Title : My Secretary (the series) / part 1
Author : Inchangel (IntanLauism)
Main Cast : Choi Siwon, Kim Kibum
Genre : Yaoi NC-21, romance, pemaksaan.
Rating : M (tapi ada yang T juga, cuman lebih banyak M nya – keliatan banget author yadong. Hekekekeke)
A/N : Liat judulnya aja udah berasa sinetron indonesia aja ==' tapi jangan ragu dan jangan bimbang karena saya akan bergoyang #plak maksud saya, saya nggak bakal bikin banyak-banyak part. Pokoknya ini buat kalian-kalian yang minta sekuel My Secretary, nih gue kasih *Tebar kolor eunhyuk* #digilesHae ..
O ya. Kemarin kan aku bikinnya My Secretary tuh EunHae couple, tapi disini aku ganti jadi SiBum couple. Berhubung emang story mereka dikit banget, jadi aku sedikit ingin ikut berpartisipasi melestarikan (?) couple ini. Hehe.
CEKIDOT (Check it out!)~
*Choi Siwon POV on*
Pagi.
Membuka mata saja sebal apalagi harus mematikan alarm sialan yang terus berdering minta dibanting itu. Aigo, kenapa hidupku datar-datar begini saja?
"Andrew?" suara menyebalkan itu lagi.
"Hmm?" tanyaku semalas mungkin. Malas karena bangun pagi. Malas karena harus memasuki hari baru lagi. Malas karena harus berurusan dengan pelacur sepertinya.
"Last night was fucking adorable. Can we do it every night? Or... now?" katanya sambil meraba dadaku dengan jari kurus, panjang serta kukunya yang panjang dan berwarna-warni norak itu menyentuh permukaan dadaku. Perih tau!
"Enough, Steph. Get off. I have a flight in 3 hours and I don't have much time for packing and kick you out from here. So it will be better if you get your ass out from here" kataku panjang lebar dan disambut dengan belalakan mata dari orang yang selama 3 bulan ini menginap bersama di apartemenku. Aku mulai bangun dari kasur yang sangat berantakan dan menuju lemari. Tak lupa menarik dua buah koper berwarna coklat tua dan biru kehitaman untuk kuisi dengan segala pakaian dan perlengkapan untuk kepergianku dari London ini.
"Andrew! You know that I love you...,"
"You love my money. And if you still want to hanging around with me, I don't have any money again. Unless you hanging around with my father becouse those money were my father's," dan dia terdiam. Sudah kuduga.
Aku selesai memberesi koperku. Aku pun sudah berpakaian sepantasnya. Kaus putih polos, blazer berwarna krem dengan motif macan tutul di kerahnya. Celana jeans hitam dengan sepatu boots kulit berwarna coklat tua membalut kakiku. Tak lupa kacamata hitam seharga 250$ yang baru kemarin kubeli menggantung indah dihidungku.
Dan Stephanie? Dia masih terdiam diatas kasur dengan tubuh kurusnya yang telanjang itu setengah tertutup oleh selimut. Rambutnya yang panjang dan dicat coklat serta wangi obat-obatan salon itu terlihat sangat berantakan. Sungguh, aku tak mau mengingat kegiatan kami semalam. Fuck it, ya know?
"Aku pergi. Kalau kau masih mau tinggal disini, silakan. Atau ajak saja John dari lantai atas itu, yang kemarin kau ajak tidur disini saat aku sedang mengunjungi ayahku yang sedang sakit di Korea. Tapi, biaya urusanmu sendiri." Dan aku pergi dari tempat itu. Tempat terkutuk itu.
Kalau bukan karena appa yang sedang sakit, aku takkan mau balik ke Korea. Appa adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupku. Aku rela kemana-mana dan melakukan apapun demi appa. Namun ternyata, meninggalkan beliau yang sudah ditinggal eomma sejak 10 tahun lalu lumayan beresiko juga. Appa memang memiliki sakit gula sehingga semakin lama keseatannya semakin menurun dan itu mempengaruhi kinerja beliau.
Aku disuruh belajar tentang bisnis hingga ke London agar bisa setidaknya sepadan dengan appa. Setelah dirasa cukup, baru aku mau balik. Namun ternyata sebelum aku rampung S2, appa sudah ambruk dan hotel yang sudah appa dbangun diambang kerancuan. Maka dari itu setelah aku kembali dari Korea saat menjenguk keadaan appa, aku langsung memutuskan cuti kuliah di London ini dan untuk sementara kembali ke Korea hingga menemukan penggantiku untuk memegang hotel yang menurutku cukup berperan dalam lintas saham di Korea Selatan kala ini.
BLAM!
Kututup keras pintu apartemenku, bersamaan dengan seluruh memori pahit di London ini. Untuk sementara aku harus ingat kalau disini aku hanya untuk belajar dan nantinya aku akan kembali ke Korea. Nantinya, bukan. Sekarang.
Setelah mengirimkan surat permohonan cuti ke universitas, aku langsung ke bandara dan menaiki pesawat yang sudah kupesan beberapa hari yang lalu.
##########
Pagi lagi.
Entah sampai kapan aku bisa lepas dari suasana pagi yang sangat menyebalkan seperti ini. Moodku tak pernah bisa bagus kalau sudah memasuki hari baru seperti ini apalagi kalau harus mendengar cecuitan dari burung-burung diluar itu. Cih, sampai suara kalian serak baru tahu rasa! Siapa suruh cecuitan di pagi yang memang sudah menyebalkan seperti ini.
Hari pertama masuk ke hotel appa, Global Hotel. Hotel yang sebentar lagi akan diturunkan ke tanganku.
Aku bukan orang yang gila uang atau jabatan apalagi hormat dari orang lain. Sudah kukatakan, kalau aku hanya melanjutkan usaha dari appa. Kalau dirasa ada pengganti yang tepat, atau setidaknya appa sudah bisa memegang kendali lagi, akan kuselesaikan S2 yang tinggak beberapa sks lagi kelar.
Aku sudah berada di kamarku yang kutinggalkan kuliah lebih dari 6 tahun di London. Sudah tertidur selama beberapa jam karena perjalanan London-Seoul tidaklah dekat.
Setelah benar-benar tersadar, aku melangkahkan diri untuk berbenah. Tak lebih dari setengah jam aku sudah siap dengan setelan yang pantas untuk seorang bisnisman muda. Kumakan sarapan yang memang sudah disiapkan ahjumma yang bekerja di rumahku ini.
"Ke Hotel, sekarang," ucapku pada Kim ahjussi, supirku dan appa. Beliau mengangguk, dan seketika itu mobil yang kunaiki ini melaju melewati ramainya kota Seoul di pagi hari menuju rutinitas perkantoran yang membosankan.
####################
"Selamat datang, Choi Siwon ssi. Kami sudah menunggu kedatangan anda," ucap seorang wanita yang kuyakini adalah resepsionis karena begitulah yang tertulis di name tag nya. Toh mereka tak mungkin saling menukar name tag karena atasan mereka yang baru datang dan mereka akan saling berusaha untuk bisa dikenal dan dihapal oleh atasan baru ini. Tak seperti senior author yang malah menutupi nama di jaket mereka biar nggak ketauan namanya siapa ==' (author curhat, soalnya barusan digituin pas mau makrab #plak)
"Terima kasih. Saya akan langsung ke kantor saya," ucapku tegas dan dengan kacamata masih tergantung manis. Bukan kacamata hitam seperti saat perjalanan balik kemarin, namun kacamata baca yang memang hanya untuk membaca nama-nama pegawai disini.
Tak butuh waktu lama, resepsionis yang bernama Kim Yoonji itu mengantarkanku ke kantor ruangan khusus milik appa.
"Terima kasih,..." sengaja tak kulanjutkan. Ingin aku panggil dia sesuai name tag nya, aku takut dia ke-GR-an karena aku tahu namanya sebelum ia memperkenalkan diri.
"Kim Yoonji imnida," ucapnya sambil sedikit bungkuk. Dan aku sedikit mengangguk menanggapinya. Kumulai berkeliling didalam ruangan itu. Kulihat appa masih memasang foto keluarga kami disaat masih lengkap. Kumulai memberesi berkas-berkas yang tidak diperlukan. Appa terbiasa menyimpan barang-barang yang tidak diperlukan (atau dikiranya penting untuk dikenang seperti oleh-oleh dari rekannya) dan itu memenuhi ruang kerjanya ini.
"Maaf tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang dari belaKimku.
" Cepat bantu aku membereskan barang-barang ini!" perintahku. Tak perlu dua kali, ia langsung bergerak dan seketika itu juga ia langsung memungut-munguti barang-barang itu.
Kardus yang memang sudah tersedia disana pun sudah terisi penuh, siap dipindahkan kedalam mobil untuk dibawa pulang.
"Jadi, apakah kau sekretarisku yang baru?" tanyaku padanya sedikit menyelidik setelah kembali ke ruangan kerjaku.
"Ne, tuan. Kim Kibum imnida. Namun saya sudah lama bekerja disini. Tuan lah bos baru saya," jawabnya.
AKU TAK PERCAYA! Ia berani menjawab petanyaanku dengan jawaban selancang itu!
"Heuh. Baiklah." Kuredam amarahku. Kalau bukan bibirnya yang merekah itu aku takkan menahan amarah seperti ini.
EH?
Bukan, bukan. Kalau bukan sikapnya yang tegas itu aku takkan menahan amarah ini. Ya, itulah yang seharusnya kupikirkan tadi. Tapi mengapa jadi "bibir"? hah...
"Ada yang bisa saya bantu sekarang tuan?"
*Choi Siwon POV off*
*Author POV on*
"Ada yang bisa saya bantu sekarang tuan?"
Siwon melirik dari atas hingga bawah pria yang berada didepannya itu. Wajahnya kecil namun garis rahangnya tegas. Matanya membulat indah dengan bulu mata yang lurus namun pendek. Imut sekali. Begitu pikirnya.
"Tutuplah pintu itu," ucap Siwon sambil menunjuk pintu. Dan seperti yang ia duga, Kibum langsung berputar dan menutup pintu itu. Dasar mata nakal, ia malah melihat pantat Kibum yang datar itu.
'apa yang kau pikirkan Siwon! Ayo lah... tak sebaiknya kau memikirkan itu!' ucapnya dalam hati.
'tapi bahkan Stephanie pun selingkuh dibelakangku. Dan sekarang kami sudah putus. Tak ada salahnya bukan?' begitu pula pikirnya melawan niat baiknya.
Dan akhirnya, nafsu lah yang menang.
"Sudah tuan. Ada lagi yang harus saya lakukan?"
Kibum, itu adalah pertanyaan yang salah. Itu hanya akan membuatmu masuk kedalam perangkap nafsu seorang Choi "Ma" Siwon.
Benar saja. Siwon sudah berjalan mendekati Kibum yang masih berdiri diseberang mejanya. Berjalan dengan tangan kiri didalam saku celana, badan sedikit membungkuk, dan tangan kanannya menutupi bibirnya yang seksi itu. Tak lupa kacamata pemancar kharismanya itu telah ia istirahatkan sementara diatas mejanya. Berjalan perlahan menuju Kibum yang masih memperhatikan gerak-gerik bos barunya yang dirasanya sangat aneh itu.
Begitu sudah tepat berada didepan Kibum, dan Kibum yang tidak menjauh sedikitpun meskipun saat ini badan mereka telah berjarak kurang dari 5 senti, Siwon mengintip Kibum dengan wajahnya yang masih sedikit menunduk. Memahami tiap lekuk indah wajah namja didepannya itu. Menghirup wewangian yang keluar dari hidung dan kulitnya. Merasakan sapuan lembut rambut deru nafas Kibum yang tak teratur akibat posisi mereka yang tidak bisa dikatakan normal ini.
Dengan tiba-tiba, tangan kanan Siwon menekan tengkuk Kibum dan tangan kirinya merangkul erat pinggang ramping Kibum.
"Puaskan aku," ujarnya tepat didepan wajah Kibum. Dan seketika itu juga, Siwon melumat habis bibir tebal milik Kibum yang memang menghasilkan senyuman maut itu. Kibum yang tidak siap apa-apa hanya terbelalak kaget namun tak menolak. Ia merasa nyaman malahan. Ia melihat bosnya itu menutup matanya. Pertanda bahwa Siwon menyesapi sekali tiap lumatan yang diberikannya pada Kibum.
"Eungh..," desah Kibum tertahan. Matanya sudah mulai sayu dan tak lama kemudian menutup dan mulai membalas lumatan Siwon. Dan sang boss hanya tersenyum mengetahui pria didepannya itu membalas ciumannya. Ide jahil terlintas di kepalanya.
Disaat Kibum melumat bibir bawahnya, dengan sigap Siwon memasukkan lidahnya dan menyapa penguhi mulut manis yang pintunya sedang ia sesap itu. Kibum yang tak siap dengan lidah Siwon menjadi sedikit menggelinjang tubuhnya, dan Siwon tertawa kecil. Kibum terlihat jengkel, namun permainan lidah Siwon membuatnya lupa akan hal itu.
Dok, dok, dok. Cklek..
"Tuan Choi, barang-barang anda... ah!" ucap seorang wanita.
Seketika itu juga Kibum melepaskan ciuman mereka. Ehm, lumatan sebenarnya. Ia terlihat gelagapan dan mengelap air liur dan keringat yang mengucur membasahi pipi dan dagunya. Siwon hanya masih menundukkan wajahnya menunjukkan berpikir akan ia apakan gadis didepannya itu. Untung saja Kibum berdiri membelakangi Kim Yoonji, wanita yang tiba-tiba dengan lancang masuk dan mengganggu imajinasi para reader style seperti apakah NC-annya SiBum nantinya #plak.
"Yoonji ssi, tahukah kau manner ketika memasuki ruangan pribadi milik atasanmu?" tanya Siwon sarkastik tanpa melihat wanita itu yang sudah mulai pucat dan memproduksi keringat dingin. Jantungnya berdegup kencang sekali. Sanking kencangnya hingga hampir saja mengalahkan rekor cepatnya motor yang dikendarai Pedrosa yang sangat dicintai author *menggilas-author-pake-dhozer-shovel-secara-berjamaah-oleh-para-reader* (authornya lagi stres. Harap maklum ==')
"M-maafkan saya, Tuan Choi. S-saya hany-nya terb-buru-buru...," jawabnya gagap. Kibum langsung mengambil nafas dalam dan membenarkan kerah baju serta rambutnya yang berantakan akibat kekasaran Siwon saat berciuman tadi. Ia membalikkan badan dan menatap Yoonji dengan tatapan dinginnya yang sudah terkenal mampu melelehkan hati tiap wanita.
"Saya permisi, Yoonji ssi," dan YoonJi pun menunduk hormat pada sunbae nya itu.
"Untuk apa kau masih disini? Kembali ke tempatmu!" perintah Siwon tegas, membuat Yoonji semakin kelabakan dan segera berlari menuju dunianya sendiri.
Siwon berjalan lemas menuju kursinya. Merebahkan badan kekarnya, lalu mendesah lemah.
"Kalau bukan karena dia, pasti saat itu tanganku sudah melakukan hal lebih. Dan kami bisa... Aish.. Resepsionis bodoh!" rancaunya dengan penuh kekesalan dan kebencian.
Sedangkan disisi lain, Yoonji yang berlari terbirit-birit menuju lift akhirnya bisa sampai meskipun dengan nafas terengah2. Ia menjatuhkan badannya dengan sangat elitnya di lantai lift yang sepi dan tiada orang selain dirinya itu, pandangannya masih melebar dan nafasnya tak beraturan. ia bertanya pada dirinya sendiri seperti orang gila saja.
"Bos ... baruku... GAY? Dengan Kibum ssi? Dia juga gay kah?"
*TBC
