Je t'aime
Genre : Drama, Hurt/Comfort
Cast : Lee Sungmin, Cho Kyuhyun and other
Rate : T
Warning : Genderswitch, OOC, bad diction, miss typing, RE-PUBLISH, RE-EDIT, RENAME
Disclimer : Fict ini sudah pernah di-publish sebelumnya dengan judul yang berbeda. I just borrow their name as the cast of this story. All belongs to God and this story is absolutely mine. Please don't read if you don't like this story
Prologue
"Bagaimana keadaannya, ommonim?" gadis itu bertanya cemas kepada wanita paruh baya di hadapannya.
Kim Heechul,wanita paruh baya itu menggeleng sedih. "Masih sama seperti kemarin, Minnie-ya. Kyuhyun masih tetap saja tidak mau makan," ujarnya sedih.
Lee Sungmin, gadis itu segera merengkuh tubuh ringkih Heechul. Iris beningnya mulai berkaca. Butiran air mata itu mulai menggenangi pelupuknya.
"Jwesonghaeyo... ini semua salahku, ommonim. Seandainya saja Ryeowook eonnie tidak memintaku untuk merancang gaun pernikahan mereka, mungkin ini semua tak akan terjadi," ucapnya penuh sesal.
"Aniya," Heechul menggeleng dan balas memeluk Sungmin. "Ini semua bukan salahmu, Minnie-ya. Tidak ada yang bisa dipersalahkan atas kejadian ini. Semuanya memang sudah digariskan oleh Tuhan," sanggah Heechul bijak.
"Ommonim..." Sungmin mengeratkan pelukannya di punggung Heechul.
Heechul tersenyum. Ia melepaskan pelukan Sungmin di tubuhnya. "Jja! Temuilah Kyuhyun, Minnie-ya."
"Tapi, ommonim..."
Heechul menggenggam kedua tangan Sungmin, membuat ucapan Sungmin tertelan begitu saja. Matanya memandang sendu dan sarat akan permohonan kepada Sungmin. "Kumohon, Minnie-ya... hanya kaulah harapan kami. Kumohon bertahanlah untuk Kyuhyun. Kau pasti bisa, Minnie-ya. Kau pasti bisa mengembalikan Kyuhyun menjadi Kyuhyun yang dulu."
Heechul dan para pelayannya sudah menyerah untuk menghadapi Kyuhyun yang keras kepala. Kehadiran Sungmin membuat beban Heechul sedikit berkurang dan Heechul sangat bersyukur. Jujur saja, ia tak bisa sesabar Sungmin dalam menghadapi Kyuhyun.
"Baiklah, ommonim. Aku... akan bertahan. Demi Kyuhyun," Sungmin tersenyum pedih. Ia tak kuasa menolak permohonan Heechul yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri.
"Gomawo, Minnie-ya," Heechul mengusap lembut pipi Sungmin.
"Ne," Sungmin mengangguk. "Kalau begitu saya permisi ke kamar Kyuhyun dulu, ommonim."
"Ne. Aku titip Kyuhyun, Minnie-ya. Aku sudah terlambat menghadiri pertemuan di kantor. Tolong buat Kyuhyun agar mau memakan sarapannya," sekali lagi Heechul memohon sekaligus berpamitan.
Sungmin kembali tersenyum dan mengangguk. Heechul kini bisa bernafas lega, ia bisa meninggalkan Kyuhyun ke kantor. Sungmin menatap sendu kepergian Heechul lalu melangkah menuju sebuah kamar yang sudah dua bulan ini rutin disambanginya, meski sang pemilik kamar sama sekai tidak suka dan selalu menolak kunjungannya bahkan mengusirnya.
Dark and light less (since the day you left)
Dark and light less (since the day you dumped me)
Since the day you left I have died a little
Sungmin memutar pelan daun pintu kamar itu. Sedikit menarik nafas sebelum masuk ke dalamnya. Suasana redup menyambut penghilatannya, seperti biasa ketika ia memasuki kamar itu. Tirai kamar itu tidak pernah dibuka, sehingga terkesan gelap dan redup meski di saat siang hari pun. Segelap dan seredup pandangan dan hati Kyuhyun.
Di sudut kamar itu Sungmin melihat dan selalu melihat Kyuhyun duduk memaku dengan kaki yang diluruskan di atas sebuah sofa panjang yang berada tepat disamping jendela kamarnya. Pandangannya terlihat kosong menatap ke arah jendela yang tertutupi tirai. Diam tak bereaksi dan tanpa ekspresi. Datar, dingin dan kaku. Setiap orang yang melihat keadaannya mungkin akan ragu jika ada sebuah roh yang bersemayam dalam raganya.
'Sampai kapan kau akan seperti ini, Kyu,' Sungmin membatin perih. Iris beningnya kembali berair. Keadaan Kyuhyun yang seperti ini begitu menyayat hatinya. Kyuhyun seolah mati semenjak hari itu.
Sungmin melangkah pelan menghampiri Kyuhyun. Ia mendudukkan tubuhnya di samping Kyuhyun. Sungmin meraih piring di meja di samping sofa yang berisi sarapan Kyuhyun dan meletakkannya di pangkuannya.
"Kyu..." panggilnya. "Kau harus makan. Kau bisa sakit jika terus-terusan tidak makan seperti ini."
Hening. Kyuhyun sama sekali tidak menggubris ucapannya.
Sungmin mendesah pelan. Ia kembali meletakkan piring itu ke atas meja. Sungmin tahu jika Kyuhyun akan selalu memperlakukannya seperti ini. Sungmin mencoba tegar. Tersenyum meski hatinya menangis. Air mata yang sedari tadi menggenangi pelupuknya bahkan kini telah jatuh membasahi pipi mulusnya.
"Dokter mengatakan jika hari ini perbanmu sudah bisa dibuka," Sungmin berujar seraya meraih kotak P3K yang tersedia di atas meja. Air matanya masih terus mengalir meski tak ada isakan yang keluar. "Aku akan membukanya dan menggantinya dengan plester."
Lagi. Kyuhyun tidak mengacuhkan Sungmin.
Sungmin tak menyerah. Kyuhyun hanya diam dan tidak memberikan reaksi atas ucapannya. Itu berarti Kyuhyun membiarkan dirinya membuka perban itu. Biasanya Kyuhyun akan langsung mengusirnya jika Kyuhyun menolaknya.
Perlahan tangan Sungmin bergerak menuju kepala Kyuhyun. Dengan hati-hati ia membuka perekat di perban Kyuhyun lalu melepas perban tersebut dengan gerakan memutar hingga perban yang melilit kepala Kyuhyun tanggal sepenuhnya.
Sungmin mengambil kapas yang masih menempel di pelipis kanan Kyuhyun dengan hati-hati. Luka di pelipis kanannya akibat kecelakaan yang dialaminya dua bulan yang lalu sudah berangsur sembuh. Hanya tersisa luka kecil seperti luka sayatan yang belum mengering. Sungmin lalu membersihkan luka itu dengan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol.
Tak ada ringisan saat Sungmin membersihkan dan sedikit menekan pelan luka Kyuhyun. Kyuhyun sama sekali tak bereaksi. Sungmin segera memasang plester dipelipis kanan Kyuhyun usai membersihkan lukanya.
Sungmin menyeka lelehan air mata yang membasahi pipinya. Ia tidak mau tertangkap sedang menangis di hadapan Kyuhyun. Sungmin kembali meraih piring berisi makanan itu, menyendok makanan itu kemudian mengarahkannya ke depan mulut Kyu.
"Kyu, ayo buka mulutmu. Kau harus makan," ujarnya.
Lagi-lagi Kyuhyun tak menggubrisnya. Namun kali ini Sungmin tak menyerah. Ia masih mengarahkan sesendok nasi dan lauk itu ke depan mulut Kyuhyun.
"Kyu... kumohon jangan seperti ini. Kau harus makan. Jangan menyiksa dirimu seperti ini..." ucapnya memohon.
"Kyu―"
Ucapan Sungmin terhenti saat Kyuhyun tiba-tiba saja berbalik dan menatapnya tajam.
"Pergi," Kyuhyun berucap datar namun terdengar seperti perintah yang begitu tegas dan mutlak.
Sungmin menurunkan sendok yang berada di depan mulut Kyuhyun dan meletakkannya di atas piring. Sungmin tersenyum kecut mendapati pengusiran Kyuhyun yang sudah berulang kali ia terima.
"Tidak. Aku tidak akan pergi sebelum kau makan, Kyu," tantang Sungmin kali ini. Ia kembali mendekatkan sendok berisi nasi dan lauk itu ke depan mulut Kyuhyun. Biasanya ia akan pergi setelah Kyuhyun mengusirnya.
"Aku tidak mau makan!" tolak Kyuhyun tegas.
"Tapi kau harus makan, Kyu. Tubuhmu butuh asupan makanan. Jika seperti ini terus kau bisa sakit," Sungmin terus memaksa Kyuhyun untuk makan. "Kumohon... sesuap saja."
PRAANG!
Kyuhyun menepis sendok yang berada di depan mulutnya hingga sendok itu terlempar dan isinya jatuh berceceran ke lantai. Ia geram karena Sungmin terus saja memaksanya untuk makan.
"Kubilang aku tidak mau makan! Apa kau tuli, hah?" hardik Kyuhyun keras.
Sungmin terlonjak ketika Kyuhyun tiba-tiba membentaknya dan mengucapkan kata kasar padanya. Kedua mata beningnya membola. Gadis itu membatu di tempatnya. Tangannya yang semula memegang sendok bergetar dan perlahan bergerak turun menggenggam pinggiran piring di pangkuannya dengan erat. Setetes air mata bergerak turun membasahi pipinya. Kali ini Sungmin tak mampu menahan tangisnya di depan Kyuhyun. Ucapan yang dilontarkan Kyuhyun telah menyakitinya, bagai pisau belati yang menghujam tepat di ulu hatinya.
Masih dengan tangan bergetar, Sungmin meletakkan kembali piring itu ke atas meja. Ia lalu beranjak berdiri dari sofa itu dan menyeka air matanya kasar.
"Baik. Jika memang kau tak mau makan, aku tak akan memaksamu. Tapi kumohon hargai apa yang sudah dilakukan ommonim untukmu, Kyu. Beliau sudah memasak untukmu. Setidaknya kau memakannya, meski sesuap saja. Kau tahu, beliau sangat mengkhawatirkanmu," Sungmin berujar sambil menyeka air matanya yang masih terus mengalir. Dalam hati Sungmin merutuki air matanya yang telah lancang keluar tanpa mau berhenti. Ia benar-benar terlihat lemah di hadapan Kyuhyun sekarang.
Kyuhyun berdecih. "Hebat sekali, Lee Sungmin-ssi. Kau bahkan sudah memanggil eomma-ku dengan sebutan ommonim," cercanya sinis. "Hanya Ryeowook yang boleh dan pantas memanggil eomma-ku dengan sebutan ommonim," ucapnya meremehkan.
Sungmin membisu mendengar ucapan Kyuhyun. Sungguh, mulut Kyuhyun bagai pisau yang begitu tajam. Dan pisau tajam itu kini telah mengiris hati Sungmin. Lagi. Untuk yang kedua kali. Hati Sungmin terasa perih karena ucapan Kyuhyun. Memang benar Sungmin bukan siapa-siapa dibandingkan Ryeowook yang notabene adalah tunangan Kyuhyun. Dulu. Sebelum kecelakaan itu merenggut nyawa Ryeowook, masa depan, serta kebahagiaan mereka― Kyuhyun dan Ryeowook. Pernikahan mereka yang seharusnya dilangsungkan dua minggu lagi batal karena kepergian Ryeowook.
"Lalu, jika aku memakan makanan itu, apakah itu bisa mengembalikan Ryeowook? Hah?" Kyuhyun bertanya sarkatis.
Sungmin tersenyum getir, "Jika saja aku bisa mengembalikan Ryeowook eonnie ke dunia, aku pasti sudah melakukannya."
Bukan hanya Kyuhyun saja yang terluka karena kepergian Ryeowook. Sungmin juga terluka. Sungmin sangat menyayangi Ryeowook melebihi dirinya sendiri. Ryeowook bukan hanya sekadar kakak sepupu baginya, namun Ryeowook juga sahabat terbaiknya.
"Ryeowook tidak akan pergi jika kau tidak hadir di antara kami. Ryeowook pergi karenamu. Semua karenamu!" sekali lagi, Kyuhyun mengahardik Sungmin.
Sungmin terperangah. Hatinya semakin perih menerima perlakuan Kyuhyun. Buliran bening itu semakin gencar turun dari pelupuk matanya. Ya, Sungmin mengakui bahwa kehadiran dirinya di antara Kyuhyun dan Ryeowook adalah sebuah kesalahan. Dan seharusnya ia tidak menerima tawaran Ryeowook untuk merancang gaun pernikahan mereka jika akhirnya akan seperti ini. Terlebih karena Sungmin mencintai Kyuhyun. Sungmin merasakan debar cinta itu ketika pertama kali iris beningnya menatap Kyuhyun. Sungmin tahu ini salah, tapi ia tidak bisa mengabaikan perasaan yang terus bertumbuh di hatinya itu.
"Aku tahu. Aku memang seharusnya tidak hadir di antara kalian," tuturnya menahan perih di hatinya.
"Katakan. Katakan apa yang harus kulakukan untuk menebus semuanya, Kyu."
"Kau hanya perlu pergi dari hadapanku dan jangan pernah kembali karena aku muak melihat wajahmu," cerca Kyuhyun pedas.
Sungmin mengangguk. Ia tersenyum, berusaha menahan isakannya. Ia kalah telak. Kyuhyun sama sekali tidak menginginkan kehadirannya seperti Kyuhyun menginginkan kehadiran Ryeowook. Hanya Ryeowook lah satu-satunya wanita yang dicintai Kyuhyun. Hanya Ryeowook lah satu-satunya wanita yang ada di hati Kyuhyun.
"Baik, aku akan pergi dari hadapanmu. Dan tak akan kembali... seperti yang kau inginkan... jika itu memang bisa menebus semuanya. Tapi, kumohon satu hal, Kyu. Kau harus terus melanjutkan hidupmu. Kau tidak bisa seperti ini terus. Ryeowook eonnie pasti sedih jika melihatmu seperti ini, seperti ommonim yang sedih melihatmu seperti ini."
Kyuhyun bungkam, tak menjawab penuturan Sungmin. Ia mulai merenungi apa yang dikatakan oleh Sungmin. Sungmin benar. Ia harus terus melanjutkan hidupnya. Kyuhyun mulai memikirkan pekerjaannya. Dirinya tak bisa terus-terusan membiarkan Heechul― ibunya, menggantikan posisinya sebagai CEO Sapphire Hotel and Resort yang sudah tiga tahun dikelolanya. Sebuah hotel dan resort mewah yang memiliki berbagai cabang di China dan Korea yang diwarisinya dari sang ayah yang telah meninggal tiga tahun silam.
"Aku pergi. Selamat tinggal, Kyu. Semoga kau bahagia," Sungmin tersenyum manis menatap Kyuhyun di hadapannya meski matanya menangis.
Ucapan Sungmin membuat Kyuhyun tersadar dari lamunannya. Kyuhyun terpaku menatap Sungmin yang tersenyum sambil menangis di hadapannya. Manis. Benar-benar manis meski terlihat sangat menyedihkan. Baru kali ini Kyuhyun benar-benar mengamati paras Sungmin. Biasanya sekadar melihat Sungmin pun ia enggan. Gadis itu sangat cantik dan manis jika tersenyum. Terselip sedikit perasaan bersalah dihatinya ketika melihat gadis itu tersenyum sekaligus menangis seperti ini.
Sungmin beranjak mengambil tas tangannya yang tertinggal di sofa panjang yang di duduki Kyuhyun, lalu melangkah keluar dari kamar Kyuhyun. Sungmin membekap mulutnya. Ia jatuh terduduk di depan pintu kamar Kyuhyun yang telah tertutup.
"Hiks..." arkhirnya isakan itu lolos juga dari bibir ranumnya.
Gadis itu sudah tak mampu lagi menahan perih yang mendera hatinya. Kata-kata Kyuhyun yang memintanya untuk pergi begitu melukainya. Apakah ini artinya ia harus pergi dan mengubur semua rasa cintanya untuk Kyuhyun sedang ia sangat mencintai Kyuhyun? Haruskah ia menyerah sekarang? Apakah ia harus melupakan permintaan Heechul yang memintanya untuk bertahan?
Sungmin sangat mencintai Kyuhyun, namun Kyuhyun tidak mencintainya. Bahkan mencoba memandangnya saja tidak. Yang dilihat oleh Kyuhyun hanyalah Ryeowook, Ryeowook dan Ryeowook. Kyuhyun membencinya. Sangat membencinya. Kyuhyun menganggap bahwa dirinya lah yang menyebabkan Ryeowook pergi selamanya dari dunia ini.
'Mianhae, eonnie... sepertinya aku tidak bisa menjaga Kyuhyun untukmu. Aku sudah memenuhi permintaanmu untuk mencintai Kyuhyun, tapi aku tidak pernah mendapatkan cintanya. Karena dia hanya mencintaimu... sekalipun kau sudah tak ada di dunia ini lagi...' Sungmin membatin sambil masih terus menangis. Membekap mulutnya kuat-kuat agar isakannya tidak terdengar oleh Kyuhyun.
Sungmin teringat satu hal. Paris. Bukankah Kyuhyun memintanya untuk tidak muncul dihadapannya lagi? Ia merasa tidak ada gunanya berada di sini. Berada di sini hanya akan menambah luka di hatinya. Apakah sebaiknya ia kembali ke Paris? Meninggalkan Kyuhyun, memendam rasa cintanya dalam-dalam dan melupakan permohonan Heechul? Air mata Sungmin kian menganak sungai ketika memikirkan hal itu.
TBC or Discontinue?
