Setelah vakum yang lama, akhirnya saya lanjut menulis fanfic. Kali ini, fandom KnB. Tokoh utama disini adalah Kiyoshi, Hyuuga, Akashi, dan Midorima. Untuk bagian pertama akan menjadi cerita bagi Kiyoshi dan Hyuuga.
Ok, kita mulai...
Winter Camp
Chapter 1
Disclamer: (c) Tadatoshi Fujimaki / Shounen Jump
Winter camp.
Winter camp, berbeda dengan summer camp yang biasanya dilakukan secara rutin saat musim panas. Winter camp ini pertama kali dilakukan setelah pertarungan sengit antara Seirin melawan Rakuzan di Winter cup kemarin. Untuk menjalin persahabatan, setelah acara ulang tahun Kuroko Tetsuya, pemain keenam bayangan dari Kiseki no Sedai, Akashi mengajak para anggota Seirin bersama para Kiseki no Sedai dan tim Rakuzan untuk berlibur. Kebetulan sekali, pemain inti dari Seirin dan Rakuzan kebanyakan siswa kelas 2 sehingga mereka masih bisa liburan, bukan konsentrasi akan ujian kelulusan.
Bulan Februari, bulan penuh cinta. Mungkin itu yang membuat Akashi membuat acara winter camp ini. Dia ingin memberikan perhatian akan mantan tim yang pernah ia pimpin, tim sekarang yang ia pimpin, dan tim yang merupakan salah satu rival terkuatnya. Karena itu, dia mengundang para pemain terpilih itu ke pulau pribadi miliknya disebelah utara Jepang.
Di tempat janjian para anggota yang diundang adalah Sekolah Seirin. Sekolah tersebut berada di Tokyo dan kebetulan para anggota yang diundang kebanyakan berasal dari Tokyo. Jam menunjukkan pukul 9 pagi. Para peserta telah tiba. Kagami duduk di sebelah Izuki yang sedang mengobrol dengan Riko, Midorima bersama Takao, Aomine bersama Momoi, Kise yang kali ini menjadi seorang jones –Jomblo ngenes-, dan Murasakibara bersama Himuro telah berdiam di tangga yang biasa dipakai untuk akses menuju lapangan. Mereka disuruh menunggu di lapangan oleh Akashi. Hari itu masih musim dingin dan waktu dimana salju masih turun. Itu membuat para peserta kedinginan.
"Disini saljunya tidak setebal di Akita, ya 'kan Atsushi?" senyum Himuro yang mempesona.
Murasakibara terlihat lesu. Ya, di Akita biasanya saljunya tebal bagaikan gulali. Andaikan salju yang lembut itu adalah gulali dan bisa dimakan, Murasakibara pasti sekarang akan bersemangat.
"Ngomong-ngomong, Akashi-cchi mana ya? Katanya kita harus sudah ngumpul disini jam 9? Tapi kok belum datang-dataaaannggg-su!" omel Kise. Tampaknya dia bosan sehingga dia berguling-guling di rumput. Hebatnya, dia tidak merasa dingin. Apakah karena ia mengenakan jaket yang sangat tebal?
Aomine yang merasa terganggu, menendang Kise saat ia menabraknya. Kehebohan terjadi antara mereka berdua. Kagami melihat sekeliling dan mencari seseorang. Izuki bertanya pada Power Foward Seirin tersebut mengenai alasan mengapa dia terlihat tidak tenang. Ternyata, Kagami sedang mencari kaptennya. Ya, kaptennya dan Kiyoshi belum datang. Izuki dan Riko juga menyadari satu hal lain. "Kuroko, mana?"
Di tengah perjalanan menuju Seirin, Kuroko bertemu dengan Hyuuga dan Kiyoshi. Nafas Kuroko terengah-engah. "Pa... Pagi, kapten, Kishoyi-senpai!"
Kiyoshi tersenyum lebar. Saking paniknya, Kuroko sampai salah memanggil namanya. Dia menyuruh Kuroko untuk tarik napas dan kemudian memanggilnya kembali. Terlihat tas Kuroko sangat simpel. Ia hanya menggunakan tas ransel yang mungkin lebih besar dari tubuhnya. Dia tampak seperti tas berjalan dari jika dilihat dari belakang.
"Senpai, kamu ikut perkemahan?" heran Kuroko.
Ya, Kuroko khawatir dengan keadaan Kiyoshi yang saat ini sudah tidak bisa bermain basket lagi. Jangankan bermain basket, untuk jalan saja dia dibantu alat penahan di lututnya. Bagaimana jika ditengah perkemahan ini lututnya kambuh lagi? Kiyoshi menghapus keraguan Kuroko dengan mengelus kepalanya Kuroko.
"Jangan khawatir. Aku tidak akan memaksakan diriku kok! Aku hanya ingin berlibur dengan kalian sebelum aku ke Amerika".
Amerika...
Hyuuga terdiam mendengarnya.
Mengapa pagi ini Hyuuga bisa bersama Kiyoshi? Semalam, Kiyoshi menginap di rumahnya untuk mengobrol mengenai perihal ini. Kiyoshi ingin sekali pergi berlibur yang sangat jarang ini bagi para anggota Seirin bersama Kiseki no Sedai. Tidak hanya itu. Uncrowned Kings juga berkumpul (Kecuali Hanamiya. Padahal, Reo ingin sekali mengajaknya). Kesempatan ini tidak akan datang dua kali. Lagipula, saat nanti ia berada di Amerika, dia tidak akan merasakan hal ini lagi selama beberapa waktu. Dia akan sendirian lagi. Di ruangan yang dingin di negara asing.
Karena itu, Hyuuga mengizinkan dia untuk ikut rombongan. Dia tidak bisa menang saat ia berdebat melawan Kiyoshi...
Lagipula, Hyuuga tidak ingin melihat Kiyoshi menangis seperti dulu.
... Tidak ingin...
Sesampai di Seirin, helikopter milik Akashi sudah terparkir di tengah lapangan. Akashi berdiri di depan pintu masuk helikopternya bersama Midorima. Terlihat mereka sedang membicarakan sesuatu. Kuroko pun memanggil mantan kaptennya tersebut dan berhasil menarik perhatiannya.
"Kuroko. Kamu telat. Ayo cepat masuk!" seru Akashi dan melihat duo yang berada di belakang Kuroko.
"Hyuuga-san, Kiyoshi-san. Selamat pagi!"
Akashi membungkukkan tubuhnya untuk menghormati senior kuroko tersebut. Adegan itu berhasil membuat Hyuuga, Kiyoshi, dan Midorima tercengang. "Se... Selamat pagi..." ucap Kiyoshi dengan senyum dan mengeluarkan keringat dingin.
Perjalanan pun dimulai.
Di dalam perjalanan, Hyuuga tidak banyak bicara. Biasanya, saat Izuki mulai mengeluarkan candaannya, Hyuuga selalu membalas dengan ancaman. Tapi, hari ini dia seperti boneka. Hanya bisa diajak bicara saat orang mengajaknya berbicara. Kiyoshi membaurkan diri terutama dengan para Uncrowned Kings. Sesekali ia melihat Hyuuga yang hanya memperhatikan jendela. Ya, ini mungkin salahnya. Kenapa dia berbicara seperti itu pada Hyuuga semalam. Jika tahu Hyuuga akan menjadi seperti ini, dia tidak akan mengungkit-ungkit hal tersebut.
"Oh ya! Semuanya~ karena saya panitia disini, saya akan mengumunkan sesuatu!" Seru Reo yang berhasil menarik perhatian para penumpang.
"Karena kita akan melakukan kemping, aku ingin kalian saling berpasangan. Tolong tulis pasangan kalian di kertas ini beserta masing-masing nomor teleponnya!" ucap Reo sambil merobek sebuah kertas dan mengeluarkan sebuah ballpoint.
Giliran pertama yang menulis adalah Akashi. Akashi berpasangan dengan Midorima. Dilanjut oleh Murasakibara dengan Himuro. Aomine dengan si nyentrik, Kise. Momoi tidak bisa bersama Aomine mengingat partnernya nanti akan sekamar saat di penginapan. Akhirnya, dia berpasangan dengan Riko, sang pelatih Seirin. Dilanjut oleh pemain bayangan dengan partnernya, Kagami. Dan yang terakhir, trio Seirin kebingungan.
"Izuki, kamu ingin dengan siapa?" Tanya Riko.
Izuki melihat pada Hyuuga. Tidak aneh jika ia ingin bersama Hyuuga karena mereka merupakan teman dekat sejak smp. Tetapi, dia merasa jika hubungan sahabatnya itu dengan center Seirin sedang memburuk. Dia harus melakukan sesuatu terhadap hubungan ini. Izuki memanggil Takao dan membisikkan sesuatu. Takao mengangguk paham dan mengacungkan jempolnya.
"Aku dengan Takao/Izuki-senpai!" Jawab Izuki bersama Takao sambil mengacungkan tangannya bersamaan.
"Ok! Berarti para Uncrowned Kings Rakuzan bertiga~" ucap Reo sambil menuliskan nama ketiga member Uncrowned Kings dari Rakuzan.
Kertas pun sampai di pasangan terakhir. Kiyoshi tersenyum paksa mengingat hanya dia dan Hyuuga yang tersisa. Dia memanggil Hyuuga berkali-kali tetapi tidak didengar. Dia tampaknya tenggelam dalam pikirannya dengan dentuman lagu dari earphonenya. Kiyoshi merasa kesal, akhirnya mulai meneriaki Hyuuga dengan sebelumnya menarik earphonennya dulu.
"Hyuuga! Aku tahu kamu kesal denganku karena hal semalam. Tetapi, tolong kamu jangan mendiamkan yang lain juga! Jika kamu kesal denganku, kenapa tidak hanya aku saja yang kamu diamkan? Bangun dan berbicaralah, Hyuuga!"
Keadaan hening. Semua terlihat membisu karena suatu kejadian langka yang ada di hadapan mereka. Kiyoshi marah. Ya. Orang yang selalu tersenyum ini, marah. Sebelumnya dia tidak pernah marah hingga berteriak seperti itu. Bahkan saat ia berhadapan dengan Hanamiya, dia tetap tenang. Sepertinya, kali ini dia sudah kehabisan kesabaran. Terutama dalam menghadapi Hyuuga. Orang yang bersangkutan hanya terdiam. Matanya terbelalak. Rasanya seperti ditampar dengan keras di pipinya.
"Ki-"
Perhatian bagi para penumpang. Harap kecangkan sabuk pengaman anda. Pendaratan akan dimulai.
"Semua, ayo bersiap. Kita akan mendarat." Perintah Akashi yang berusaha untuk melerai kedua pemain inti Seirin tersebut.
Tanpa menghiraukan Hyuuga yang memperhatikannya terus, Kiyoshi duduk kembali dan menarik sabuk pengamannya. Dia melihat kearah yang berlawanan dengan tempat Hyuuga berada. Hyuuga membukukkan wajahnya.
Kamu salah, Kiyoshi...
Saat mereka turun dari helikopter, Hyuuga dan Kiyoshi menjadi pasangan terakhir yang turun dari helikopter. Tetapi, Kiyoshi tidak berjalan pelan. Dengan cepat, dia mengambil barangnya di bagasi dan berkumpul dengan teman-temannya dari Seirin. Terlihat dia tertawa bersama mereka. Hyuuga hanya melihat dari jauh. Angin musim dingin ini terasa lebih menusuk.
Sebelum perjalanan menuju villa milik Akashi, Reo memberikan masing-masing peserta sebuah peta. Apabila mereka tersesat, mereka dapat kembali ke tempat menginap mereka dengan selamat. Karena dari tempat mendarat helikopter, mereka harus berjalan menelusuri hutan. Saat itu, jam menunjukkan pukul 3 sore. Mereka harus bergerak cepat.
Hyuuga terus menundukkan kepalanya. Dia terlihat pucat seperti seorang hantu yang kehadirannya begitu tipis. Ditambah dia berjalan di rombongan paling belakang, tidak ada yang mengajaknya berbicara. Sedangkan untuk anggota Seirin yang lain, mereka berjalan di belakang para anggota Rakuzan. Kiyoshi tampaknya menikmati pembicaraannya dengan Izuki.
Lagipula, untuk apa Hyuuga berbicara dengan Kiyoshi? Semalam mereka sudah berbicara secara empat mata hingga tidak ada lagi bahan obrolan. Mengingat hal tersebut, membuat amarah Hyuuga memuncak. Untuk apa Kiyoshi menceritakan ini semua hanya pada dirinya? Apa dia mau Hyuuga merasakan kepedihan yang sama saat ia tahu untuk pertama kali jika Kiyoshi sudah tidak bisa bermain basket dengannya lagi? Lalu, bagaimana jika oprasinya gagal? Jangankan untuk bermain basket. Untuk berjalan saja, apakah Kiyoshi akan sanggup?
Apa yang bisa Hyuuga lakukan? Dia tidak bisa melakukan apapun selain mendukungnya. Dengan kata-kata manis yang keluar dari mulutnya. Tanpa ia sadari jika itu bisa saja bukan kata-kata yang sesuai dengan hatinya. Hanya kata-kata manis tanpa perasaan yang keluar dari lisannya.
Memikirkan hal tersebut, Hyuuga tidak sadar jika ia telah terpisah dengan rombongan.
Setelah perjalanan sekitar setengah jam dari tempat mendarat, para peserta tiba di villa milik Akashi. Saat ini Reo yang menjabat sebagai wakil ketua pelaksana. Sudah kewajibannya untuk mengabsen. Saat dia memanggil nama tertrntu, dia menyadari sesuatu. "Junpei-chan kemana?"
Lantas semua peserta winter camp melihat rombongan Seirin yang berada di tengah. Jangankan para anggota lain, anggota Seirin saja kebingungan karena kaptennya menghilang tiba-tiba. Semua mata tertuju pada Kiyoshi.
"Teppei! Kamu partnernya! Kemana Hyuuga?!" Panik Riko.
Kiyoshi menggelengkan kepalanya. Dia tidak sadar jika Hyuuga menghilang. Dia pikir Hyuuga akan mengikuti dirinya. Kiyoshi bingung. Dia tidak bisa berpikir jernih. Saat ini apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus menelusuri kembali jalan dan mencari Hyuuga di pulau yang sangat luas ini? Kiyoshi pun mengambil ponselnya dan menelepon kaptennya tersebut. Sayangnya, balasan yang ia terima hanyalah mesin penjawab otomatis. Apa yang harus ia lakukan?
Akashi berjalan menuju Reo. "Mibuchi. Aku akan mencari Hyuuga-san bersama Midorima. Aku yakin dia tidak akan berada jauh dari sini. Lagipula, masih cukup terang untuk menelusuri hutan ini. Jika ada apa-apa, aku akan menghubungimu." Ucapnya dengan mengeluarkan sebuah tas kecil yang berisi P3K.
Kiyoshi terlihat pucat saat ia melihat Akashi mengeluarkan kotak tersebut. Perasaan yang tidak enak ini menghantui pikirannya. Dia...
Dia harus menolong Hyuuga!
"Mibuchi. Aku serahkan pembagian kamar padamu. Di dalam ada pelayan. Kamu bisa bertanya mengenai keadaan kamar pada mereka. Aku-"
"Akashi! Bawa aku!" Potong Kiyoshi yang membuat para anggota lain kaget.
"Ta... Tapi, Teppei. Kakimu!"
"Ini salahku. Dia menjadi seperti itu karena aku. Ini tanggung jawabku!" Balas Kiyoshi yang membuat Riko terdiam. Dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Dia menggenggam tangannya dan meninju pelan dada Kiyoshi.
"... Tolong... Jaga dirimu..."
Kiyoshi mengangguk. Diberikanlah tasnya pada Kagami dan berjalan menuju Akashi dan Midorima yang telah menunggu.
"Ayo kita bergegas sebelum hari gelap!"
Di sebuah bagian hutan, Hyuuga menyenderkan tubuhnya ke pohon. Dilihatlah langit mendung yang terbentang luas. Dirinya tersesat. Ia tidak tahu ia berada dimana. Bahkan ia tidak tahu kapan ia terpisah dengan rombongan. Melihat peta pun percuma karena dia tidak tahu dimana matahari terbenam berada.
Hyuuga tersenyum miris. "Hmmf... Inikah hukuman bagiku karena telah membuat Kiyoshi marah?"
Dia melihat ke sisi kanannya. Terlihat sebuah lapang berwarna putih yang luas. Dia pun berjalan menuju lapang tersebut dan terkejut melihat apa yang ada di hadapannya. Ternyata itu adalah sebuah danau yang menjadi es akibat musim dingin. Salju perlahan turun dan membuat semakin dingin suhu tersebut.
Hyuuga teringat jika di peta yang ia punya ada sebuah danau. Ditelitilah harus kemana ia setelah dari danau tersebut. Tidak sadar, salju yang licin membuat ia terpeleset dan oleng ke atas danau yang berada di sebelahnya. Sayangnya, lapisan es tersebut tipis dan tidak dapat menahan beban tubuh Hyuuga. Pecahlah es tersebut dan membuat Hyuuga tenggelam dalam danau es tersebut.
Suara keras semburan air tersebut berhasil memecahkan keheningan di tengah hutan. "Suara apa itu?" Tanya Midorima.
Akashi menjelaskan, di dekat sini ada danau besar. Tapi dia yakin saat ini danaunya telah menjadi es. Jika suara tersebut dari danau, berarti ada bagian es yang pecah. Terbesit sebuah teori dari pemikiran Akashi yang cemerlang. Suatu yang dapat nemecahkan es tersebut mempunyai beban berat dan ukuran besar...
"Hyuuga!" Teriak Kiyoshi dan berlari menuju danau tersebut.
Midorima dan Akashi yang mengetahui mengenai kekuatan kaki Kiyoshi, mengikuti Kiyoshi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Sesampai di danau, Hyuuga tidak ditemukan. Tetapi, sebuah peta tergeletak di pinggir kolam. Akashi mengambil peta tersebut dan melihat sekitar. Dia melihat sebuah es yang hancur di permukaan danau. Kapten Rakuzan tersebut mempunya firasat buruk akan hal ini.
"Midorima, bisa bantu aku? Nyalakan senter dan arahkan ke dasar danau yang esnya hancur tersebut".
Midorima mengambil senter yang kebetulan merupakan lucky item miliknya dan mengarahkannya ke dasar danau. Terlihat sebuah pantulan dari danau tersebut dan merupakan pantulan dari kacamata Hyuuga. Teori Akashi ternyata benar, Hyuuga berada di dasar danau tersebut. Jika dibiarkan lebih lama, nyawa Hyuuga akan terancam. Tanpa membuka jaketnya, Midorima bersiap untuk menerjunkan diri. Dengan cepat ia menolong Hyuuga dengan menangkap tubuhnya sebelum jatuh lebih dalam. Ditariklah tubuhnya ke permukaan dibantu oleh Akashi dan Kiyoshi. Kiyoshi menarik tubuh Hyuuga dan Akashi membantu Midorima untuk keluar dari danau. Akashi memberikan baju ganti beserta handuk dari tas yang dibawa Midorima beserta teh panas dari thermos kecilnya pada pemiliknya. Midorima meminum teh tersebut dan bergegas menuju semak-semak untuk mengganti baju. Akashi berjalan menuju Kiyoshi yang sedang memeriksa keadaan Hyuuga.
"Bagaimana dengan keadaannya?"
Wajah Hyuuga terlihat pucat. Tubuhnya dingin seperti es. Napasnya pelan. Dia sudah tampak seperti mayat. Tangan Hyuuga terus digengam oleh Kiyoshi. Berharap kehangatan tangan Kiyoshi dapat memanggil kesadaran pada Hyuuga. Akashi memberikan teh hangat yang dibawanya dan mencoba untuk meminumkannya pada Hyuuga. Hanya sedikit yang bisa ia minumkan pada Hyuuga.
Midorima yang telah selesai mengganti pakaiannya, berjalan menuju Hyuuga dan menarik tangannya untuk digendong dibelakangnya. Midorima merasa tubuh Hyuuga sangat dingin. Ia harus cepat dibawa menuju penginapan untuk dihangatkan serta mengganti pakaiannya yang basah. Berharap apa yang mereka takutkan tidak terjadi.
Kiyoshi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa mengikuti Akashi dan Midorima menuju villa mereka.
Sesampai di villa, Hyuuga didudukkan di depan perapian ruang tengah. Kakinya dimasukan kedalam ember kecil berisi air panas. Tubuhnya diselimuti oleh selimut yang tebal. Sebelumnya, pakaian miliknya telah diganti oleh milik Himuro yang kebetulan tinggi dan ukuran mereka tidak teralu jauh berbeda. Riko memeriksa suhu tubuh Hyuuga yang ternyata masih dibawah normal. Tetapi, napas Hyuuga berangsur berubah.
Tas bawaan Hyuuga basah kuyup bersama isinya. Beruntungnya pakaian dalamnya tidak ikut basah karena disimpan di dalam kantong tahan air. Untuk masalah pakaian luarnya, dia dipinjamkan oleh beberapa orang yang sekiranya ukurannya sama atau sedikit lebih besar darinya seperti milik Himuro atau milik Kise. Barang milik Hyuuga yang tidak terselamatkan dibiarkan mengering di lantai atas dan berharap besok ada matahari yang menyinarinya.
Momoi berlari dari dapur. Terlihat ia sangat panik. Ternyata ada masalah dalam pembagian kamar. Kamar yang bisa dipakai hanya bisa ditempati maksimal 6 orang. Dan yang tersedia hanyalah dua kamar untuk para pria. Bisa dibilang, kamar pertama diisi oleh para Kiseki no Sedai ditambah Kagami. Kamar kedua diisi oleh kedua pemain Seirin ditambah para empat Uncrowned Kings dan Takao serta Himuro. Kamar tersebut pasti akan penuh sesak. Jadi pelayan menyarankan untuk Akashi pindah kamar ke kamar pribadi lantai tiga. Akashi memikirkan sesuatu. Jika kamar pertama diisi oleh para Kiseki ditambah Kagami minus dia, maka akan pas. Tapi kasihan jika Himuro harus sendiri di kamar lain mengingat dia dekat oleh Murasakibara. Berarti, salah satu dari ruangan Kiseki harus pindah ke ruangannya. Dia pun menyuruh Midorima untuk pindah bersamanya ke lantai tiga. Kebetulan sekali jika ia mau berbicara dan bermain shogi dengannya.
Kemudian, masalah selanjutnya di kamar Seirin. Anggota Seirin ada tiga orang ditambah Takao dan Uncrowned Kings Rakuzan tiga orang. Maka ada tujuh orang. Masih melebihi kapasitas. Berarti ada satu orang yang harus dipin- tidak! Yang dipindah Harus ada dua orang. Akashi teringat akan tubuh Nebuya yang sangat besar dan cukup berbahaya jika space yang diberikan teralu pas. Keputusan terbaik adalah menyuruh Kiyoshi dan Hyuuga untuk menginap di kamarnya. Akashi tahu jika Kiyoshi dan Hyuuga pasti tidak akan ada masalah jika bersamanya. Mereka juga pasti bisa menjaga ketenangan di kamarnya.
Awalnya Kiyoshi menolak. Dia tidak enak jika harus meninggalkan Izuki sendirian di kamar tersebut. Lebih baik Izuki bersama Hyuuga agar Kiyoshi bersama Uncrowned Kings bisa berkumpul semua. Izuki memegang pundak Kiyoshi. "Tenang. Ada Takao. Aku bisa mengobrol dengannya!"
"Ah~ jangan gitu Izuki-kun! Kamu tidak akan sendirian~ Kita akan bermain kartu semalaman suntuk. Malam adalah waktu terbaik bagi para senior untuk bermain~" goda Reo yang tangannya merangkul pundak Takao.
Takao yang merasa geli, mendorong tangan Reo. "Reo-senpai!? Aku junior disini..."
"Ups... Kamu masih tetap bisa bermain kartu sama kami, Takao-kun~" senyum Reo.
Insting Izuki terbangun. "Takao dan Kartu. Kitakore!"
Kiyoshi hanya bisa menghela napas. Ia melihat Akashi dengan tatapan lelah dengan senyum kecil. Dia tahu maksudnya Izuki mengapa dia berkata seperti itu. "Aku akan tidur di kamarmu, Akashi..."
"Baiklah, aku akan menyiapkan futon di kamar. Jika sudah selesai, aku akan memanggilmu." Ucap Akashi. Ia beranjak meninggalkan Kiyoshi bersama Hyuuga yang masih tidak menyadarkan diri di sofa depan perapian.
Para peserta liburan Winter Camp ini saling melihat. Kiyoshi tersenyum pada mereka dan menyuruh mereka untuk beristirahat di kamar mereka masing-masing. Sebelum itu, Kiyoshi berterima kasih pada mereka karena telah mengkhawatirkan Hyuuga.
Jelas sekali mereka terlihat khawatir akan keadaan kapten Seirin tersebut. Wajah Hyuuga sudah seperti mayat hidup. Pucat dengan bibir yang sedikit membiru. Jika grup penyelamat datang lebih lambat dari ini, dia bisa saja terkena hipotermia.
Kise meminjamkan jaketnya yang tebal. Dia menyimpannya di bahu Hyuuga. "Semoga dia bisa merasa lebih hangat. Jika ada yang dibutuhkan, senpai bisa memanggil kami-ssu!" Senyum Kise.
Entah kenapa, senyuman Kise membuat keadaan disana sedikit lebih hangat.
"Terima kasih, Kise-kun!" Senyum Riko.
Para jenius dari Teikou pun kembali ke kamar kecuali Kuroko dan Kagami. Kagami sedang membuat sebuah sup untuk para peserta. Ia menyuruh Kuroko untuk membawakannya ke kamar Akashi dimana Midorima pasti masih merasa sedikit kedinginan.
Kagami memberikan sup pada Kiyoshi dan Riko yang masih duduk diatas karpet di bawah sofa dimana Hyuuga tertidur.
"Senpai, Pelatih. Silahkan-desu!"
"Terima kasih... Kagami-kun!"
Hanya dengan sesendok, rasa sup ini sudah terasa sangat enak. Kemampuan masak Kagami memang tidak bisa dipungkiri. Andaikan Hyuuga bisa mencicipinya...
Ya... Andaikan dia bisa mencicipinya...
"Teppei? Kamu kenapa?"
Kiyoshi terdiam. Sendoknya terus ia pegang tanpa diangkat dari mangkuknya. Dia teringat akan kejadian sore tadi. Kenapa dia tidak berjalan bersama Hyuuga? Kenapa dia harus memarahinya? Kenapa dia tidak mendengarkannya?
Kenapa?
Kenapa saat kejadian tadi, Kiyoshi tidak menyadari jika Hyuuga terpisah?
Bagaimana jika Hyuuga tidak terselamatkan?
Apakah kamu pantas disebut sebagai sahabat, Kiyoshi?
Kiyoshi menggelengkan kepalanya. Dia ingin menangis. Tetapi, dia tidak ingin membuat semua khawatir. Sudah cukup dengan keadaan Hyuuga yang seperti ini. Kemana hati besi yang diaggungkan sebagai julukannya? Apakah hati besinya sudah luluh akibat kaptennya ini?
Hyuuga.
Hanya dia satu-satunya orang yang boleh melihat Iron Heart ini menangis.
To be Continued
Fiuh… Chapter 1 selesai… Sudah lama gak nulis fanfic...
Fic pertama yang dibuat di fandom KnB.
So, Thank's for reading!
-Laviran Nightray-
