Campur sari

Kata Pengantar : tenang aja gan, ni bukan kata pengantar buat buku nyang panjang lebar kok, tapi nyang gw mah cukup panjang saja ga pake lebar *ditabok*. Euuuhm, perkenalkan ini fanfic perdana gw, setelah bnyk baca fanfic Dramione dan terinspirasi dari banyak author kayak Aprocief dan Chellesmere akhirnya gw bikin fanfic juga (terimakasih sdh menginspirasi )

Cerita ini difokuskan pada kisah Draco dan Hermione dengan berbagai macam petulangan seru (ngg... mudah2an beneran seru) dengan berbagai 'bintang tamu' dari cerita lain. Salah satunya yang chapter pertama ini. Hahahahaha . mohon maaf kalo d tengah2 cerita tiba2 ada yg jadi pengen nabok laptopnya ato kompienya gara2 frustasi sama fanfic gw ini. Namanya juga fanfic, jadi ceritanya bakal banyak yg aneh,kagak jelas, ato bikin tensi naek. Hahahahaha *ketawa setan* salah sendiri baca fanfic gw, cerita gw suka-suka gw dong *dihajar orang sekampung* . Jadi jangan kaget ya kalo banyak cerita yang ga sama dengan aslinya.

Yaak, tanpa basa-basi lagi (karena beneran dah basi kata pengantarnya beneran panjang lebar) background cerita ini berlangsung d masa Harry dkk berhasil memenangkan pertempuran melawan Voldemort. Hogwarts sudah berfungsi secara normal dan dikepalai oleh Prof. Mc Gonagall. Harry dkk diberi kesempatan u/ mengulang tahun ketujuh yang tidak sempat mereka enyam dengan baik dan benar, termasuk sang Pangeran Slytherin Draco Malfoy. Jadi setting ceritanya adalah tahun terakhir mereka d Hogwarts. Monggo, dinikmati ceritanya. Sedooot gan :


Cerita ini diawali dari suatu sore dimana matahari sedang bersinar malas-malasan di langit. Kastil Hogwarts yang telah mengalami banyak penderitaan berupa pengahancuran paksa, disengaja, dan tak disengaja beberapa bulan lalu dalam pertempuran berdarah woow-ternyata-voldermot-bisa-mati-juga kini sudah menunjukkan aktivitas normal para penghuninya. Sebut saja salah satunya tiga sekawan yang akan selalu bersama sampai ajal memisahkan mereka berniat berpisah yang namanya menjadi semakin melejit tetapi tidak menjadi pelit yaitu Harry, Ron, dan Hermione. Kehidupan ketiga remaja penyelamat dunia ini sudah kembali normal (meskipun kini sering kali ada teriakan "oooh Harry/Ron/Hermione, aku padamu..." ). Ketiga pahlawan Gryffindor ini sedang melepas lelah di pinggir danau sehabis pelajaran Transfigurasi yang menyiksa jiwa dan raga.

"Jadi, kau benar-benar berniat tidak akan mengambil tawaran ketua murid itu, Hermione?" Harry menanyai Hermione yang sedang mencelupkan kakinya di dalam air.

"Tidak, Harry. Jabatan prefek sudah cukup buatku, aku ingin menikmati tahun terakhirku dengan damai tanpa harus memikul tanggung jawab yang lebih besar. Aku sudah bosan di uber-uber masalah." Hermione menjawab sambil tersenyum kecil.

Ron yang duduk di sebelah Hermione menatapnya takjub, "Sangat tidak Hermione kan, Harry? Kukira waktu ditawari oleh Mc Gonagall saat pertemuan perdana prefek, dia akan mengacungkan jari dan menggulingkan meja saking semangatnya mengacung." Ron terkekeh mengingat pertemuan prefek semalam. Hermione menatapnya jengkel. "Dan kau sendiri, kenapa menolaknya?" Ron tertawa sebelum menjawab. "Karena err-my-knee, aku adalah orang yang tidak suka menambah popularitas. Popularitasku yang sekarang sudah cukup, dan aku tak berniat menambahnya lagi." Ron mengerling sekumpulan cewek yang berada beberapa meter dari mereka. Kumpulan cewek itu menatap trio Gryffindor itu (karena gerombolan cewek-cewek ini masih normal, mereka lebih tepatnya menatap Harry dan Ron, dan mulai heboh dan terkikik seperti monkey, kikikiki). Salah satu dari mereka meneriakan " Rooon, aku padamu," diakhiri dengan tatapan genit dan tawa heboh dari teman-temannya.

"oooh, sungguh Harry buddy, aku mengerti perasaanmu sekarang ketika dikejar-kejar cewek," Ron menghela napas sok penting.

"Syukurlah kau sadar sobat, nikmatilah keberuntunganmu," Harry menyeringai.

"oooh, yang benar saja!" Hermione mendengus sebal. Tepat saat itu sesosok tubuh lewat di halaman kastil. Seorang cowok berambut pirang platina dengan wajah runcing melangkah cepat dan masuk ke dalam kastil. Hermione mengamatinya sesaat. Harry menyadari arah pandangan Hermione.

"Bagaimana sang Pangeran Slytherin kita,uh?"

Hermione yang menyadari tatapan Harry padanya menoleh, "Well, sepertinya perang mengubah sikapnya Harry. Dia jadi pendiam sekarang, setidaknya itu yang kuamati di rapat prefek. Dia tidak menggangguku atau Ron lagi." Ron yang mendengar ucapan Hermione mendengus.

"Bukan tidak Hermione, tapi belum. Dia belum ketemu waktu yang tepat saja."

"Kurasa tidak, Ron. Perang kemarin berimbas pada keluarganya. Ayahnya di penjara karena terbukti memihak Voldemort. Masyarakat berani memusuhi mereka secara terang-terangan sekarang. Kekuasaan Malfoy memudar, sepertinya."

"yah, semoga saja." Ron berkata sinis. Harry tersenyum maklum mendengar jawaban Ron.

"Ngomong-ngomong soal Malfoy, aku baru ingat malam ini patroliku bareng dengannya. Kurasa aku mau kembali ke asrama dan istirahat sebentar sebelum makan malam. Kalian mau masuk ke asrama sekarang? " Hermione mulai berdiri dari duduknya dan memasang kembali sepatunya.

"eeuuh, yeah, aku juga pengen tidur," Harry ikut beranjak. Ron yang melihat kedua sahabatnya berdiri mengangkat bahu kemudian ikut berdiri. Sebelum berjalan Ron berkata kepada Hermione, "Hati-hati Hermione, siapa tau dia mau mengajakmu berduel nanti malam".

"Ron?"

"Yes?"

"Jangan bego."

"Terima kasih sudah mengingatkan."

Tiga sekawan itu berjalan masuk ke arah kastil


Draco dan Hermione berjalan dalam diam menyusuri koridor berlantai batu. Draco berjalan cepat dengan tongkat sihir yang berpendar teracung di tangannya. Hermione berusaha menyamai langkahnya, dan itu agak sulit mengingat Hermione sedang membawa buku di satu tangan dan tongkat di tangan lainnya. Draco sama sekali tidak berniat memelankan langkahnya. Ketika mereka melewati sebuah baju zirah, Hermione tidak bisa menahan mulutnya untuk berbicara.

"Err,,Malfoy, mungkin kau lupa kalau kitalah yang sedang berpatroli."

"Lalu?" Draco menjawab dingin tanpa memelankan langkahnya.

"Yah, kau nggak perlu berjalan cepat begitu kayak orang kena razia satpol PP, kan?"

-reader : "bentar, satpol PP?"-

-Author: "ini fanfic sodara2, suka2 saya".-

-reader: "author sarap" *emosi d tahan*.-

Saat itu Draco menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Hermione, wajah sang Pangeran Slytherin dingin tanpa senyum. "Satpol PP? Istilah apa lagi itu, Granger? Kebiasaanmu di dunia muggle jangan kau bawa-bawa ke sini." Draco memanndangnya dengan tatapan menghina. "Dan, singkirkan bukumu itu kalau kau tidak ingin kesulitan berjalan! Kita sedang kencan patroli, bukan study tour!"

"Hmmph, jangan sok galak begitu Malfoy, aku cuman mengejar ketinggalanku belajar belakangan ini. Aku sibuk sekali." Hermione tiba-tiba curhat.

"Aku tidak peduli, Granger," Draco baru akan berbalik ketika didengarnya Hermione tetap melanjutkan curhatnya.

"yaahhh, salahku memang karena kemarin-kemarin keranjingan buka youtube. Tapi, damn, si poison snail itu emang lagi ngetrand banget dan menggelitik hidung, maksudku jiwaku untuk mencari tahu."

-reader: "youtube?poison snail?wooooyyy,mereka idup jaman kapan sih?"-

-author: ngorek-ngorek idung ngga peduli, "fanfic, maklumi sajalah."-

Draco menyipitkan mata menatap Hermione. "Granger?"

"Apa?" Hermione menyadari tatapan Draco yang menurutnya sebuah ajakan duel.

"Apa perang kemarin membuat kepalamu terbentur atau apa?"

"Hooo, sama sekali tidak, Malfoy. Aku sehat sekali malah, mungkin kau yang mengalami cedera otak karena di tonjok Ron, ingat?" Hermione memasang tampang sok lugu.

Draco makin menyipitkan matanya sekaligus mengingat peristiwa memalukan itu beberapa bulan yang lalu. "Tutup mulutmu, darah lumpur." Draco berkata pelan namun justru terdengar mengerikan. Meskipun rezim Voldemort telah tamat dan upaya kementrian dalam penyatuan darah murni, campuran dan muggle born sedang dilakukan besar-besaran, masih ada beberapa pihak (termasuk keluarga Malfoy) yang masih belum benar-benar bisa menerima hal tersebut.

"Haah, kukira kau sudah mulai berubah, Malfoy. Setidaknya setelah apa yang menimpamu. Ternyata tetap sama saja!" Hermione memberikan tatapan maut ala sinetron Indonesia.

" Tentu saja Granger, kau berharap aku berubah bagaimana? Jadi bersikap manis padamu?" Draco tersenyum sinis sambil melangkah mendekati Hermione.

"Yah, ngga begitu juga, tapi errr, setidaknya- heh- ngga usah maju-maju segala !" Hermione membentak Draco yang semakin mantap mengarahkan langkahnya ke arah Hermione. Draco semakin melebarkan senyum miringnya. "Ga usah tebar pesona begitu, Malfoy! Aku tidak akan terpengaruh! Aku bukan cewek-cewekmu itu yang terpana sekalipun melihatmu ngences sambil tersenyum! Dasar keong racun!"

Draco terkejut mendengar ucapan Hermione. Harga dirinya seakan terluka.

"Jangan ngaco, Granger. Aku tidak pernah ngences sambil tersenyum! Dan aku bukan keong racun! Aku tidak pernah mengajak tidur cewek yang baru kukenal!" Draco berkata berang.

"wooow, kau tahu keong racun juga ternyata? Hahahaha. Tapi kau memang keong racun, Malfoy, dan kau ngences. " Hermione berkata geli.

"Tutup mulut, Granger! Aku bukan keong racun dan aku tidak mengences!"

"kau ngences." Hermione berkata santai.

"tidak."

"Iya."

"Tidak, Granger!"

"Iya, Malfoy. Ngaku sajalah."

"Aku TIDAK NGENCES KETIKA SENYUM. AKU HANYA NGENCES KETIKA TIDUR!" Malfoy mendadak menutup mulutnya, menyadari kalau ia kelepasan bicara. Hermione melongo menatap malfoy. Dia tidak menyangka ucapan asal-asalannya ternyata fakta dari sang Pangeran Slytherin. Draco berusaha mengembalikan ketenangan dirinya. Dia segera berbalik dan melanjutkan langkahnya meninggalkan Hermione, ketika didengarnya suara lirih bertanya. Bertanya? Well, ada apa ini.

"Maaf?"

"Tutup mulutmu, Granger, dan mulailah patroli!" Draco berkata dingin sekaligus terkejut mendengar ucapan-yang-dia-sangka-diucapkan-Hermione.

"Err,, maaf, tapi itu bukan suaraku." Hermione menjawab bingung.

"Berhentilah main-main, Granger!" Draco menjawab sebal.

" Itu memang bukan suaraku."

"Huh!"

"Maaf?" Suara itu terdengar kembali. Arahnya dari ruang kelas kosong yang ada di sebelah kanan Hermione dan Draco.

"Tuh kan, bukan aku!" Hermione berkata puas. Draco menatapnya terpana, memberikan tatapan ini-bukan-saat-yang-tepat-mengenai-siapa-yang-benar-bodoh!

"Nggg, rasanya aku sudah makan agar-agar bahasa yang tepat. Apa kalian tidak mengerti ucapanku?" Suara yang serak cempreng agak-agak basah itu kembali terdengar. Hermione dan Draco mulai menegang karena takut,dan tiba-tiba dari pintu ruangan kelas tersebut munculah sesosok tubuh tambun, dengan proporsi kepala dan badan yang sama panjang, berwarna putih biru dan enam helai kumis.

"Hai, aku Doraemon, perkenalkan." Sosok itu tersenyum sebelum membungkukukkan badannya.

Hermione menatapnya separo ngeri separo terpesona. Sedangkan Draco, matanya mulai berkunang-kunang dan mulutnya megap-megap.

-Bersambung-


Yaaakkk, chapter 1-nya sampai di sini dulu. Mohon maaf kalau banyak karakter yang OOC dan ceritanya ngawur. Hanya ingin menyalurkan bakat terpendam yang sulit diterima orang. Hanya disinilah gw merasa bisa menyalurkan bakat gw dengan bangga *dihajar massa*

Mohon reviewnya jika berkenan :D. Thanks a lot