.

.

.

Fleeting

.

.

.

Cast : Suho-Lay

Genre : Molla ._.

Rated : I dunno '-'

Disclaimer : FF ini murni milik saya. Cast ciptahan Tuhan YME, saya cuma pinjam

.

.

.

Summary : Namun sedetik kemudian, Suho dan Lay meregang nyawa karena tembakan peluru yang berhasil menembus kepala mereka, ─dalam cinta yang abadi.

.

.

.

HEY PLAGIATOR! GO TO THE HELL PLEASE!

SiDer, wanna review my fanfic now? .

.

.

~Happy Reading~

.


.

"─Bersandarlah di bahuku

Tidurlah dalam pangkuanku

Bermimpilah dalam dekapku

Aku akan menjadi seorang guardian untukmu

Aku akan menjadi benteng beton untukmu

Aku akan menjadi matahari untukmu

Dan itu semua hanya karena satu alasan,

aku mencintaimu…

Aku ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu

Kemarin, sekarang, dan selamanya akan begitu"

~Kim'Suho' Joonmyun, lelakimu~

.


.

Remang, pengap, dingin… Lay tidak suka semua itu, tapi sayangnya ia berada didalamnya. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk melalui celah tembok yang sedikit retak dan mengelilinginya. Pantas saja ia hampir tidak bisa melihat dan bernafas, ventilasinya minim sekali. Bagi Lay, tempat ini sama saja seperti neraka. Tapi setidaknya neraka ini lebih baik dari pada neraka lain diluar sana. Neraka…

Lay mengernyit, seseorang meremas lembut tangannya yang dingin. Bukan seseorang, sesemalaikat mungkin? Huh, pemilihan kata yang aneh. Tunggu, kalau ada malaikat disampingnya, ia harus menganggap tempat ini surga 'kan? Baiklah, Lay memusatkan 'imajinasi'nya. Ini surga… Ini surga…

"Lay," panggil malaikat disampingnya, namanya Suho.

"Ya?"

Remasan di tangannya makin kuat. "Kau tidak takut?"

Lay menggeleng. Sebenarnya ia sedikit tidak yakin bahwa Suho bisa melihatnya. "Aku tidak takut."

"Kenapa?"

Ia tersenyum lalu menghembuskan nafas pelan, "Karena Tuhan sudah mengirimkan seorang malaikat untuk menjagaku sekarang."

Lay tak melihatnya, tapi ia yakin Suho tersenyum sekarang. Malaikat itu terlalu banyak tersenyum, untung tidak ada yang namanya malaikat gila.

"Kau terlalu memuji," ujar Suho. "Aku ini hanya manusia biasa."

Lay membalasnya dengan tawa pelan. "Oh Dear, sudah berapa kali kubilang? Kau itu malaikat untukku."

Suho meramas tangan Lay lagi. "Karena suaraku?"

Lay menoleh kearah Suho, tangan kanannya yang bebas meraba ruang (yang terlihat) kosong di samping kirinya untuk mencari wajah Suho. Saat sudah menemukan apa yang ia cari, jemarinya bergerak ke pipi Suho dan mengusapnya lembut. "Semua yang ada pada dirimu terlalu sempurna untuk dikatakan sebagai standar manusia."

Suho terkikik, "Kecuali tinggiku yang dibawah rata-rata."

Lay memajukan bibisnya kesal, Lay sudah terlalu bosan dengan Suho yang selalu minder karena tinggi badannya. "Itu tidak penting."

"Lalu, apa yang penting?"

Pipi Lay memerah tiba-tiba, untung saja ruangan ini gelap. "Yang penting kau milikku," ujarnya malu-malu.

Suho tersenyum lagi dibalik gelap, ia merangkul pundak Lay dan mencium tangan yang ia genggam daritadi. "Aku akan selalu menjadi milikmu."

Lay tertawa pelan lagi. Terlalu anggun untuk seorang pria.

"Lay," panggil Suho lagi.

"Hmm?"

"Kau tidak lapar?"

Lay menggeleng.

"Hey, jawab aku! Kau lapar?"

"Tidak, Suho. Memangnya kenapa?"

Suho menggerakkan jari-jari kakinya yang kaku. "Aku lapar."

"Apa kita perlu keluar?" tanya Lay.

Suho menoleh, "Tidak. Tapi aku akan setuju jika aku keluar mencari bahan makanan sendiri."

Lay mengerutkan alisnya, "Kalau begitu aku tidak setuju. Aku kabur dari rumah orang tuaku demi menjadi kekasihmu dan sekarang kau ingin meninggalkanku disini sendirian? Dalam kegelapan seperti ini?"

Suho mendengus, "Cuma beberapa menit, Lay. Kau berbicara seperti itu seolah-olah aku akan pergi mencari pria lain."

Lay mengerucutkan bibirnya lagi, "Mungkin saja kau bertemu pria lain yang lebih baik dariku."

Suho mengusap punggung tangan Lay dengan ibu jarinya, "Kalau menurutmu aku memang malaikat, berarti aku akan mendapatkan yang terbaik. Hal terbaik itu sudah ada bersamaku saat ini. Lihatlah, aku menggenggam tangannya!"

Lay tersenyum dikulum. Suho itu perayu hebat, ditengah perang seperti ini ia bahkan masih bisa merayu.

"Jadi, kau mengijinkanku 'kan?"

Lay menggeleng. "Tidak," ujarnya tegas. "Makan saja bibirku kalau kau lapar."

Suho mengangkat sebelah alisnya, "Jangan memancing singa yang kelaparan, Lay."

"Shénme?"─apa? tanya Lay sambil sedikit berteriak. "Kau bilang bibirku manis 'kan? Manis itu mengandung karbohidrat!"

Suho mendecakkan lidah, memang susah jika kau berbicara asupan nutrisi dengan dokter ahli gizi. Suho memang lapar. Lapar perut, bukan lapar nafsu. "Bilang saja kau ingin dicium."

"Tidak."

"Oke, kau bukan ingin dicium, tapi ingin disentuh bibirnya oleh bibirku."

"Yasudah kalau tidak mau." Lay benar-benar kesal karena Suho selalu menuduhnya ingin dicium duluan, dari dulu.

Lay merasa tangannya diusap lagi, dan dagunya ditarik kesamping. Ia bisa melihat bola mata Suho sekarang. "Berikan aku cukup karbohidrat sampai besok, okay?"

Lay mengalihkan pandangannya dari mata gelap itu, "Aku tidak punya makanan, kau tahu."

Dengan cepat Suho mengecup bibir Lay, sangat singkat. "Bibirmu…" Suho mengecupnya lagi, "Kau punya banyak cadangannya di bibirmu. Iya 'kan?"

Lay tertawa, "Jangan menggodaku."

"Kau menggodaku lebih dulu," jawab Suho lalu ikut tertawa dan kembali menyendenkan punggungnya ke tembok. "Tapi aku tidak bohong saat kubilang bibirmu manis, Lay."

"Bodoh, tentu saja," ucap Lay lalu ia tertawa lagi.

Setelah itu hening kembali. Mereka berdua sudah dalam keadaan seperti sejak pagi buta. Lagipula mereka juga tidak tahu sekarang sudah sore atau masih siang diluar sana.

DUARRR!

Suara itu lagi, getaran itu lagi.

Suho secara refleks memeluk Lay yang ada disampingnya. Ia mendekatkan wajah Lay ke dadanya yang berkeringat. Suho tahu ia bau ─mengingat ia belum mandi dari kemarin, tapi sebagai kekasih Lay, hanya dadanya-lah tempat teraman untuk melindungi Lay saat ini.

Sebuah bom pasti meledak disekitar gedung tua tertutup yang mereka tempati sekarang, setidaknya dalam radius 200 meter dari tempat ini. Suho mendengus, ia marah pada pemerintahan Korea Selatan dan Korea Utara yang saling berperang saudara hanya karena keegoisan para pemimpinnya. Walaupun Korea Utara menyatakan berbagai alasan agar bisa menyerang Korea Selatan, sebagai ahli politik, Suho tau alasan sebenarnya. Korea Utara iri akan kerjasama Korea Selatan dengan Amerika Serikat tentang Sandi Operasi Khusus[SPO].

"Harusnya kau tidak menyusulku ke Seoul," ucap Suho pada Lay sambil mengusap rambutnya.

Suho merasa Lay menggeleng, lalu tangan Lay ikut merangkak naik ke dadanya. "Aku ingin bersamamu, Suho. Aku tidak peduli orang tuaku menentang hubungan kita."

Suho tersenyum getir, "Tapi kau pergi ke Seoul saat kota ini hampir hancur karena perang. Harusnya kau mementingkan nyawamu."

DUARRR!

Ledakan lagi.

"Kau adalah nyawaku," Lay melingkarkan tangannya pada pinggang Suho, "Jadi biarkan aku bersamamu."

Menjijikkan! Suho ingin menangis sekarang. Mana harga dirinya sebagai pria? Mana harga dirinya sebagai seme Lay? "Aku mencintaimu, Lay…"

"Wǒ yě…"─aku juga.

"Harusnya kau bilang 'Wǒ ài nǐ'."

Lay mendongak mencari manik hitam Suho, "Memang apa bedanya?"

Suho tersenyum, "Kau kira tulisan Wǒ yě dan Wǒ ài nǐitu sama? Artinya saja berbeda."

Lay mengerutkan alisnya, namun saat ia sudah mengerti, ia langsung terkekeh pelan. "Baiklah… Jun Ma Hao, wǒ ài nǐ."

"Kenapa jadi memanggilku Jun Ma Hao? Jangan bertingkah seperti pacar teraniaya-nya Kris itu."

Bibir Lay mengerutcut, "Bagaimanapun, Tao itu adikku. Lagipula julukan Tao padamu itu juga lucu."

DOR! DOR! DOR!

Bukan suara ledakan, kali ini suara peluru. Mata Suho bahkan bisa melihat bahwa tembok disebelah kanannya tertembus oleh salah satu peluru tersebut. Nyawanya ada di ujung tanduk.

"Suho…" Lay memanggilnya penuh nada ketakutan.

Suho melirik ke arah Lay, lalu mengusap rambutnya. "Ya, sayang?"

Slay mempererat pelukannya, "Aku takut."

Suho terkekeh, "Apa kubilang, harusnya kau tidak ke Seoul."

"Ayolah Suho, berhenti menyalahkanku karena aku datang ke Seoul. Aku 'kan hanya ingin menemuimu!" jawab Lay kesal.

"Suho terkekeh lagi, kali ini lebih singkat. "Baiklah. Apa yang harus kulakukan agar kau tidak merasa takut?"

Lay mendongak, kali ini ia yang nakal dan mengecup bibir Suho. "Nyanyikan sebuah lagu untukku."

Suho tersenyum, "Lagu apa?"

"Apa saja. Suaramu membuatku merasa tenang."

Suho berpikir sejenak, lagu apa yang cocok disuasana seperti ini tapi tidak membuat Lay takut? Setelah Suho menemukan jawabannya, ia tersenyum dan mulai bernyanyi.

.

Suara langkah yang tersesat menghilang
Digantikan oleh nyala api
Dari lagu sebuah doa
Api yang akan terus menyala

Warna bola mata yang bagaikan malam
Sewarna dengan hitamnya langit yang bening
Mungkin karena aku terlalu sering
Mencari dan memandangi langit

Peta yang diantarkan sangat tepat
Membawa tubuhku entah ke mana
Agar tidak terlantar di dunia yang terlalu cepat ini
Perdengarkanlah hanya satu nama itu padaku

Aku ingin bersamamu sampai akhir
Tak ada lagi keinginan selain itu
Hanya di sini lah aku bisa bernafas
Akan kulindungi walau harus ditukar dengan apa pun

.

DUARRR!

Bom lagi, bom lagi.

Suho tetap bernyanyi sambil mengelus rambut Lay. Ia tidak boleh berhenti, ia tidak boleh berhenti membuat Lay merasa tenang. Ia akan terus bernyanyi.

.

Ayo pergi ke kaki pelangi
Suatu saat nanti menuju tempat tanpa seorang pun di sana

Kuberikan sayap pada hatiku
Kukatakan larilah kemana pun
Hatiku mengusap air mataku
Mengatakan jangan kabur kemana pun

Hujan keadilan yang mencapai jiwaku
Makhluk yang tak dapat terbang di atas rawa
Kebebasan yang kutemukan di tengah suatu jalan
Tak kan kulepaskan dan kubawa kemana pun

Berteriaklah saat takut
Kuberitahu bahwa aku di sampingmu
Berpelukan dengan tubuh yang gemetar
Katakan bahwa kita tidak sendirian

Tidak apa kalau tidak bisa tertawa seperti hari itu lagi
Karena bukankah aku masih hidup dalam tubuh ini?

Tidak perlu mengumbar janji
Karena 'akhir' bisa mengunjungi dalam sekejap
Nama yang kau ajarkan saat berkata kau di sini
Akan terus kupanggil berapa kali pun agar 'akhir' tak datang

.

DOR! DOR! DOR!

DUARRR!

DOR!

Suara itu saling sahut-menyahut bagai nyanyian jangkrik dimalah hari.

Suara itu saling bergantian berbunyi bagai dialog dalam radio lawas yang rusak.

Suara itu menggema dibelakang mereka bagai iringan musik bagi nyanyian merdu Suho.

Suho tetap teguh menyanyi. Menyanyi untuk pujaan hati yang ingin ia lindungi. Air matanya sudah ada di ujung, Lay malah sudah terisak daritadi.

.

Terpilih di dunia yang terlalu luas ini
Perdengarkanlah hanya satu nama itu padaku

Aku ingin bersamamu sampai akhir
Tak ada lagi keinginan selain itu
Hanya di sini lah aku bisa bernafas
Akan kulindungi walau harus ditukar dengan apa pun

Berteriaklah saat takut
Kuberitahu bahwa aku di sampingmu
Sampai akhir aku ingin bersamamu
Tak ada lagi keinginan selain itu

Ayo pergi ke kaki pelangi
Selalu bersama dan jangan berpisah
Tidak apa kalau tidak bisa tertawa seperti hari itu lagi
Suatu saat nanti menuju tempat tanpa seorang pun di sana

Tempat tanpa seorang pun di sana

Suara langkah yang tersesat menghilang
Digantikan oleh nyala api
Dari lagu sebuah doa
Api yang akan terus menyala

Api yang bersinar tujuh warna

[Indonesian Lyrics "Bump of Chiken" – Zero]

.

Lagu selesai.

Pintu tempat persembunyian mereka terbuka. Suho menelan air ludahnya sendiri yang terasa pahit secara susah payah. Terlihat tiga orang berseragam tentara ─yang jelas bukan tentara Korea Selatan─ di ambang pintu tengah mengacungkan ujung pistol dan senapan ke arah kepalanya dan kepala Lay. Hal itu membuat Suho semakin mempererat pelukannya pada leher Lay.

"Cepat pergi dari negara ini atau akan kubunuh kalian semua!" ujar salah satu tentara itu dengan logat Korea Utaranya yang khas.

"Tidak!" teriak Lay, membuat Suho sedikit tercengang. "Aku tidak mau kembali ke orang tuaku!"

"Lay…" panggil Suho dengan suara seraknya.

"Apa, Suho? Apa?" teriak Lay lagi sambil menjauhkan kepalanya dari dada Suho dan meluruskan pandangannya. Kedua tangannya menangkup pipi Suho, ia menangis semakin keras. "Kau cinta padaku 'kan? Kau rela mati bersamaku 'kan? Jangan biarkan orang tuaku memisahkan kita, Suho," ringiknya.

Tangis Suho pecah, air matanya mengalir deras bagai air bah yang datang tiba-tiba. "Aku mencintaimu Lay…. Aku mencintaimu."

"Dasar penggemar telenovela," ujar tentara tadi.

"Bunuh saja, mereka tak berguna," kata tentara yang lain.

"Tunggu dulu, sepertinya ini akan menarik," balas tentara yang berada di tengah.

Lay menggigit bibirnya untuk menahan tangis, "Terima kasih untuk semuanya, Suho. Aku beruntung memilikimu."

Suho memeluk Lay lagi, masih menangis. "Aku mencintaimu Lay. Aku mencintaimu…"

Bibir Lay yang sebelumnya berada di antara leher dan bahu Suho merangkak naik untuk mencari bibir sang kekasih, kekasihnya yang sebelumnya mengomel ingin diberi karbohidrat. Sebagai kekasih yang baik, biarlah Lay 'menuntaskan kewajiban terakhirnya'.

Awalnya hanya ciuman yang hangat, lembut, penuh perasaan dan tanpa nafsu. Lalu semakin panas, semakin mencari lebih.

"─Saranghae, Zhang Yi Xing."

"─Wǒ ài nǐ, Kim Joon Myun."

Mereka tersenyum.

Namun sedetik kemudian, Suho dan Lay meregang nyawa karena tembakan peluru yang berhasil menembus kepala mereka, ─dalam cinta yang abadi.

.


.

"─Ku 'kan bersandar di bahumu

Ku 'kan tidur di pangkuanmu

Ku 'kan bermimpi dalam dekapmu

Terima kasih sudah menjadi seorang guardian untukku

Terima kasih sudah menjadi benteng beton untukku

Terima kasih sudah menjadi matahari untukku

Hanya ada satu hal yang bisa kuberikan untuk membalas semua itu,

Kuserahkan cinta dan hidupku padamu…

Kau tahu aku juga mencintaimu

Kemarin, sekarang, dan selamanya akan begitu"

~Zhang 'Lay' Yi Xing, separuh hatimu~

p.s : Suho, Kau memang tak memberiku akhir bahagia

Tapi terima kasih untuk keabadian yang kau tawarkan


END


Finally! EXO COMEBACK .

Errr... SAYA LANGSUNG KLEPEK-KLEPEK SATA TAO+KRIS Q.Q

Apalagi pas ada screencaptnya Kai yang rambutnya digimbal(?) gitu OuO

YANG EXOSTAN MANA SUARANYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~~~~~~~~

Geurae WOLF naega WOLF! Awoooooooo *tereak tereak*

.

.

Oh ya, well, maaf FF kali ini gak maksimal .-. Kesannya alur maksa banget wkwkwk... Maaf ya~ Authornya lagi sibuk /sok sibuk/ Sibuk fangirling sama membasmi plagiator *angel smirk*

Untuk review, SANGAT SAYA TUNGGU :) :3

Kalau situ sama2 author, ataupun reader yg punya hati pasti bisa review dong :3 Walaupun cuma sekedar "Terima kasih untuk FFnya" itu sudah buat saya seneng kok :)

Oh ya doain ntar NEW saya bagus ya '-' Biar bisa masuk SMA 5 Sby hehehe...

Sekali lagi maaf kalo cerita gak bagus, terlalu aneh, dan banyak typo.

EXOstan! Angkat tangan~

Semoga enjoy di FF ini... Selamat menikmati karya EXO selanjutnya yang bakal rilis 30 Mei 2013 ^^

.

.

XOXO

Jonanda Taw