Disclaimer : Akira Amano

Note : Ini adalah cerita ketika Xanxus pertama kali bertemu dengan Rika di Namimori beberapa bulan setelah Rainbow Arc selesai.

Warning : Xanxus OOC

.

.

.

Stronger Than Her Look

.

.

.

"Sial! Seharusnya si sampah-sampah sialan itu yang mengurus hal ini!"

Xanxus memaki-maki sambil menelusuri jalanan yang sepi karena hujan baru berhenti di kota Namimori seorang diri. Jalanan yang basah membuat suasana hatinya lebih buruk karena genangan air mengotori sepatunya. Angin yang kencang tidak dihiraukan olehnya.

Bel dan Levi sedang melakukan misi di Brazil, Lussuria sedang menjalankan misi di Thailand, Mammon sedang menjalankan misi Arcobaleno entah apa-dimana, sedangkan Squalo sedang berada di Vongola HQ, mengurus beberapa berkas yang seharusnya dikerjakan oleh bosnya.

Vongola HQ saat itu…

"VOOOIIII! Boss sialan! Ini kan tugasnya, kenapa harus aku yang mengerjakan ini!"

Squalo berteriak di kantor Vongola sambil memegang berkas-berkas di tangannya, yang membuat sebagian besar staff di dekatnya hampir tuli dikarenakan teriakannya yang sangat 'merdu' itu.

Kembali ke Namimori…

Xanxus memegang kantungnya dan mengeluarkan pistol kesayangannya yang retak. Di misi sebelumnya Xanxus menghadapi lawan yang cukup kuat dan pistol kesayangannya itu sempat terlempar dari atas gedung yang sangat tinggi dan terkena hantaman dari serangan musuh. Begitu pertarungan yang dimenangkan oleh Xanxus itu selesai, dia mengambil pistolnya yang hancur berantakan.

Flashback

Xanxus menyuruh Vongola HQ untuk memanggil seseorang yang bisa membenarkan pistol kesayangannya itu, tapi yang datang malah seorang kakek tua renta dan malah memberikannya sebuah peta.

"Pistol ini sangat spesial dan orang yang membuat pistol ini telah meninggal," ucap kakek itu kepada Xanxus.

"Sampah, aku tidak peduli tentang hal itu! Cepat perbaiki pistolku!"

"Sayang sekali, saya tidak bisa memperbaiki pistol ini, tapi ada satu orang yang bisa memperbaikinya," ucap kakek tua itu sambil mengeluarkan secarik kertas. "orang yang tinggal di tempat ini bisa memperbaiki pistolmu."

Xanxus megambil kertas yang diberikan oleh kakek tua itu.

"Namimori," gumamnya.

End of flashback

XXXX

Xanxus memandangi rumah bercat putih dengan dua tingkat di depannya. Suasana di rumah itu sangat sepi karena terletak di dekat hutan. Rumah itu terlihat seperti sebuah villa. Dia melihat samping rumah itu yang terdapat jalan menuju kebun belakang.

Xanxus kembali mengalihkan perhatiannya pada pintu di depannya dan mengetuk pintu rumah di depannya beberapa kali dengan tidak sabar. Seorang pria tua memakai pakaian butler membukakan pintu.

"Xanxus-sama, kami sudah mendengar kedatangan anda. Saya Yamada, pelayan rumah ini. Silahkan mengikuti saya, nona menunggu di taman," ucap Yamada itu.

Xanxus hanya diam, mengikuti Yamada hingga ke sebuah ruang tengah yang terlihat sangat luas. Ada sebuah pintu geser dari kaca yang menghubungkan ruangan itu dengan taman di luar. Udara sejuk dan segar beraroma hujan masuk melalui pintu kaca yang terbuka.

"Silahkan menunggu di sini, Nona sedang berada di taman. Sebentar lagi dia kembali," ucap Yamada yang hanya di balas anggukan kepala dengan angkuh oleh Xanxus, lalu keluar dari ruangan itu.

Xanxus memperhatikan ruangan itu yang luas terlihat sederhana dan tidak terdapat banyak barang , namun nyaman. Dia melihat ke arah taman yang terlihat luas dan berjalan keluar dari ruangan itu menuju taman.

Taman itu memang tidak seluas taman di Varia, namun terlihat indah dan tertata dengan rapih, juga memberikan kenyamanan. Merasa bosan, Xanxus terus berjalan memperhatikan tanaman di taman itu. Berbagai bunga ada di sana. Xanxus memperhatikan ada sekitar lima pohon sakura mengelilingi taman itu. Bunga-bunga itu masih kuncup dan hanya beberapa yang mekar.

Di bagian kanan ada semak dari bunga mawar merah dan di bagian kiri ada bunga mawar putih. Bunga mawar itu banyak yang merekah dan berguguran. Tanaman dan bunga di taman itu terlihat berkilauan karena air hujan.

Xanxus terus berjalan hingga dia melihat sesosok perempuan berambut cokelat yang memakai baju terusan di bawah lutut berwarna putih. Ada kain berwarna putih tersampir di bahunya, menghalau angin yang terasa sejuk. Xanxus berhenti berjalan dan memperhatikan perempuan itu yang terlihat memejamkan matanya sambil menikmati aroma hujan.

Perempuan itu menyentuh sebuah mawar berwarna putih ketika angin kencang berhembus. Kelopak bunga dan air hujan bertebangan bersamaan dengan gadis itu yang memutar dirinya dan menyadari ada seseorang selain dirinya di taman itu.

Xanxus hanya diam melihat gadis di hadapannya yang terlihat seperti malaikat, begitu indah dan cantik dengan kilauan karena air hujan dan kelopak bunga yang berterbangan di sekitarnya. Kain dan rambutnya melambai karena angin, membuat kain itu terlihat seperti sayap.

"E..Eh, Xanxus…san?" Rika yang baru menyadari kehadiran orang lain di taman itu memandang pria di hadapannya dengan ragu.

Xanxus yang tersadar dari pikirannya begitu Rika memanggil namanya dan hanya menganggukkan kepalanya sambil menatap Rika.

"Ah, maaf, apa aku membiarkanmu menunggu lama?" Rika dengan segera berjalan ke arah Xanxus dengan wajah dan nada suara meminta maaf.

Tapi, karena tidak hati-hati dan kondisi tubuhnya yang memang lemah, Rika terpeleset dan hampir jatuh ketika ada lengan yang besar dan hangat menangkap tubuhnya. Xanxus merasa aneh merasakan tubuh Rika yang kecil dan terasa rapuh di lengannya. Dia merasa bisa menghancurkan tubuh itu dengan mudah. Tapi, perhatiannya langsung teralihkan merasakan tubuh gadis itu sangat dingin.

"Terima kasih," Rika menyentuh lengan Xanxus, berusaha berdiri. "maaf membuatmu menunggu, saya adalah Rika, pemilik rumah ini sekaligus orang yang kan memperbaiki senjata anda," ucap Rika sambil tersenyum pada Xanxus dan mengulurkan tangannya.

Entah kenapa, Xanxus menerima uluran tangan itu dan menjabat tangan lembut Rika yang terasa dingin, mungkin karena terlalu lama di luar, dengan tangannya yang besar. Xanxus sedikit mengerutkan dahinya ketika merasakan tangan Rika yang dingin dan hanya di balas dengan senyuman kecil.

"Sepertinya lebih baik kita bicara di dalam," ucap Rika sambil merapatkan kain di bahunya, berusaha menghalau rasa dingin di tubuhnya.

Xanxus hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti Rika kembali ke dalam rumah.

XXXXX

Rika memandang dua buah pistol yang rusak di atas meja. Dia mengambil pistol itu dan meneliti baik-baik bagian pistol itu, lalu menghela napas. Xanxus duduk di sofa di hadapannya.

"Maaf Xanxus-san, tapi sepertinya memebutuhkan waktu untuk memperbaiki senjata ini, terutama karena ini dibuat dengan menggunakan bahan khusus agar dapat digunakan menggunakan flame," ucap Rika dengan serius sambil menatap mata Xanxus.

"Berapa lama?" Xanxus berkata dengan tajam sambil menatap Rika dengan pandangan tidak sabar.

"Paling cepat kurang dari seminggu atau bahkan bisa lebih," ucap Rika dengan tenang, tidak terintimidasi oleh tatapan maupun nada bicara Xanxus.

Xanxus mendecih dan memaki dengan kata-kata kasar, namun Rika terlihat tidak terpengaruh dan malah tersenyum maklum. Sebenarnya, Xanxus tahu kalau membetulkan senjata itu membutuhkan waktu lama, bahkan bisa sampai sebulan untuk profesional sekalipun. Tapi tetap saja dia tidak mau menunggu.

"Maaf, kalau anda mau, di rumah ini ada beberapa kamar kosong. Kalau tidak keberatan, anda bisa menginap di sini sampai saya selesai memperbaiki senjata anda," Rika tersenyum kepada Xanxus sambil merapihkan senjata Xanxus yang ada di atas meja.

Xanxus hanya diam dan menatap Rika dengan tajam. Rika membalas tatapan Xanxus dengan senyum lalu memanggil pelayannya.

"Reiko, tolong siapkan kamar tamu untuk Tuan Xanxus dan Yamada-san, tolong antarkan tamu kita ke kamarnya begitu siap. Aku akan memperbaiki senjata ini di ruang kerjaku," ucap Rika pada dua pelayannya yang dengan patuh berdiri di depan pintu, menunggu perintah dari majikan mereka.

"Baik, Rika-sama," ucap Yamada dan Reiko bersamaan, lalu keluar dari ruangan itu.

"Xanxus-san, anda bebas menganggap rumah ini sebagai rumah anda sendiri," ucap Rika sebelum keluar dari ruangan itu meninggalkan Xanxus.

Begitu ruangan itu kosong, Xanxus yang merasa bosan menelusuri rumah itu. Rumah yang cukup besar dengan perabotan yang minim. Terasa sederhana, namun nyaman. Xanxus berada di lantai dua, tangannya berada di gagang pintu ketika suara Yamada menghentikan gerakannya.

"Mohon maaf, Xanxus-sama, tapi itu adalah kamar Rika-sama," ucap Yamada yang tiba-tiba berdiri tidak jauh dari tempat Xanxus berdiri. "kamar tuan sudah selesai disiapkan. Saya akan antarkan anda menuju kamar anda," ucap Yamada sambil membungkukkan badannya.

Xanxus hanya mendengus dan mengikuti Yamada menuju kamar yang letaknya tidak jauh dari kamar Rika. Dia memasuki kamar yang cukup luas dengan sebuah jendela besar menghadap ke taman, tempat tidur double size, sebuah lemari yang cukup besar, sebuah meja rias, sebuah meja dan kursi juga meja kecil di sebelah tempat tidur. Di dekat pintu ada sebuah meja dengan vas kecil dan ada karpet di tengah-tengah ruangan itu. Di sisi ruangan ada sebuah pintu yang menghubungkan kamar itu dengan kamar mandi.

"Saya akan meninggalkan anda untuk beristirahat. Jika anda membutuhkan sesuatu, silahkan panggil saya," ucap Yamada sebelum keluar dari kamar yang dibalas anggukan kepala dengan angkuh oleh Xanxus.

Xanxus memperhatikan ruangan itu untuk sesaat, lalu berjalan ke arah kasur dan merebahkan dirinya. Dia mengambil ponselnya dan menelpon anak buahnya untuk mengirimkan beberapa baju dan pekerjaannya ke rumah itu, lalu mematikan ponselnya dan memejamkan matanya.

XXXXX

TOK TOK TOK

Xanxus membuka matanya begitu mendengar pintu kamarnya diketuk.

"Mohon maaf mengganggu, tapi makan malam sudah siap dan Rika-sama menunggu anda di ruang makan," suara Yamada terdengar dari balik pintu.

Xanxus mengusap rambutnya dan melemparkan pandangan ke arah jendela dan melihat langit sudah gelap. Entah, sudah berapa lama dia tertidur. Xanxus berdiri dan membuka pintu, melihat Yamada menunggunya dengan tenang dan mengikuti pria tua itu menuju ruang makan.

Begitu memasuki ruang makan, Xanxus melihat Rika yang terlihat sedikit pucat, di sebelahnya ada maid dengan wajah sedikit khawatir memegang bahu Rika, sedangkan Rika memberikan senyuman kepada maidnya itu.

"Ah, Xanxus-san, silahkan duduk," Rika langsung mengubah pandangannya dan menatap Xanxus dengan senyum lembut di wajahnya begitu menyadari kehadiran pria itu. "sebelumnya, kenalkan, ini Reiko, maid di sini," Rika lalu tersenyum sambil memperkenalkan Reiko yang sebelumnya belum sempat dikenalkan pada Xanxus.

Xanxus hanya mendengus dan mengambil tempat di sebelah Rika. Xanxus memandang makanan di atas meja itu. Makanan khas Jepang berupa nasi, sup miso, acar, sayur, dan beef katsu.

"Timoteo-jii-chan bilang selama ada di sini, saya harus memberikan makanan yang sehat untuk anda karena selama berada di Varia makanan yang anda makan kurang sehat," ucap Rika yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Xanxus, tapi tidak menghiraukannya. "dan selama satu minggu ini, anda juga dilarang minum alkohol," tambah Rika dengan ringan.

"Sampah, apa yang kumakan dan kuminum bukan urusanmu!" Xanxus menggeram pada Rika sambil menatapnya tajam.

"Itu urusan saya. Anda adalah pemimpin dari Varia, kelompok pembunuh dan assassin yang terkuat dari Vongola. Jika anda sakit, hal itu akan membuat anak buah anda khawatir kan?" ucap Rika sambil membalas tatapan mata Xanxus dengan lurus, sama sekali tidak takut berhadapan dengan pemimpin dari kelompok pembunuh bayaran itu.

Xanxus terdiam dan menatap bola mata berwarna cokelat lembut itu. Mata yang menatapnya lurus tanpa rasa takut. Perempuan pertama yang menatapnya seperti itu. Bahkan, anak buahnya saja tidak berani menatap langsung matanya saat berbicara dengannya. Yah, mungkin beberapa pengecualian untuk beberapa anak buahnya.

'Menarik,' batin Xanxus mendengus dan menyeringai. "lakukan sesukamu," ucapnya sambil mulai memakan makanannya.

Rika tersenyum dan ikut memakan makanannya. Begitu mereka selesai makan malam, Rika baru berniat berdiri dari kursinya ketika Reiko datang membawa sebuket bunga dan sepucuk surat. Rika melihat surat dan bunga yang di berikan Reiko dengan pandangan lelah dan membaca surat itu, lalu menghela napas.

Xanxus yang melihat gadis yang selalu menatapnya dengan pandangan berani itu merasa penasaran dengan surat itu. Apa yang membuat gadis itu terlihat lelah?

"Maaf Xanxus-san, saya akan kembali memperbaiki senjata anda," ucap Rika sambil berdiri dan memberikan surat dan bunga yang dipegangnya pada Reiko.

Begitu Rika pergi dari ruanan itu, Yamada menghampirinya dan memberi tahu barang-barangnya sudah sampai dan sudah diletakkan di kamarnya. Xanxus hanya menganggukkan kepala dan kembali ke kamarnya untuk memeriksa pekerjaannya.

XXXXX

Pagi itu, Xanxus terbangun karena cahaya matahari memasuki celah-celah tirai jendela dan terdengar suara cicitan burung. Xanxus mengerang dan bangkit dari kasurnya sambil berjalan ke arah jendela. Dia membuka jendela, membiarkan udara pagi masuk.

Lagi, dia melihatnya. Sosok Rika yang berada di tengah taman dengan cahaya matahari pagi menyinarinya. Beberapa burung berterbangan di sekitarnya yang dibalas Rika dengan senyuman. Dia memberikan beberapa remah-remah roti kepada burung-burung kecil yang mengelilinginya dan burung kecil itu berterbangan di sekitarnya, seakan mengucapkan terima kasih.

Rika terlihat begitu terang dan berkilauan hingga Xanxus memicingkan matanya. Rika yang terlihat sedang mengelus burung kecil yang hinggap di jarinya mendongakkan kepalanya dan melihat Xanxus yang menatapnya.

"Selamat pagi, Xanxus-san. Saya harap anda bisa beristirahat dengan baik," Rika memberikan senyum lembut pada Xanxus yang membuat laki-laki itu hanya bisa diam sambil menatap sosok yang terlihat anggun di depannya.

"Rika-sama, saya mencari Nona di kamar anda sejak tadi!" Yamada menghampiri Rika sambil membawa kain dan menyampirkannya di bahu Rika.

"Maaf, Yamada-san. Cuaca pagi ini terlihat bagus, aku jadi ingin berada di luar sebentar," ucap Rika sambil tersenyum menenangkan pada pelayannya.

"Tapi kondisi tubuh anda…,"

"Aku tidak apa-apa," ucap Rika sambil tersenyum, memotong perkataan Yamada.

Yamada menghela napas dan akhirnya mengajak Rika kembali ke dalam rumah.

"Xanxus-san, sampai bertemu lagi," ucap Rika pada Xanxus sambil tersenyum sebelum masuk ke dalam rumah.

Xanxus hanya mengernyitkan dahinya merasakan perasaan aneh di dadanya. Dia mengusap wajahnya kasar dan berjalan menuju kamar mandi, bersiap-siap untuk makan pagi.

XXXXX

Makan pagi berjalan dengan tenang. Begitu selesai makan, Xanxus kembali berkeliling di sekitar rumah itu dan menemukan rumah itu adalah satu-satunya rumah di daerah itu dan jauh dari kawasan penduduk. Namun, suasana sepi di rumah itu terasa menenangkan.

Berhubung dia memang tidak suka dengan keramaian dan jarang pergi ke kota, Xanxus tidak terlalu mempedulikannya. Biasanya anak buahnya yang membeli segala kebutuhannya. Setelah selesai berkeliling, Xanxus kembali ke rumah itu dan berjalan menuju ruang kerja Rika.

Sebelumnya, dia melewatkan ruangan itu karena Yamada sudah menunjukkan beberapa ruang seperti perpustakaan, ruang kerja Rika, dan kamar Rika. Untuk ruang kerja dan kamar Rika, Xanxus hanya diantarkan hingga di depan ruangan itu saja. Merasa bosan, Xanxus masuk ke dalam ruang kerja Rika tanpa mengetuk pintunya.

Dia melihat Rika sedang duduk di lantai, memakai kacamata. Rambutnya diikat ke belakang agar tidak mengganggunya bekerja. Rika terlalu sibuk dengan pistol di tangannya sehingga tidak sadar Xanxus masuk ke ruangan itu.

Xanxus memperhatikan sekeliling ruangan itu. Banyak senjata yang tergantung di dinding. Ada senapan, bazooka, double stick, tombak, palu yang sangat besar, pedang, rantai dan senjata lainnya yang sangat tidak cocok dengan perangai lembut Rika. Xanxus mengangkat sebelah alisnya melihat isi ruangan itu.

"Xanxus-san!" Rika berseru kaget karena tiba-tiba Xanxus sudah ada di hadapannya. "apa ada yang anda butuhkan?" Rika melepas kacamatanya dan segera berdiri.

Xanxus hanya diam memandang Rika tanpa berkata apapun.

"Rika-sama,"

Perhatian mereka segera teralihkan begitu Reiko masuk ke dalam ruangan.

"Ada apa Reiko?" Rika tersenyum pada Reiko sambil melepaskan ikat rambutnya.

"Tuan Takeshima datang, ingin bertemu dengan anda," ucap Reiko dengan pandangan cemas.

"Eh?" Rika terlihat berpikir sebelum menjawab Reiko. "aku akan menemuinya," ucap Rika sambil tersenyum kecil pada Reiko. "maaf Xanxus-san, saya ada perlu sebentar," ucap Rika pada Xanxus sebelum keluar dari ruangan itu.

Xanxus melihat Reiko yang terlihat tidak tenang dan berjalan menuju taman. Dari sana, dia melihat seorang pria muda membawa sebuket bunga sedang berbicara dengan Rika di pintu depan.

"Rika, aku datang untuk memintamu menjadi istriku," ucap pria itu sambil menyerahkan buket bunga itu kepada Rika.

"Maaf, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, saya sama sekali tidak memiliki niat untuk menikah ataupun menjadi istri anda. Anda melakukan hal yang percuma dengan melamar saya. Tolong, berhenti melakukan semua ini, Takeshima-san," ucap Rika tegas pada pria itu sambil menolak bunga yang diberikan padanya.

"Kenapa kamu menolakku? Aku anak pemilik rumah sakit terbesar di Tokyo dan seorang dokter. Aku bisa membuatmu hidup dalam kemewahan dan berusaha menyembuhkan penyakitmu," ucap Takeshima sambil meraih tangan Rika.

Xanxus mengerutkan dahinya melihat pria itu menyentuh Rika. Ada perasaan kesal melihat orang itu menyentuh gadis itu.

"Maaf, saya tidak membutuhkan kemewahan dan saya cukup yakin anda tidak akan bisa menyembuhkan penyakit saya. Saya memiliki kenalan yang sangat hebat dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit mematikan. Saya yakin kenalan saya akan bisa menyembuhkan saya," lanjut Rika sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Takeshima darinya.

"Rika, kamu memang keras kepala, tapi itulah yang kusuka darimu," ucap Takeshima sambil tersenyum licik dan mengeratkan genggamannya pada Rika.

"Tolong lepaskan tangan anda," ucap Rika sambil mengerutkan dahinya, merasakan tangannya mulai terasa sakit.

Xanxus berniat memukul pria itu ketika dua suara menghentikan niatnya.

"Tolong anda jangan berani macam-macam pada Rika-sama," ucap Yamada sambil menggenggam kedua tangan Takeshima hingga pria itu melepaskan tangannya dari Rika dan sedikit memicingkan matanya, tidak menyangka orang tua seperti Yamada memiliki tenaga yang cukup besar.

"Mohon maaf, sepertinya anda harus segera pergi dari sini. Ini waktunya Rika-sama untuk beristirahat," ucap Reiko sambil memegang bahu dan pergelangan tangan Rika yang memerah.

"Cih. Rika, aku akan datang lagi," ucap Takeshima sebelum melepaskan tangannya dari Yamada dan pergi menaiki sebuah mobil hitam yang dibukakan oleh seorang bodyguard.

"Rika-sama, apa tidak sebaiknya kita minta seseorang dari Vongola untuk menyingkirkan orang itu?" Yamada bertanya pada Rika yang terlihat pucat dan bersender ada Reiko.

"Tidak!" tolak Rika. "Aku tidak mau merepotkan Timoteo-jii-chan atau yang lain. Mereka sudah cukup baik mau menerimaku sebagai bagian dari Vongola. Masalah ini, aku akan selesaikan sendiri," ucap Rika dengan tegas walaupun tubuhnya mulai gemetar. Perlahan, kelopak matanya menutup dan dia memegang kepalanya.

"Rika-sama!" Yamada dan Reiko langsung panik begitu Rika kehilangan kesadaran dan tubuhnya langsung terhuyung dan hampir jatuh. Lagi-lagi sepasang lengan besar dan kuat menangkap tubuhnya.

"Xanxus-sama!" Yamada dan Reiko terkejut melihat Xanxus yang tiba-tiba ada berada di belakang Rika.

Xanxus hanya menatap dua pelayan itu sebelum menggendong tubuh Rika dan membawanya ke atas, diikuti Yamada. Yamada dengan sigap membuka pintu kamar Rika dan menyiapkan tempat tidur Rika. Xanxus meletakkan tubuh Rika dengan perlahan, seakan sedang memegang sesuatu yang rapuh.

Tidak lama kemudian Reiko datang membawa nampan berisi beberapa butir obat dan segelas air. Xanxus baru berniat untuk pergi ketika sebuah tangan yang lembut menyentuh tangannya. Xanxus melihat ke arah Rika yang terbaring lemah dan menatapnya sambil tersenyum.

"Maaf aku memperlihatkan hal yang tidak enak dan terima kasih sudah menolongku," ucap Rika tulus sambil tersenyum tulus pada Xanxus.

Tidak tahu bagaimana menjawab kata-kata Rika, dia hanya menganggukkan kepalanya dan meninggalkan ruangan itu.

XXXXX

Malam itu, Xanxus makan seorang diri. Yamada memberitahukan kondisi Rika yang masih lemah dan meminta maaf pada Xanxus karena tidak bisa menemaninya. Begitu makan malam selesai, entah apa yang membawa kaki Xanxus untuk melangkah ke depan kamar Rika. Selama beberapa saat dia berdiri di depan pintu kamar itu.

Xanxus merasa bingung sendiri dengan apa yang dirasakannya pada perempuan yang baru saja ditemuinya kemarin.

"Masuklah pintunya tidak dikunci,"

Xanxus tersadar dari lamunannya mendengar suara Rika dari dalam kamarnya. Dia membuka pintu kamar itu dan melihat Rika yang sedang duduk di ranjang dengan menggunakan kacamata dan mengikat rambutnya ke belakang. Ada sebuah meja lipat kecil di atas pangkuannya berisi beberapa peralatan. Di tangannya ada pistol milik Xanxus dan sebuah tang.

Xanxus baru menyadari kalau kamar itu cukup luas dan tidak memiliki banyak barang di dalamnya. Ruangan itu di dominasi oleh warna cokelat muda lembut. Barang di kamar itu mirip seperti barang di kamar tamu, hanya saja ada sebuah rak buku besar dan beberapa kotak yang cukup besar di sudut ruangan.

Xanxus mengangkat alisnya melihat pemandangan di depannya. Di dalam ruangan yang cukup feminin itu, Rika, dengan penampilannya yang lembut dan anggun duduk sambil memegang pistol dan tang serta beberapa perkakas di meja di pangkuannya. Pikiran Xanxus tersadar begitu mendengar tawa kecil dari mulut Rika.

"Kaget? Melihat seorang perempuan dengan fisik yang lemah memegang benda seperti ini?" Rika tersenyum kepada Xanxus yang berjalan ke arahnya dan duduk di kursi yang ada di samping tempat tidurnya.

Xanxus tidak menjawab dan hanya menatap Rika dengan pandangan tertarik dan alis terangkat.

"Sebelumnya saya ingin minta maaf karena anda melihat hal yang tidak pantas untuk dilihat sebagai tamu di sini, Xanxus-san," ucap Rika sambil melepaskan kacamatanya dan meletakkan barang-barangnya di atas meja.

"Terlalu formal," Xanxus mengerutkan dahinya sambil menggumam mendengar nada bicara Rika yang terlalu formal.

"Hm?"

"Caramu berbicara terlalu formal,"

"Kalau begitu apa aku boleh memanggilmu Xanxus?" Rika menatap Xanxus dengan pandangan bertanya dan senyum di wajahnya.

Xanxus hanya menatap Rika sambil menaikkan sebelah alisnya tanpa berkata apapun.

"Xanxus, maaf-,"

"Berhenti meminta maaf,"

Xanxus menatap Rika dengan tatapan tajam dan nada dingin. Dia tidak suka gadis di hadapannya terlihat lemah.

"Baiklah. Xanxus, terima kasih," ucap Rika sambil tersenyum pada Xanxus, membuat tatapan tajam Xanxus berkurang.

Xanxus diam dan memperhatikan sekeliling kamar itu, lalu pandangannya terpaku pada obat yang ada di atas meja kecil di samping tempat tidur Rika.

"Kondisi tubuhku lemah," Rika berbicara melihat Xanxus menatap obatnya, membuat Xanxus menatapnya. "karena itu aku tidak bisa ke Italia dan membetulkan senjatamu. Aku tidak bisa berpergian jauh. Maaf, kamu jadi repot-repot ke sini untuk membetulkan senjatamu," ucap Rika sambil tersenyum lemah.

Lagi, Xanxus merasakan sesuatu di dadanya melihat tatapan sedih Rika dan senyum lemahnya. Dia tidak suka melihat gadis itu tersenyum seperti itu.

"Ah, maaf, aku jadi membuat suasana muram," menyadari Xanxus yang menatapnya, Rika kembali merubah ekspresi dan nada bicaranya menjadi lebih bersemangat. "tenang saja, begini-begini aku profesional, aku akan menyelesaikan senjatamu tepat waktu," ucap Rika sambil tersenyum pada Xanxus.

Xanxus hanya diam sambil memandang Rika yang terlihat pucat dan tubuh kecilnya, lalu melihat berbagai peralatan di meja kecil yang dipangkunya.

"Hentikan," gumam Xanxus.

"Hm?" Rika memandang Xanxus dengan bingung.

"Berhentilah bekerja, kalau kondisi tubuhmu semakin memburuk, senjataku akan semakin lama selesai," ucap Xanxus sambil menggeram pelan, berusaha memberikan alasan yang cukup masuk akal.

Xanxus hanya bisa memaki di dalam hati begitu kata-kata itu meluncur dari mulutnya. Bukan itu yang ingin dia katakan. Rika memandang Xanxus yang terlihat sibuk dengan pikirannnya sambil tersenyum. Dia mengerti arti dibalik kata-kata Xanxus yang terdengar dingin.

"Terima kasih,"

Xanxus menatap Rika yang tersenyum tulus padanya.

"Aku tidak apa-apa. Hal seperti ini sering terjadi padaku, jadi kamu tidak perlu khawatir,"

Xanxus tidak tahu apa yang menggerakkannya. Melihat Rika yang berusaha terlihat tegar dan menutupi kelemahannya, tanpa sadar tangannya terangkat dan mengusap kepala Rika.

"E-eh, Xan..xus?" Rika mengerjapkan matanya bingung saat Xanxus mengelus kepalanya. Wajahnya memerah seketika.

Seakan tersadar apa yang dilakukannya, Xanxus segera menarik tangannya.

"Aku mau tidur,"

Setelah mengatakan hal itu dengan wajah datar, Xanxus pergi dari ruangan itu, meninggalkan Rika yang kebingungan.

XXXXX

CIAP

CIAP

Xanxus membuka matanya begitu merasakan sinar matahari yang masuk melalui celah tirai. Dia mengusap wajahnya dan terduduk di tepi tempat tidurnya. Semalam, dia sulit tertidur. Pikirannya melayang pada apa yang dia lakukan pada Rika. Rambut berwarna cokelat yang halus.

Dia tidak sadar apa yang membuatnya melakukan hal itu. Tidak. Sebenarnya dia sadar, tapi dia tidak mau mengakuinya. Perasaan itu hanya untuk orang lemah, dan dia tidak membutuhkan perasaan itu.

Xanxus menghembuskan napas kasar dan berusaha melupakan kejadian semalam sambil mengambil berkas dan laptopnya, berusaha mengerjakan pekerjaannya yang dikirim oleh anak buahnya.

Tidak lama kemudian dia mendengar pintu kamarnya diketuk oleh Yamada dan dia menuju ruang makan untuk sarapan. Tanpa sadar, dia merasa lega begitu melihat Rika di ruang makan itu.

"Selamat pagi Xanxus," Rika memberikan salam pada Xanxus sambil tersenyum.

Melihat sikap Rika yang tidak berubah, Xanxus tidak menjawab salam Rika dan langsung duduk di kursinya. Begitu mereka selesai makan, Rika segera melanjutkan membetulkan pistolnya di ruang tengah.

"Maaf, aku suka berpindah-pindah saat membetulkan senjata, semoga kamu tidak terganggu," ucap Rika ketika Xanxus memandangnya yang sedang membetulkan pistol di ruang tengah dengan wajah datar.

Xanxus tidak mempedulikan gadis itu dan mengerjakan tugasnya di ruang tengah. Kedua orang itu sibuk dnegan pekerjaannya masing-masing sampai mereka mendengar suara.

"Rika-sama, Miyuki-sama datang," ucap Yamada diikuti sebuah suara.

"Rika-nee,"

Rika dan Xanxus mengarahkan pandangan mereka ke arah pintu masuk.

"Yuki-chan!" Rika langsung berdiri dan melepaskan kacamatanya begitu melihat seorang gadis berambut hitam panjang dengan pita putih memasuki ruangan itu. "lama tidak bertemu," Rika menghampiri gadis itu dengan senyum lebar di wajahnya.

"Iya, aku sedang libur sekolah," Miyuki menjawab dengan riang. "eh, pacar Rika-nee?" Miyuki menatap Xanxus yang memperhatikannya sambil menarik lengan baju Rika.

"Bukan," ucap Rika cepat dan tegas tanpa melihat Xanxus dan tersenyum, membuat Xanxus mengerutkan dahinya. "Yuki-chan, dia adalah Xanxus, ketua dari assassin Varia. Dia kemari untuk membetulkan senjatanya yang rusak. Xanxus, ini adalah Miyuki, dia sudah kuanggap adikku sendiri dan juga muridku," Rika memperkenalkan mereka berdua.

"Saya Miyuki, sedang belajar merakit dan membetulkan senjata dari Rika-nee," ucap Miyuki dengan sedikit canggung sambil membungkukkan badannya yang hanya dibalas dengan anggukkan kepala oleh Xanxus.

"Rika-nee, biar aku membantumu,"

"Ah, tidak usah. Aku tidak mau merepotkanmu. Kamu kan ke sini untuk berlibur," Rika tersenyum menenangkan pada Miyuki.

"Tidak apa-apa. Aku mau belajar merakit sambil memperhatikan Rika-nee," Miyuki membalas Rika sambil tersenyum.

"Hmm, baiklah kalau itu maumu," Rika tersenyum setelah berpikir beberapa saat.

Xanxus sesekali memperhatikan Rika yang terlihat mengajari Miyuki sambil memegang laptopnya. Rika terlihat lebih banyak tersenyum dan tertawa saat berbicara dengan Miyuki. Hari menjelang sore ketika Miyuki pulang ke rumah.

"Hmm, pemimpin Varia ya? Orang yang pernah dilawan Kyo-nii," gumam Miyuki sambil menatap rumah Rika dari kejauhan. Ekspresi wajah gadis itu berubah. Tiba-tiba Miyuki tersenyum misterius dengan mata sedikit berkilat.

"Akan sedikit kuselidiki dia. Hitung-hitung melatih kemampuanku," gumamnya tersenyum sambil berjalan pulang.

To be continue….

XXXXX

Hai Minna~

Dikarenakan beberapa orang terlihat penasaran dengan hubungan Rika-Xanxus, jadilah Sacchan membuat spin-off ini! Tapi sayang kayaknya Xanxusnya OOC ya -_-"

Sebenernya ini cerita mau diupload pas lebaran, tapi karena USB-nya sempat ilang, ya, jadilah baru sekarang Sacchan bisa upload dan baru bisa lanjutin LSIA.

Chapter depan chapter terakhir, akan diupload minggu depan~

Please Review!