One More Step

Berbicara tentang sebuah getaran hati, Chankyung pernah merasakannya. Awalnya Chankyung tidak peduli namun, semakin lama getaran tersebut semakin hebat.

Panggil dia Kihyun bukan, Eomma ataupun Hyung. Kihyun, si Eomma yang membuat anaknya jatuh cinta. Chankyung.

Suasana drom sunyi, bukan karena tidak ada orang satupun. Disana– tepatnya disopa ruangan terdapat Wonho yang tengah bolak balik mengganti chanel televisi. Wajahnya terlihat bosan.

Kian beberapa menit Chankyung keluar dari kamarnya. Seperti Wonho wajah Chankyung juga terlihat tidak bersemangat. Wonho menatap Chankyung yang melewatinya tanpa menggubris sedikitpun aktivitas hyungnya.

"Ini pasti karena Kihyun, benarkan?" Tanya Wonho ketika Chankyung tiba didepan kulkas.

Chankyung menoleh, menggernyit tak mengerti. "Kau pikir hyungmu bod Shh.. Kyung-ah aku memang tidak tau apapun tapi, apa kau tidak menyadari sesuatu?"

"Mwo? Menyadari apa?" Wonho meringgis penuh penyesalan sambil kemudian membenarkan posisi duduknya guna melihat punggung magnaenya itu lebih jelas.

"Kihyun dan Hyungwon? Kau tidak tahu?"

Chankyung diam sejenak sebelum kembali menuang air pada gelasnya. Mimik wajahnya berubah murung tanpa sebab."Eoh.." dia menggumam.

"Kau tau? Wuaa aku tidak percaya hal semacam ini terjadi.." Wonho balas menggumam tak percaya.

Van hitam itu meluncur dengan kecepatan sedang. Diluar hujan deras mengguyur kota, mengantar mereka pulang. Sementara yang lain tidur karena lelah, seseorang terjaga sembari memandangi tetasan air yang memmbasahi kaca mobil mereka. Dia–Kihyun tidak ingin melewatkan kesempatan ini lagi nanti. Sebenarnya, kihyun bukan memandangi rintikan hujan melainkan pantulan seseorang yang tidur disebelahnya. Chankyung.

Anak bungsunya itu memang selalu tertawa, tersenyum, manja, bahkan tidak pernah sungkan pada member lain tetapi sikap seperti itu tidak pernah ditunjukan pada Kihyun, sang Eomma. Kihyun berpikir itu bukan hal besar, dia hanya akan memperlakukan magnaenya lebih baik lagi…dengan begitu Chankyung mungkin mengerti.

"Saranghae.."

Berdua saja dengan Kihyun, membuat hati Chankyung berdegup hebat. Seluruh umpatan tertahan ditujukan pada Hyungwon sang hyung yang menurut Chankyung hanyalah manusia tanpa beban. Awas saja nanti.

"Wae?" Sebuah suara lembut menyapa telinganya. Chankyung mengedip-ngedipkan matanya bodoh, "w-wae?" Tanya Chankyung gugup.

Chankyung akan baik-baik saja jika Kihyun menatapnya datar tetapi kekehan ringan sang Eomma menyadarkannya, dia membuang muka. Enggan memandang manik telaga Kihyun.

"Hah… aku senang Hyungwon menempatkan kita disini." Kihyun memandang langit gelap tanpa bintang itu.

"Bodoh, cuaca dingin ini akan membunuh kita." Ujar Chankyung.

Kihyun terkekeh lagi. Tiba-tiba sebuah ide muncul dia mendekat lalu memeluk Chankyung dari belakang.

"Eottae? Apa masih dingin?" Tanyanya.

Rutukan tertahan Chankyung kali ini tertuju pada dirinya sendiri, seharusnya dia lebih hati-hati ketika berbicara pada Kihyun.

"E-Eoh.. ." Balas changkyung seadanya.

Kihyun menghirup aroma tubuh Chankyung dengan seksama, aroma yang tidak pernah Kihyun temukan dimanapun apalagi ditubuh Minhyuk. Ah.. tidak semestinya dia mengingat anak kurang ajar itu saat ini.

"Hyung.." panggil Chankyun.

"Hn.."

"Kau bisa melepaskan pelukannya?!"

Mata Kihyun tebuka, tersnyum simpul sebelum akhirnya melepas pelukannya.

"Changkyun-ah, apa Hyungwon mengatakan sesuatu?"

"Tidak. Kenapa?"

"Tidak, lupakan. Ayo pulang, sebelum semua orang mengenali kita.." ucap Kihyun.

Chankyung berdecih geli. Semua orang? Bahkan dia sendiri tidak percaya diri untuk mengatakannya, kenapa eommanya begitu yakin.