Disclaimer : Masashi Kishimoto-sensei does.
Warning : Double Chara, Semi AU, OOC, Don't Like Don't Read!
-
Kakkoii-chan and Shirayuki Haruna present
~ Timeless ~
Chapter 1 : Where Am I?
-
Bruukk..
"Aduhh.. sakit.." suara seorang gadis berusia tak lebih dari tujuh belas tahun terdengar mengeluh. Tangannya sibuk mengusap-usap lengannya yang terantuk saat ia jatuh ke tempat ini.
Dilihat dari sudut pandang si gadis, ia hampir seratus persen yakin bahwa ia berada di sebuah taman yang sepi. Mungkin karena hari sudah hampir malam, karena langit mulai dihiasi semburat kemerahan.
Kakinya mulai melangkah ke daerah luar taman. Ia harus bertanya seseorang, itu yang ada di pikirannya saat itu.
"Ah! Seseorang.. tunggu sebentar!" gadis itu berlari menghampiri seseorang yang secara kebetulan melewati jalan tepat di depan taman. Untung saja orang asing itu berhenti dan menoleh.
"Ada apa ya?" suara keibuan menyapa telinga gadis itu.
Gadis itu mengangguk. "Maaf mengganggu Bibi, saya hanya ingin tahu, sebenarnya ini dimana ya?" ia bertanya dengan nada sesopan mungkin.
Wanita setengah baya itu menatap heran sejenak, ia merasa pakaian yang dipakai gadis itu agak terlihat aneh. Apalagi warna rambutnya yang tidak wajar. Mungkin sedang Cosplay? Pikirnya polos.
"Tersesat?" tanya wanita itu lembut. Gadis itu mengangguk, "Sou ka… sebenarnya kau sekarang berada di Yamashina, Kyoto."
"Kyoto?" Gadis itu bertanya kaget. Wajahnya memucat. Ia belum pernah mendengar nama daerah seperti itu sebelumnya.
Wanita itu tampak bingung, "Ada yang salah?"
Gadis itu menggeleng.
Tapi wanita itu tau pasti, gadis di depannya itu tidak baik-baik saja. "Perkenalkan aku Uchiha Mikoto. Bagaimana kalau kau makan malam dulu di rumahku. Sepertinya wajahmu agak pucat." Tawarnya.
Gadis itu mendongak, Uchiha? Namun cepat-cepat ia menyadarkan pikirannya. Nama Uchiha kan tidak Cuma satu, pikirnya. "Apa tidak merepotkan, Uchiha-san?"
Mikoto menggeleng. "Tentu saja tidak. Hari sudah malam, tidak baik untuk gadis sepertimu pulang sendirian. Lagi pula kau kan sedang tersesat, lebih baik kau bermalam di rumahku saja dulu besok baru kau pulang. Bagaimana?"
"Terima kasih, Uchiha-san. Ah iya, maaf terlambat mengenalkan diri, nama saya Haruno Sakura. Maaf merepotkan," Sakura—gadis itu, membungkukkan badannya. Sungguh tidak ada yang lebih disyukuri oleh Sakura, selain bertemu orang baik di saat seperti ini.
-
-
"Jadi.. di rumah Bibi sekarang hanya ada Bibi dan anak bungsu bibi?" tanya Sakura setelah beberapa saat berbincang dengan 'penyelamatnya' itu.
"Begitulah. Kebetulan suamiku sedang bertugas di luar kota, sedangkan anak sulungku sedang menjadi relawan," Mikoto menjelaskan. Sakura hanya mengangguk-angguk.
"Oh ya ampun, Sakura-chan, sebaiknya kita bergegas. Anakku sebentar lagi akan pulang, padahal rumahnya aku kunci. Lagipula aku belum memasak makan malam karena kehabisan bahan makanan," wanita itu menarik salah satu tangan Sakura agar gadis itu mempercepat langkahnya.
-
-
"Silahkan masuk, Sakura-chan! Tidak usah malu-malu," ujar Mikoto ceria sembari membuka pagar rumahnya yang setinggi dada.
"Ano.. permisi kalau begitu," Sakura bergumam lirih, mengikuti Mikoto yang sudah berjalan masuk menuju pintu depan rumahnya yang lansung menghadap sebuah halam kecil.
"Kenapa lama sekali, Kaa-san?" suara laki-laki asing, tapi sekaligus familiar di telinga Sakura, terdengar kesal. Gadis itu menghentikan langkahnya, bermaksud memberi privasi kepada ibu dan anaknya itu.
"Maafkan Kaa-san," Mikoto menjawab ringan, mendekati pemuda yang sepertinya adalah anak bungsunya. "Kaa-san haru belanja ini itu. Lagi pula, tidak biasanya kau pulang jam segini."
"Yah.. hari ini memang tidak ada kegiatan apa-apa," ujar pemuda itu cuek.
"Baiklah kalau begitu," Mikoto membuka kunci pintunya, "Lebih baik kau mandi dulu, setelah makan malam jadi baru kau makan. Bagaimana?"
"Baiklah." Dan tanpa berkata apa-apa lagi, pemuda itu masuk ke dalam rumah, meninggalkan kaa-sannya di luar.
Mikoto menoleh ke belakang, "Ayo Sakura-chan, kau juga masuk. Tidak usah malu-malu," ajak Mikoto, memberi isyarat agar gadis berambut pink itu mengikutinya.
Rumah kediaman Uchiha ternyata lumayan besar juga kalau hanya di tempati oleh keempat penghuninya. Perabot serta barang-barang yang tertata rapi di ruangan-ruangan berdominasi warna putih dan hitam ini memang terlihat sedikit asing di mata Sakura. Kalau saja ia tidak tahu malu, ia pasti sudah mulai mengutak-utik benda-benda itu untuk memuaskan rasa ingin tahunya.
"Sakura-chan," suara Mikoto membuyarkan pikiran gadis berambut pink itu. "Duduk saja sesukamu, aku akan memasak untuk makan malam."
"Ah, bibi biar aku bantu," sakura bergegas menghampiri Mikoto di dapur. Lagi-lagi matanya menangkap barang-barang asing. Sedikit banyak ia memang bisa menebak, walau sepertinya tampilannya berbeda. Terlihat lebih canggih mungkin?
"Tidak perlu Sakura-chan," wanita setengah baya itu menolak. "Bagaimana kalau kau mandi dulu. Kau juga perlu mengganti kostummu itu," sambungnya setelah memperhatikan penampilan Sakura lebih teliti.
Gadis itu menatap pakaiannya. Memang, atasan ninjanya yang bewarna merah kotor terkena pasir saat ia terjatuh tadi.
"Tenang saja, aku akan meminjamkanmu baju. Mungkin agak kebesaran sedikit," Mikoto seolah membaca pikiran Sakura.
Beberapa saat kemudian, Mikoto datang membawa sepasang pakaian, "Nah, silahkan mandi. Di sana kamar mandinya."
-
-
Sakura keluar dari kamar mandi dengan kaos yang kelewat besar untuk tubuhnya yang bisa dibilang langsing. Rambut merah mudanya yang sepanjang bahu tampak basah dan masih meneteskan air.
"Letakkan saja pakaianmu di keranjang dekat kamar mandi itu," Mikoto memberikan instruksi dari dapur. "Setelah itu kemarilah, makan malamnya sudah siap."
"Wah.. sepertinya memang benar-benar kebesaran untukmu. Apa boleh buat, pakaianku pasti terlalu kecil untukmu. Dasar anak jaman sekarang, pertumbuhannya pesat sekali," keluh Mikoto panjang lebar sambil meletakkan beberapa mangkuk di meja.
"Ah.. maaf merepotkan," ujar Sakura pelan.
"Bukan apa-apa, santai saja. Ayo duduk, aku akan memanggil Sasu-chan dulu."
Sasu-chan? Bukankah tadi anaknya itu laki-laki? Pikir Sakura bingung.
-
-
"Sasu-chaaan~" panggil Mikoto ceria. Memang, walaupun usianya sudah menginjak kepala empat, tetap saja sifatnya yang agak kekanak-kanakan itu tidak hilang. "Makan malamnya sudah siap!"
"Iya iya.. sebentar lagi aku ke bawah," Sasuke—anak bungsu Mikoto, menjawab setengah menggerutu.
"Oh iya, tadi Kaa-san pinjam bajumu. Kau tidak keberatan kan, Sasu-chan?"
Alis Sasuke terangkat, "Memangnya buat apa Kaa-san pinjam bajuku?"
Mikoto terkikik sebentar sebelum melanjutkan, "Sebenarnya tadi Kaa-san bertemu gadis yang tersesat. Karena kasihan, Kaa-san ajak saja makan malam sekalian menginap di sini. Kasihan dia, sepertinya dia kebingungan dan tak tahu arah."
"Kaa-san ini kan sudah dewasa, masak tidak tahu kalau tidak boleh membawa orang asing sembarangan?"
"Maksud Kaa-san kan bukan begitu," ujar Mikoto sedikit cemberut. Ia benci kalau anaknya memperlakukannya seperti anak kecil begitu. "Tidak baik membiarkan seorang gadis tersesat sendirian malam-malam. Apalagi gadis manis seperti dia, pakaiannya minim pula—seperti peserta Cosplay begitu. Mana hati nuranimu Sasu-chan?" ia beralasan.
"Baiklah, baiklah. Terserah Kaa-san sajalah," Sasuke berkata pasrah.
-
-
"Maaf menunggu lama, Sakura-chan," Mikoto muncul kembali ke dalam dapur sekaligus ruang makan itu. Sakura hanya menggeleng pelan. "Aku belum memperkenalkan anakku kan? Ayo cepat ke sini, Sasu-chan," Mikoto memanggil anaknya.
"Iya, iya, tenang sedikit kenapa sih?" sahut orang yang dipanggil 'Sasu-chan' itu. "Dan berhenti memanggilku 'Sasu-chan'!" Seorang pemuda dengan wajah menawan terbingkai rambut entah model apa itu bewarna hitam kebiruan muncul.
Detik itu pula, Sakura merasa jantungnya berhenti berdetak. Seluruh tubuhnya membeku. Mana mungkin? Sasuke? Kenapa ia ada di tempat seperti ini? Wajah itu, ia yakin itu wajah Sasuke. Tapi.. ada yang beda dengan Sasuke yang ini. Cepat-cepat ia mengganti ekspresinya, berusaha menenangkan otaknya yang mulai berputar cepat. Ia harus menilai keadaan dulu.
"Kenalkan Sakura-chan, dia anak bungsuku, namanya Sasuke," Mikoto menepuk bahu anakknya. "Dan Sasu-chan, ini yang tadi Kaa-san ceritakan, namanya Haruno Sakura. Manis kan?"
Sasuke menatap gadis yang terlihat kedodoran memakai kaus putih polosnya dan celana pendek hitam. Rambut pink sebahunya masih tampak basah, sementara mata emeraldnya menatapnya balik dengan ekspresi ragu-ragu. 'Yah.. lumayan manis juga,' batin Sasuke.
"Salam kenal kalau begitu, Sasuke.. san.." sapa Sakura sopan.
"Hn."
"Nah, tunggu apalagi, kita makan sekarang saja. Mumpung masih hangat," ajak Mikoto yang diiringi anggukan kedua remaja itu.
-
-
"Sakura-chan," Mikoto memulai pembicaraan, "Sebenarnya kau tinggal dimana? Kenapa bisa sampai di sini?" tanya Nyonya Uchiha itu penasaran.
Seketika Sakura menghentikan kegiatan makannya, membuat sumpitnya menggantung di udara. Perlahan ia turunkan alat makannya itu, sembari menghela napas panjang. Diam-diam mata Sasuke ikut mengawasi gadis yang duduk di depannya itu.
"Sebenarnya," gadis itu berhenti sejenak, berusaha mencari jawaban yang paling tepat. "Aku berasal dari Konohagakure," jawabnya jujur.
"Konohagakure?!"Mata Mikoto terpejam, sementara alisnya berkerut dengan jari telunjuk mengetuk-ngetuk dagunya, berusaha mengingat nama daerah itu. Sakura menunggu, berharap dalam hati wanita itu tau desa kelahirannya itu.
"Ah!" tiba-tiba saja mata Mikoto kembali terbuka. Wajahnya dihiasi seulas senyum, mungkin kalau dalam animasi sudah ada sebuah bohlam lampu di atas kepalanya. "Dimana ya itu?"
GUBRAAK. Kedua remaja di meja makan itu sontak terjatuh dari tempat duduknya saking terkejutnya mendengar jawaban wanita itu.
"Sasu-chan, mungkin kamu tau?" Mikoto balik bertanya pada putra bungsunya itu. Sakura menatap Sasuke penuh harapan, membuat pemuda itu jadi sedikit salting. Wait.. Uchiha? Salting? No Way!
"Hn," Sasuke memasang pose berpikir seperti ibunya. Bedanya, dia kelihatan lebih cool dan serius daripada ibunya tadi. "Dimana letak Konohagakure itu?" Sasuke bertanya pada Sakura.
"Negara Hi," Sakura menjawab.
Alis Sasuke kembali mengerut. Negara Hi? Dimana itu? Benua Amerika? Asia? Eropa? Atau Afrika? Sasuke berusaha mengingat-ingat pelajaran geografinya waktu SD dulu. Dan menurut otaknya yang jenius itu, nama Negara Hi tidak pernah tercetak di atlasnya yang selalu up-to-date.
"Maaf, sepertinya aku tidak pernah mendengarnya," jawab Sasuke dengan nada datar seperti biasa.
"Sou ka," Sakura menghela napas. Sepertinya harapannya untuk pulang kembali menipis. Apalagi Sasuke yang ini sepertinya tidak tahu menahu mengenai Konohagakure dan Negara Hi. Sudah jelas dia bukan Sasuke Uchiha yang Sakura kenal. Apa mungkin ada dua Sasuke Uchiha dengan wajah sama persis tanpa perbedaan sedikitpun di saat yang bersamaan tapi dengan kehidupan berbeda?
"Jangan khawatir, Sakura-chan. Kau boleh tinggal di sini sementara selama kau belum bisa pulang," hibur Mikoto.
Mata Sasuke membelalak. Apa ibunya ini sudah kehilangan akal? Bagaimanapun Sakura adalah orang asing, tapi kenapa ibunya mudah sekali mengizinkan gadis itu tinggal.
"Apa tidak merepotkan Bibi?"
Mikoto menggeleng, "Tentu saja tidak. Aku akan sangat senang sekali kalau Sakura-chan tinggal di sini." Ia menghela napas sebelum melanjutkan, "Sudah lama aku menginginkan anak perempuan."
"Apa benar begitu?"
Mikoto mengangguk dengan semangat. "Untuk sementara kau bisa tidur di kamar Itachi, anak sulungku. Aku akan menghubungi suamiku juga. Jadi, tenang saja!" Mikoto meyakinkan.
Satu hal yang Sasuke Uchiha tau, apapun keinginan Mikoto Uchiha hampir seratus persen tak bisa ditolak.
"Tunggu.. Itachi.. Uchiha Itachi?" tanya Sakura kaget. Di sini juga ada Uchiha Itachi?
"Tentu saja. Dia kan anakku, jadi namanya memang Uchiha Itachi. Ada yang aneh?"
Cepat-cepat Sakura menggeleng.
'Aneh,' pikir Sasuke. Dari awal melihat gadis itu saja sudah aneh baginya. Entah penampilannya, cara bicaranya, apalagi ceritanya tadi. Tinggal di Konohagakure yang berada di Negara Hi? Terdengar seperti fiktif di telinga Uchiha Sasuke.
"Kalau aku tidak salah menebak, sepertinya Sakura-chan berusia sekitar 17 tahun? Kau pelajar SMA juga?" Mikoto tampak menikmati acara 'menginterogasi' gadis itu.
"Aku memang 17 tahun," jawab Sakura dengan senyum simpul. "Sebenarnya aku Chuunin, Tahun depan baru aku akan mengambil ujian Jounin."
"Chuunin? Jounin?" gumam Mikoto pelan. Dari wajahnya terlihat ia tidak mengerti makna kata-kata itu. Tapi, agar tidak dianggap bodoh oleh anaknya—yang entah kenapa sepertinya tau maksud Sakura, ia hanya diam.
'Satu lagi keanehan gadis ini,' pikir Sasuke sembari terus menikmati makan malamnya.
-
-
Sakura's POV
Setelah makan malam berakhir, Bibi Mikoto menyuruhku untuk segera tidur. Dia bilang aku perlu istirahat. Aku menurut saja, walau sebenarnya aku ingin bertanya beberapa hal kepadanya.
Sekarang aku berjalan menuju ke kamar Itachi—yang untuk sementara akan aku tempati. Sasuke yang mengantarku ke situ.
Sasuke… Baka! Dia bukan Sasuke yang kau kenal, Sakura. Mungkin memang ada Uchiha Sasuke di negara lain.
Tiba-tiba Sasuke menghentikan langkahnya, "Ini kamar Itachi," ujarnya pendek.
"Arigatou, Sasuke-san," aku membungkukkan badanku sekilas. Tanpa menunggu apapun, aku segera membuka kenop pintu kamar itu.
"Sebenarnya, kau ini siapa?" suara Sasuke membuatku membeku. Aku menoleh, dengan wajah bingung.
"Maksud Sasuke-san?"
Ia melempar pandangan menuduh kepadaku. "Kau itu mencurigakan. Sebenarnya siapa kau?"
Aku terdiam, mencoba memilih jawaban yang kira-kira bisa menjawab pertanyaannya. "Aku Kunoichi dari Konoha dengan status Chuunin. Bukankah aku sudah bilang tadi, Sasuke-san?"
"Kunoichi? Maksudmu ninja wanita?"
Aku mengangguk. Kalau dilihat dari wajahnya, kelihatan sekali ia tidak percaya padaku. "Ada yang salah, Sasuke-san?"
"Tentu saja," jawabnya langsung. "Mana mungkin ada ninja di zaman seperti sekarang? Omong kosong apa ini?"
"Tidak ada yang aneh, ada banyak ninja di Konoha. Bahkan di Suna, Oto, Iwa, dan Mizu pun ada."
Alis Sasuke sedikit mengerut sekarang, tangannya terlipat di depan dadanya. "Ini memang tak masuk akal, tapi aku merasa kau dan aku berasal dari zaman yang berbeda. Maksudku, nama yang kau sebut tadi terdengar.. kuno."
"Jadi kau mau bilang aku terlempar dari zaman yang kau anggap kuno itu kemari?" aku tak kuasa menahan emosiku. Kenapa Uchiha Sasuke yang ini kelewat kreatif sampai bisa membuatku menarik kesimpulan seperti ini.
"Aku tidak bilang begitu, Nona Haruno," jawabnya dingin.
Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat, mencoba menahan kata-kata pedas yang siap aku lontarkan. Kalau saja aku tidak ingat siapa dia sebenarnya. Huh.
"Kalau boleh, aku permisi untuk istirahat. Oyasuminasai, Sasuke-san," pamitku pendek. Dan tanpa menunggu jawabannya, aku bergegas masuk ke dalam kamar Itachi dan menutup pintunya.
Walau sama-sama bernama Sasuke, entah kenapa Sasuke yang ini.. menyebalkan.
End of Sakura's POV
-
-
Sasuke menatap pintu kamar kakaknya itu. Memang dia bukan tipe orang yang mudah ikut campur orang lain, tapi kali entah kenapa ia merasa penasaran dengan gadis itu. Gadis itu terlalu aneh dan mencurigakan. Bagaimana kalau gadis itu menipu ibunya?
"Jadi kau mau bilang aku terlempar dari zaman yang kau anggap kuno itu kemari?" ucapan gadis itu kembali terngiang di telinga Sasuke. Apa mungkin?
"Sepertinya otakku mulai kacau," ujarnya pada diri sendiri.
-
-
To be Continue
-
-
Kakkoii-chan : huaaaaa… akhirnya selesai juga proyek kitaa! *ngelap keringet*
Shirayuki Haruna : iya… akhirnya~ *nangis terharu*
Kakkoii-chan : mengenai judul, mungkin agak nggak nyambung. *sigh* Itu gara-gara kita kehabisan ide, dan tiba-tiba aja mbak Jang Ri In dan Mas Xiah Junsu ngamen di depan rumah, jadi ya udah deh kita pakai aja judul lagu mereka. *plak*
Shirayuki Haruna : semoga para reader pada ngerti maksud fic yang kita buat. Kalau bingung bisa tanya kok! :D
Kakkoii-chan : ngerti laah.. reader kan pinter-pinter! Iya kan? *wink wink*
Shirayuki Haruna : siapa yang bilang kalau reader nggak pinter?!
Kakkoii-chan : emangnya siapaa? Ya ampuun, aku ada janji nge-date nih sama Shika. Duluan yaaa! Ja ne! *kabur*
Shirayuki Haruna : woi! Jangan ninggalin! *ngejar Koi-chan*
Kakkoii-chan & Shirayuki Haruna : akhir kata, monggo REVIEW!! *plop*
