a/n : ada nyempil grammer kacau.. maapin ya..
KRIS X SUHO
.
SENIOR
.
HAPPY READING
.
.
AUTHOR SIDE
.
SEOUL - DOMINIKA REPUBLIK
(JARAK WAKTU 13 JAM)
.
Yifan baru saja selesai shooting untuk hari ini. Pengulangan pengambilan gambar terus menerus membuat tubuh bagian belakangnya remuk. Ini kesempatan pertamanya untuk berlakon dalam film aksi. Ketentuan memegang senjata api yang benar, sekalipun itu tak terlalu diperhatikan oleh penonton. Yifan berusaha se-maksimal mungkin.
Keasikannya melihat timeline media sosialnya terganggu saat panggilan roaming mengacaukan kegiatannya. Tidak dapat dikatakan menganggu, jika Yifan sendiri menarik senyum lebar melihat id si pemanggil.
*Myoen Bunny is Calling*
"Hallo.." suara berat itu terdengar serak.
"Kau sakit..?" pertanyaan itu membuat Yifan semakin menarik senyum.
"Kau bahkan belum menyapaku, tapi sudah mengkhawatirkanku..?"
"Aku hanya bertanya.."
"Video call..? ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.." Yifan beranjak dari duduknya. Mengedarkan penglihatannya mencari sesuatu. Matanya berbinar saat menemukan si rambut hijau.
"Yifan..?" Suho masih memanggil di seberang sana.
"Video call bunny.."
Sepihak Yifan memutus panggilan kekasihnya. Kembali menghubungi Suho menggunakan aplikasi Skype. Tak lama wajah Suho sudah berada di seluruh layar ponsel Yifan.
"Yifan aku bahkan belum mandi. Aku sedang sarapan.." Suho merapikan poninya.
"Kau masih terlihat manis.."
"Apa jadinya jika aku menyuapkan sereal ini ke mulutmu. Akan semanis apa mulutmu merayuku..?"
"Ini jam 8 malam waktu Dominika Republik, jadi sereal bukan pengganjal perut yang bagus.." salah satu kebahagaian Yifan adalah menggoda si mungil ini.
"Ruby..!"
Dahi Suho berkerut. Pria manis itu hanya melihat bagian pinggang Yifan. Kekasih tiang nya itu menjatuhkan ponsel di posisi yang tidak pas. Turun sedikit maka Suho memilih menutup layar ponselnya.
"Ya.. what's up..?" suara sedikit feminime itu terdengar.
"Yifan kau sibuk..?"
Wajah Yifan kembali pada kamera. Senyumnya teralalu lebar sehingga melunturkan ketampanan Yifan. Dia terlihat idiot dengan senyum seperti itu.
"Yifan jika kau sibuk. Matikan saja. Selamat be-"
"Bunny..!" selaan keras itu menghentikan Suho menyuap.
"Apa..?" Suho dibuat panik ketika seorang wanita dengan potongan rambut pendek bewarna hijau sudah ada di samping Yifan. Mata tajamnya menatap Suho.
"Yifan.." Suho mencicit menerima tatapan itu.
Yifan melepas earphone nya. Membuat panggilan dalam mode speaker. "Bunny, ini Ruby. And Ruby, he's my boyfie Suho.."
"Hai Suho.."
Wanita dengan garis wajah tegas itu tersenyum menatap Suho. Sebagai bentuk etika, Suho membalas senyumnya. "Yifan, mengapa dia menatapaku seperti itu..? ada yang salah dengan wajahku..?"
Yifan menerjemahkan apa yang Suho katakana pada Ruby.
"You're cute.."
"Dia mengatakan aku manis..?" Suho berpikir sejenak. Mata tajam si rambut hijau masih tak bergerak memandangnya.
"Ya. Kekasihku adalah pria termanis di galaxy.."
"Thank you.." Suho masih mencicit sebagai balasan dari pujian Ruby.
Ruby menjelaskan sesuatu pada Yifan. Si pria memberikan anggukkan tanda mengerti. Mata tajam itu kembali menatap Suho. Tubuh yang semula maju mendekatkan diri pada kamera, kini menjauh menerima tatapan itu kembali.
"Nice too see you, cutie. Have a nice day…" bibir merah itu terkatup, sebelah alisnya terangkat "Kris's bunny..?"
Suho dibuat terkejut saat wanita itu dengan mudah mengecup pipi Yifan. Sepersekian detik dari proses kesadaran Suho, wanita itu telah menghilang. Yifan sudah memasang kembali earphone nya.
"Dia menciummu..?" Suho bertanya dengan mata masih membulat.
"Ada apa..?" Yifan kembali duduk di kursi santainya.
"Wanita itu menciummu di depanku…" Suho mengulangnya lagi.
"Lalu masalahnya di mana sayang..?"
"Kau.." Suho memicing "Jika aku tak salah arti, kau mengenalkanku sebagai kekasihmu..?" Suho kembali mengingat percakapan Yifan dan Ruby beberapa saat lalu.
"Ya.." Yifan terlalu santai sekarang. Pria itu mengeluarkan kotak rokoknya.
"Tidak merokok saat aku sedang menelponmu, tuan.." Suho mengulum senyum dengan mata menyabit.
"Jika perlu ku ingatkan. Aku yang menghubungimu, tuan.." Yifan membalas.
"Wanita itu. Ruby. Dia akan salah paham denganku. Pantas saja dia menatapku seperti itu. Yifan bodoh..!" Suho meruntuki kebodohan kekasihnya yang membuka kedok hubungan terlarang mereka. Terlarang, huh..?
"Dia seperti kita. Jadi dia tak akan salah paham.."
"Kita..? Seperti kita..?" Suho mejauhkan mangkuk sereal itu dari hadapannya. "Gay..?"
"Yap.." Yifan mengangguk sekali "Bisakah kau membiarkan aku merokok..?"
"Silahkan. Tapi aku akan memutus sambungan ini.." Suho melipat tangannya seperti pemegang kekuaasaan.
"Aku mengalah karena aku merindukanmu.."
"Sudah seharusnya seperti itu. Jelaskan tentang Ruby..?" Suho memposisikan ponselnya dengan baik sekarang. Menumpuk segala macam benda yang ada di atas meja makan untuk menyangga ponselnya.
"Kau akan menjadi normal jika aku menjelaskan tentang Ruby.." Yifan sesekali melirik kotak rokoknya. Mulutnya sudah asam tidak menghisap itu seharian.
"Yifan. Wu Yifan. Aku disini. Kau lebih mencintai rokok itu daripada aku..?" posesif tak penting Suho kembali mencuat.
"Jika rokok bisa ku ajak bercinta dan mencintaiku. Aku akan memilih rokok.."
Suho memutar mata jengah mendengar kalimat tak bermutu Yifan. Suho ingin detik nya dikembalikan. "Aku akan tertawa untuk itu nanti. Ruby, dia terlihat seperti dominan..?"
"Kau benar. Dia menyukaimu…"
"Dia sembuh karenaku..?" sisi kepercayaan diri yang tinggi milik Suho meletup.
"Dia menyukaimu bukan berarti dia sembuh. Aku menyukai Ruby, apa itu artinya aku sembuh..?"
"Keparat.." maki Suho.
"Aku menicntaimu sayang.." Yifan tergelak mendengar makian itu.
"Sejak kapan..?"
"18 tahun yang lalu. Dia senior kita.."
"Dia tidak tertekan..? maksudku hidup berbeda selama belasan tahun.." Suho mulai tertarik menguak cerita senior mereka ini.
"Dia menjadi korban bullying, bipolar disorders, depression. Itu yang dia alami sebelum bisa menghirup pengakuan bebas untuk mencintai pasangannya.."
Suho hanya tersenyum tipis mendengarnya.
"Hei. Kau baik-baik saja, bunny..?" Yifan khawatir dengan perubahan raut wajah Suho.
Suho mengangguk bukan berarti menghilangkan kekhawatiran Yifan. "Umur berapa dia memulainya..?"
"12 tahun.."
"Itu terlalu muda untuk menerima komentar atas perbedaannya.."
"Apa aku salah..? kau menjadi murung ketika aku membahas Ruby.." Yifan mengutarakan pemikirannya.
"Tidak. Aku hanya berpikir bagaimana menyikapinya jika aku ada diposisi Ruby.."
"Kau tidak perlu memikirkan itu, sayang.."
Suho menggeleng kali ini untuk responnya. "Hubungan ini untuk dua orang. Jadi itu bukan tanggung jawabmu sendiri. Perkataanmu seolah menyatakan hanya kau yang mencintaiku.."
"Kau mencintaiku..?"
"Kau tidak bekerja lagi..?" Suho menghindar.
"Aku sudah selesai hari ini. Kau mencintaiku..?" Yifan butuh kepastian yang sudah pasti.
"Pulanglah ke penginapan. Jangan bermain lagi.."
"Aku akan pulang sebentar lagi. Kau mencintaiku..?" Yifan masih setia menggoda Suho.
"Belajarlah menjadi seorang dominan dari Ruby. Dia seorang wanita, tapi auranya begitu kuat. Melebihimu. Yifan-ku terlihat manis di samping Ruby.."
"Baiklah jika itu maumu.." Yifan beranjak dari duduknya. "Kau mencintaiku..?" Tanpa sepengetahuan Suho, Yifan mencabut sambungan earphone nya. Mengeraskan volume suara dan mengaktifkan pengeras suara.
"Aku mencintaimu..!"
Beberapa crew yang ada di sekitar Yifan, menatap aktor tampan itu dengan senyum terkulum.
"Yifan. Kau tidak sedang mengaktifkan pengeras suara bukan..?" Suho mencurigai. Terlambat, Suho.
Yifan mengangguk.
"Volume full..?"
Yifan mengangguk.
"MATI KAU WU YIFAN..! WU YIFAN BODOH..!"
"Mereka tidak mengerti yang kau katakan, bunny.."
"I HATE YOU..!"
"I LOVE YOU TOO..!"
.
.
THE END
