SHOULD I CONFESS

CHAPTER 1, PROLOGUE

Langit malam itu tampak hampa. Yamada Ryousuke yang baruu saja keluar dari tempat latihan Jimusho hanya bisa menghela napas dan merapatkan kembali sweaternya, menghalau angin malam yang menusuk kulitnya.

Matanya agak memerah, jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Waktu yang terlalu larut untuk pemuda berusi dua puluh itu untuk keluar dari Jimusho. Di sebelah minimarket 24 jam itu, duduk seorang gadis berambut sebahu yang tengah menggosok-gosokkan tangannya. Berusaha membuat tubuhnya lebih hangat lagi.

Ryousuke tersenyum tipis dan berjalan menghampiri gadis itu. Namun, matanya menangkap sosok pria bertubuh kekar tengah memaksa gadis itu untuk ikut dengannya. Tak bisa tinggal diam Ryousuke dengan sigap segera berlari ke arah gadis itu dan menariknya kembali.

"Ryousuke..."suara gadis manis itu terdengar parau. Matanya terlihat sembab dan merah. "Kau tak apa bukan, Shimazaki?"

Gadis itu menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh Ryousuke. Menatap dua sosok pria bertubuh kekar itu dengan takut. Ryousuke bisa merasakan gemetar gadis itu dari belakang.

"Tenanglah. Aku akan urus mereka."

"Tapi, Ry-Ryousuke..."

"Shinjite.."

Kemudian, gadis itu hanya bisa mengangguk. Ia mundur beberapa langkah dan membiarkan Ryousuke untuk menghadapi pria itu.

"Jangan mempersulit perkerjaan kami, anak muda."ucap Pria itu dengan tegas. Pertanda bahwa ucapannya tak bisa di bantah.

Ryousuke berdecih. "Cih.. jangan hanya berani dengan perempuan."

"Kau menantang kami?"Pria yang satu lagi berucap dengan sangar.

Ryousuke menatap keduanya dengan tatapan mengerikan. "Maaf ya. Aku lebih memilih membereskannya dengan kepala dingin."kata Ryousuke datar.

"Banyak bicara!"

BUUK!

Ryousuke merasakan nyeri di perutnya. Ia dapat mendengar suara gadis tadi yang berseru dengan khawatir.

"Sudah ku katakan anak muda. Jangan mempersulit perkerjaan kami."

BUAK!

"Uuuh.."Ryousuke dapat merasakan nyeri di punggung dan sudut bibirnya. Ia terlempar setengah meter akibat pukulan pria kekar tersebut.

Dengan tergopoh, Ryousuke bangkit dan berdiri.

Ia melayangkan tinjuan kearah pria itu dan tinjuannya berhentii di dalam genggaman lelaki itu. Ryousuke meringis, dan merasakan nyeri di tangannya yang di putar tak sesuai arah.

Sudah tiga puluh menit, Ryousuke di hajar oleh pria bertubuh kekar itu. Tubuhnya serasa mati rasa.

"Ryousuke...!"ia juga mendengar lagi suara gadis itu yang mengkhawatirkannya dan suara langkah kaki cepat yang datang kearahnya.

Lelaki itu melempar Ryousuke kearah gadis manis itu dan dengan sigap gadis itu menangkapnya.

"Kau tidak apa-apa?"Ia berucap khawatir. Melihat Ryousuke babak belur seperti ini sudah membuatnya tidak tega. Apalagi membiarkannya di hajar oleh dua pria tak di kenal.

"Sekarang kau harus ikut kami."Pria itu menarik gadis itu dari Ryousuke.

Pemuda tampan itu menahan lengan gadis itu. "Ja.. Jangan lagi.."ucapnya pelan dan hampir kelihangan kesadaran. Tetesan air mata jatuh ke wajah Ryousuke. Gadis itu menangis.

"Aku akan ikut kalian. Tapi, kumohon biarkan aku ucapkan selamat tinggal padanya."ucap gadis itu sembari melepaskan cengkraman pria itu.

"Baiklah. Jangan berlama-lama."

Gadis cantik dan manis itu berjongkok di depan Ryousuke dan menatapnya sendu.

"Jika ada kesempatan dan tuhan memberikan kesempatan kita untuk bersama kembali. Kita pasti akan bertemu. Tetapi, satu hal yang dari dulu ingin kutanyakan padamu, akankah kau tetap mencintaiku walau aku hilang dari hari-harimu?"gadis itu berucap sembari menahan tangisannya.

Ryousuke berusaha keras bangkit dan menatap wajah gadis itu kesal. "Ap.. apa yang ka.. kau bicarakan, da... dasar bodoh! Jangan per... pergi la... lagi."ucap Ryousuke terbata.

Gadis itu menggeleng dan menyentuh wajah Ryousuke. "Aku minta maaf. Aku yakin jika tuhan beri kesempatan untuk kita berdua kembali bertemu, pasti kita akan bertemu lagi."

"Kau.. Kau bo.. bodoh, Shi.. Shimazaki."

"Maaf, Ryousuke."

Gadis itu melepaskan genggaman di tangan Ryousuke dan beralih ke pria kekar itu.

"Ayo."ucapnya pelan.

Kedua pria kekar itu menggiring gadis itu ke sebuah van besar. Dengan langkah tersaruk-saruk, Ryousuke berusaha mengejar gadis yang di cintainya. Namun, semakin ia mengejar-semakin sakit rasanya. Merasa tak kuat, ia akhirnya kehilangan kesadaran di jalan dekat Minimarket itu.

Sebuah pin nama terjatuh dan menampilkan sebuah nama dalam huruf kanji.

'Shimazaki Haruka'

SHOULD I CONFESS

Once more fic of Hey! Say! JUMP

Disclaimer: all of member Hey! Say! JUMP belong to Kami-sama, their parents, and Jhonny's Jimusho, but this fic is belong to me!

Genre: ROMANCE/HURT/COMFORT/ANGST

SHIMAZAKI HARUKA (AKB48) & YAMADA RYOUSUKE (HEY! SAY! JUMP!)

Sebuah tragedi mengerikan bagi Yamada Ryousuke di masa lalu kembali terkuak. Lima tahun silam ia kehilangan gadis yang di cintainya. Menghilang bersama pria tak di kenal malam itu. Sejak itulah, Ryousuke selalu bersikap dingin pada orang di sekitarnya, kecuali pada sahabatnya, Nakajima Yuto dan Chinen Yuri.

Gadis yang sama seperti lima tahun yang lalu kembali muncul. Membuat ingatan itu kembali terkuak. Yamada terkejut bukan main.

DOUZO

"Sudah keberapa kali kau di bentak, Yama-chan?"Nakajima Yuto berbisik di telinga Inoo Kei. Cowok bermuka baby face itu menatap cowok di sebelahnya. Ekspresinya tampak menunjukkan bahwa ia tidak mau mengungkitnya.

"Ayolah."bujuk Yuto sekali lagi. ia tahu kalau hampir seluruh member di Jimusho ini sudah pernah di bentak atau di marahi oleh sahabatnya, Yamada Ryousuke. Entah itu hanya masalah kecil atau samacamnya. Bahkan ia juga sudah pernah.

"Memang apa pentingnya hal itu?"Inoo berujar malas. Ia tidak mau mengungkit masalah sepele dengan Ryousuke.

Yuto menghela napas. "Maafkan Yama-chan, ya. Dia sedang di landa frustasi belakangan ini."kata Yuto lagi, kali ini tidak berbisik seperti tadi.

Inoo menatap Yuto jengkel. Kentara sekali di wajahnya, bahwa ia tidak terima.

"Kenapa jadi kau yang meminta maaf? Yamada yang salah, bukan kau."ucap Inoo kesal. Ia berlalu meninggalkan Yuto di pojokkan ruang latihan.

Yuto menghela napas pasrah. Ia lelah. Chinen menghampirinya.

"Bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana? Aku lelah menghadapi amukan Yama-chan."ucap Yuto sembari menegak sebotol air mineral.

Chinen duduk di sebelahnya. "Benar juga. Dia tidak bisa move on dari Paruru-chan ya?"

"Sudah tahu, masih nanya."

"Aku bukannya nanya. Cuma bilang."

"Berisik."

Mereka sama-sama menyandarkan punggung di dinding latihan itu. Dari pojok ruang itu mereka bisa melihat Ryousuke yang duduk menyendiri sembari melamun.

Yuto menyikut Chinen. "Apalagi kali ini? kau mau memarahi ku?"

"Bukan, bukan. Lihat,"Yuto menunjuk kearah Ryousuke. "Ada apa dengannya?"

"Aku masih heran. Dia kan sering melamun, kenapa gak kerasukan ya?"

Chinen menepuk kepala Yuto dengan botol mineral. "Jangan yang aneh-aneh deh. Dasar bodoh!"balas Chinen.

Yuto meringis kesal. Ia kembali menyenderkan punggunya di dinding dan berpikir.

Chinen yang di sebelahnya, hanya sibuk meminum air mineralnya.

Kemudian, ia berseru. Seakan telah menemukan sebuah petunjuk.

"Aku tahu! Pasti karena Shimazaki-chan selalu menjaganya kan?"

"Kau pikir Paruru-chan sudah meninggal? Siapa tahu dia masih hidup."

"Kan tidak ada yang tahu, Chii-chan!"

Dari kejauhan, tanpa mereka berdua sadari, sepasang mata menatap keduanya tajam.

Yamada Ryousuke.

BERSAMBUNG

a/n

Sungguh. Apaan ini? Mimpi apa Saachan bikin fic macam ini?

Aahh, mana Ryousuke kubuuat jadi super dingin di sini

Fic Ramadhan yang aneh… Sudahlah, saya bingung mau coment apa… ==

oh iya, saya ucapin Minal Aidzin wal faidzin. ^^

Saachan, boleh minta review?