja aku Takako!"
"Bagaimana denganmu, Hasegawa-san? Kau ikut klub apa?
"Wah, panggil saja aku Rin! Aku bergabung dalam klub anggar…."
"Kalau begitu… kalian juga boleh memanggilku Haruka. Tak kusangka kau suka seni beladiri, Rin-chan!"
"Sebenarnya dia tidak begitu suka martial art, tapi karena Natsume-kun dan Nishimura adalah salah satu anggota klub anggar, dia jadi gabung deh…." Kata Mizuki yang sukses membuat wajah Hasegawa memerah.
"Eh?"
"Sebenarnya Rin adalah salah satu fan-nya Natsume-kun. Natsume-kun sebenarnya lumayan populer di kalangan para gadis di sekolah ini. Hanya saja Natsume-kun tidak pernah menyadarinya karena dia terlalu pendiam, kau tahu? Para gadis biasaya memanggilnya cowok keren," cerita Mizuki.
"Ya, dia memang cool!" Tamami mengakui. Kini, wajahnya sudah sama merahnya dengan Rin.
"Are, muncul lagi seorang fan Natsume-kun! Kau dengar, Rin? Mulai sekarang Tamami adalah sainganmu!" kata Hasegawa yang kemudian tertawa.
"Ano… apa kau bukan fan Natsume-kun juga, Takako-chan?" tanya Tamami polos.
"Bukan. Dia fan-nya Tanuma-kun dari kelas sebelah," jawab Hasegawa. Kini giliran Mizuki yang blushing.
"Oh, begitu. Aku jadi penasaran dengan orang yang bernama Tanuma itu. Omong-omong, kata Kepala Sekolah murid-murid sekolah ini dilarang kerja part time… Mengapa begitu? Padahal kita kan sudah cukup umur untuk bekerja part time!"
"Mungkin karena Kepala Sekolah ingin murid-muridnya konsentrasi belajar. Lagipula, di desa ini tidak banyak lowongan pekerjaan! Apakah di sekolahmu yang sebelumnya kau kerja part time, Tamami?" tanya Mizuki.
"Ya. Aku kerja part time di sebuah mini market dan karena sekolah ini melarang murid-muridnya untuk bekerja, aku terpaksa mengundurkan diri."
"Hm… sayang sekali, ya? Tapi mau bagaimana lagi? Itu sudah menjadi salah satu peraturan di sekolah ini!" sahut Hasegawa.
Mereka pun kembali melanjutkan makan siang mereka karena tidak lama lagi bel masuk akan kembali berbunyi.
.
-LCaF-
.
Natsume berlari kencang tanpa menoleh ke belakang. Lagi-lagi seperti ini, entah mengapa belakangan ini semakin banyak saja youkai yang memburunya. Entah karena ingin merebut yuujinchou atau bahkan menculiknya untuk dijadikan makan malam. Ini benar-benar hari yang buruk karena saat ini Nyanko-sensei tidak sedang bersamanya. Mungkin dia sedang mabuk-mabukan di hutan Yatsuhara bersama para Inu no Kai.
Natsume masih terus belari. Ia bahkan tak menyadari kalau dia sudah berlari sangat jauh dari sekolahnya hingga ke desa sebelah. Ketika dia melihat sebuah gerbang kuil, Natsume pun berlari menuju gerbang besi berwarna merah tersebut, menaiki anak tangga batu satu demi satu. Ia hampir saja kehilangan keseimbangan dan terjatuh karena ada satu anak tangga yang licin saat terinjak, akibat lumut yang tumbuh di permukaan batu tersebut. Untungnya dewi keberuntungan masih berpihak padanya hingga ia tidak jadi jatuh.
Natsume akirnya sampai di kuil. Ia pun bersembunyi di dalam kuil dengan nafas tersengal-sengal. Syukurlah, youkai tingkat menengah berbentuk hyena bertanduk satu itu berhenti mengejarnya. Nampaknya youkai tersebut tidak bisa memasuki area kuil. Natsume pun menghela nafas lega meskipun ia masih sangat kelelahan karena terus berlari tanpa henti. Wajahnya pucat dan butir-butir keringat berkilau di dahinya.
Di luar kuil youkai itu masih berkeriaran seakan menunggu Natsume untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Moncongnya masih membaui pemilik kekuatan spiritual tingkat tinggi yang hendak ia jadikan mangsa karena rasanya pasti lezat.
Selang beberapa menit, muculah sosok youkai rubah putih berekor sembilan dengan wujud setengah manusia, rambut silver-nya yang pendek sebahu nampak sangat cocok dengan wajahnya yang cantik. Di samping kirinya ada youkai lain dalam bentuk manusia dengan ular putih yang melilit di tubuhnya. Kedua youkai tersebut mengusir youkai yang mengejarnya tadi dengan ekspresi marah. Youkai rubah ekor sembilan menyemburkan bola api berwarna putih, sedangkan youkai ular putih membelit tubuh youkai bertanduk satu itu agar tak melarikan diri. Serangan itu membuat youkai yang mengejar Natsume menyusut menjadi bentuk anak hyena dengan tanduk kecil menyembul di dahinya dan langsung berlari ketakutan, nampaknya energi spiritualnya telah banyak yang terserap.
"Youkai rendahan itu berani sekali berkeliaran di wilayah Dewa kita," kata youkai ular putih, masih dengan wujud manusianya yang nampak seperti anak remaja usia 14 tahunan.
Sementara itu, youkai rubah putih berekor sembilan langsung berbalik badan, tatapannya tertuju pada Nasume yang masih bersembunyi di dalam kuil.
"Aku tahu kau yang ada di dalam sana, Natsume Reiko, cepat keluar dari kuil Dewa Bumi! Majikan kami tak akan suka ada manusia yang masuk ke dalamnya."
Natsume pun lekas keluar dari tempat persembunyianya dan langsung menunduk singkat sebelum kembali berdiri tegak. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menodai kuil Dewa kalian. Apakah kalian shikigami?"
"Ya. Dan maaf saja, kami tidak bisa mengizinkanmu untuk kembali hidup-hidup… kecuali jika kau mengembalikan nama kami! Gara-gara kau mengambil nama kami, Dewa kami mengabaikan kami meskipun kami selalu merawat dan menjaga kuil ini. Ia bahkan tidak pernah menghuni kuil ini lagi sejak nama kami kau ambil. Dia lebih memilih untuk tinggal di kuilnya yang lain," kata youkai ular putih panjang lebar.
"Jika kau mengambalikan nama kami, kami bisa kembali kepada Tuan kami. Kalau kami tak salah ingat, nama kami diambil sekitar 30 tahun yang lalu, tapi mengapa kau masih tetap muda seperti ini? Apakah kau meminum darah puteri duyung? Dasar manusia laknat!" kata youkai rubah.
"Tidak, kalian salah paham. Aku bukan Reiko-san. Aku cucunya. Namaku Natsume Takashi. Dan aku pasti akan mengembalikan nama kalian, jadi tolong biarkan aku pulang ke rumah."
"Benar juga, kalau diperhatikan dengan lebih teliti kau ini anak laki-laki," sambung youkai ular putih.
"Kami akan melepaskanmu, jadi cepat kembalikan nama kami!" perintah youkai rubah.
Natsume mengangguk. Ia pun mengambil yuujinchou dari dalam tasnya dan memulai ritual pengembalian nama.
"Kukembalikan nama kalian, Ririana, Ayame!" kata Natsume. Lalu, sekelebat ingatan pun muncul dalam benaknya.
.
"Kau salah satu pengikut, Natsume Reiko, kan? Katakan pada kami di mana majikanmu yang kurang ajar itu!" seru Ayame. Di samping kanannya berdiri Ririana yang sudah siap melancarkan bola apinya.
Di depan mereka sosok youkai berwujud anjing raksasa dengan bulu cokelat dan mata merah menatap Ririana dan Ayame tajam. Dlam penglihatan Ririana tubuh youkai itu diselimuti aura kebencian dan dia mulai berbicara dengan suara berat dan dalam,
"Dulu aku memang sangat mengaguminya, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Wanita itu tidak berguna pada akhirnya, sama seperti manusia lainnya meskipun dia memiliki potensi. Dia memiliki kekuatan spiritual sebesar itu, namun tidak pernah menggunakannya untuk siapapun. Dia egois dan tidak berguna. Dia bertindak seperti manusia, manusia kotor dan lemah. Aku memang pernah menjadi pengikutnya, tapi aku segera menyadari kesalahanku. Itulah mengapa aku mengutuknya!"
"Kau mengutuknya?" ulang Ririana.
"Benar, kutukan kebencianku sendiri! Salah satu yang masih diturunkan di generasi Natsume. Apakah kalian ingin tahu, kutukan apa itu? Meskipun ada seorang dai-youkai yang akan melindunginya, kutukan itu akan tetap ada, berakar sampai pada keturannya. Jika dia punya anak atau cucu, mereka akan menderita. Sama seperti Reiko, mereka akan mati di puncak masa muda mereka. Dan mereka akan merasakan rasa sakit tak terperi selama sepuluh hari sebelum kematian. Mereka akan mati dalam kesedihan dan kegelapan. Itulah kebenaran dari kutukan tak terlihat yang keturunan Natsume tanggung. Sungguh tragis, bukan? Padahal sejak lahir dia sudah menanggung kutukan Slay Vega. Natsume memang menyedihkan!"
"Kau sungguh jahat! Bisa-bisa kau mengutuk manusia seperti itu? Kau pikir kau itu dewa? Huh! Ririana, kita bunuh saja dai-youkai ini. Jika kita berdua menyatukan kekuatan, kita pasti bisa mengalahkannya! Youkai sepertinya tidak boleh dibiarkan berkeliaran di dunia ini!" tegas youkai ular putih.
"Asal kalian tahu saja, meskipun aku mati… kutukan itu tak akan pernah hilang!"
"Seolah kami peduli. Kami tidak ingin youkai berhati busuk sepertimu merusak keseimbangan dunia!" sahut Ririana. Dan dengan itu pertempuran antara tiga dai-youkai pun tak bisa dihindari.
.
'Kutukan? Slay Vega?' pikir Natsume.
Natsume collapse. Buku persahabatan meluncur jatuh dari tangannya. Penglihatannya mulai mengabur. Mengembalikan dua nama dai-youkai dalam satu hari memang tak bisa dianggap remeh. Seluruh kekuatannya terkuras habis. Dadanya mendadak sakit dan terasa terbakar. Ia tidak bisa bernafas. Dia tidak bisa bergerak. Kepalanya pusing dan seluruh tubuhnya terasa nyeri. Dan ketika dunianya memudar sekali lagi, hanya satu kata yang ada dalam pikirannya ; kematian.
.
To be Continued
.
A/n : Hello, salam kenal semuanya! Saya author baru di fandom ini, dan ini adalah fanfic Natsume Yuujinchou pertama saja. Jadi mohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan dan juga typo. Sama seperti dalam manga-nya Sasada Jun sudah pindah sekolah, jadi disini tidak ada Sasada. Natsume dan Nishimura juga bergabung dalam klub anggar sama seperti dalam manga. Dalam fanfic ini chara ceweknya adalah Tamami yang muncul dalam OVA NY Roku. Dan dalam ff ini juga ada beberapa OC yang saya masukin, soalnya NY kekurangan chara cewek sih. Untuk Sakurai Mitsumuki dan Miharu Yuki, anggap aja mereka adalah dua orang teman Tamami yang nyapa dia pas mau masuk hutan itu lho...
Mind to RnR? See you next chapter! ^^
