Disclaimer : Masashi Kishimoto

Tgl. 22 Agustus Tahun 20XX
Tahun ajaran baru pun dimulai. Hari ini adalah hari upacara penerimaan murid baru. Di Akademi Quirinus, lonceng berbunyi. Murid-murid segera ke gedung olahraga untuk upacara penerimaan

Semua murid duduk dengan rapi dibangku yg sudah disediakan, menunggu Kepala Sekolah berpidato. Tak lama, seorang anak yang berkisar umur 8 tahun naik ke atas panggung. Murid-murid mulai ricuh dan bingung.

"Selamat datang ke Akademi St. Quirinus. Aku adalah Kepala Sekolah disini, kalian boleh memanggilku 'Konduktor'. Sekolah ini adalah sekolah yang tertutup dari dunia luar. Kalian semua juga tahu itu, bukan?" Ucapnya diakhiri senyum.

"Nah, sekarang mari kita mulai dengan seleksi pertama...ya. Membunuh satu orang dari 200 siswa."
Semua murid diam seolah sudah tahu sekolah apa yang mereka masuki ini, walau diantaranya ada yg takut dan gelisah akan terbunuh.

"Hmmm... sepertinya kalian sudah mengerti. Dengan ini mulai lah, waktu kalian sampai jam 4 sore... kalian tidak akan bisa kabur begitu saja dari sekolah ini... juga tidak akan bisa bersembunyi. Jumlah muridny 200 peserta... jadi batasnya adalah 100 ini ialah seleksi awal. Selection..."

.
...Start!" Lanjutnya.
Sesaat kemudian lampu diruangan itu padam semua... terdengar suara jeritan yang histeris dan beberapa murid keluar dari ruangan itu.

Tampak seorang berlari mengejar orang yang sudah jadi incarannya. Temannya pun ikut mengejarnya, namun tertinggal.

"Kemana Saki? Aku harus mencarinya."

Di ruangan kelas2 - B. 02.30 p.m

"Heh... Kemana pengecut itu kabur, ya?" Ucap seseorang sambil kesal. Dia berjalan mengitari kelas secara perlahan, sambil menatap pojok kelas yang tertutup lemari.

Dipojok kelas itu, ada seorang siswa yg bersembunyi. Dia hanya bisa diam dan berdoa untuk tak terbunuh, tapi kalau dia tak membunuh... bagaimana dia bisa lolos seleksi? Itulah yg ada dalam pikirannya. Dia mengambil pisau saku dari dalam kantong celananya, dan bersiap jikalau ketahuan.

Brak!

Bunyi hantaman yg kuat ke lemari ditempat dia bersembunyi. Dia pun melompat keluar dari lemari tersebut dan dengan tergesa-gesa menghadap orang yg ingin membunuhnya.

"Wah, sudah siap mati, ya?" Ucap orang itu. Tak kalah kagetnya, ternyata orang yg ingin membunuhnya itu hanyalan anak yg hanya berkisar umur 10 tahun.

"K-kau, ternyata cuma bocah. Beraninya menakutiku, dasar!" Dengan amarahnya dia menendang keras perut anak itu hingga terpental ke tembok.

"Inilah akibat menakutiku, bocah!" Teriaknya marah, kesal. Dan siap membunuh anak yg tersandar di tembok itu.
Bocah itu pun berdiri, dan berjalan mendekat secara perlahan. Mendekat dan mendekat.
Si orang yg ketakutan ini tiba-tiba terdiam, dia tidak merasakan ancaman membunuh lagi dari anak itu.

"Mau bersekutu, kah? Seharusnya kau bilang daritadi, cari masalah saja." Ucapnya, namun anak itu diam dan hanya berjalan mendekat ke dia.

Setelah anak itu cukup dekat dengannya, dia tiba-tiba kaku, tidak mau bergerak. Seolah 'anak' itu yg menyuruhnya diam. Anak itu mengacungkan pisaunya ke wajahnya, dia langsung terjatuh karna kaget.

"Yang ku mau bukan bersekutu, tapi lolos seleksi." Setelah selesai berbicara, anak itu menusuknya, menusuknya dengan senyuman yang manis.

"K-kau, bocah sial..." itulah kata-kata terakhirnya. Sedetik kemudian dia tak bergerak lagi, mati.

"Huh, hanya sampah begini berani memanggilku, bocah? Padahal aku hanya ingin lolos seleksi" Ucapnya. Dia meninggalkan kelas itu.
Sambil berlumuran darah ditangan dia berjalan ke arah gedung olahraga sambil melepas ikatan di rambutnya, rambut yg indah, dan berwarna musim semi.

Lorong t.2
(Pov. Seseorang)
Aku rasa tadi Saki keluar dari situ setelah melompat ke lantai dua ini, tapi dia tak ada...
"Ada seorang lagi disana! "Kejar!" Kata orang-orang dari bawah.

"Aaah! Sialan mereka berkerja sama untuk membunuhku. Bersembunyi di ruang kelas itu saja. Hosh... hosh... sepertinya mereka sudah pergi, untunglah aku bersembunyi di kelas."

Tiba-tiba ada suara langkah kaki yg mendekat dari ujung lorong. Ada orang, apa mereka masih mencari ku!? Tch, aku mulai merasa gelisah dan panik.

Langkah kaki itu semakin dekat... terdengar dia membuka pintu kelas itu satu persatu... sampai dia berjalan dan berhenti didepan pintu kelas ini.

Saat dia membuka pintunya, dia melihatku dengan wajah kaget kemudian lega.

Dia merasa lega karena anak kecil itu bukanlah ancaman baginya. Dia pun masuk kekelas dan menutup pintunya.

Lalu orang itu bertanya padaku "Apa yang kau lakukan disini? Kau pasti tersesat." Aku hanya cuma diam saja. Namun kesadaranku hilang perlahan...

"Apa karna aku tidak menjadi anak baik hari ini? Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf..., Papa, maaf..." gumamku dengan cepat dan tak jelas.
"Hei, bocah. Kau baik-baik saja?"Orang itu keheranan. Habisnya, siapa yang tak heran jika ada yangg bergumam seperti orang gila didepanmu?

Jleb!

Aku langsung menusuk mata orang itu dengan gunting.
"Aaaaah! Anak sialan apa yg kaulakukan padaku!" Kagetnya sambil kesakitan dilantai.

"Aku hanya ingin lolos seleksi" balasku, 'aku?' Tentu saja 'aku' yang melakukan ini, tentu bukan aku. Itu adalah 'Nata-chan'

'Nata-chan' pun sedikit tertawa sambil mengancungkan pisau ke kepalanya dan menusuk lehernya hingga darah bercipratan kewajahnya semakin dalam dan dalam hingga berlubang, yang ditusuk teriakannya lama kelamaan mulai tak terdengar, orang itu sudah tak bernyawa

"Ne, Hina -chan. Kau tak terluka. Sialan, apa si Saki meninggalkanmu lagi dan sedang asyik?" 'Nata -chan' pun mulai hilang kesadaran, ya karna ini tubuhku. 'Nata-chan' adalah temanku yg tinggal ditubuhku. Dua jiwa dalam satu tubuh, ironis? Tentu tidak. 'Nata-chan' sudah lumayan banyak membantuku. Termasuk yang satu ini.

Sial, aku harus pergi ke gedung olahraga, sepertinya Saki sudah kembali ke sana. Lagipula, sepertinya orang yang kubunuh ini teman-temannya sudah tak peduli lagi dengan dia, ya sudah.

.

.

.

.

TBC