Diclaimer : Hetalia belongs to Himaruya Hidekazu
This story belongs to me
Chap 1 : Privet?
Salju mulai turun perlahan di awal bulan Desember tahun ini. Aku berdiri memandang ke atas langit yang tak menampakan secerca sinar dari sang surya dan mencoba menjulurkan lidah ku untuk mendapatkan butiran salju.
"Uhh ... dwi-nghwin hwahaha". Aku sungguh senang dengan salju pertama ku di kota ini, kota St. Petersburg, Russia. Ya, aku dan Ibuku baru saja pindah dari Amerika ke Rusia. Dikarenakan Ibu ada urusan pekerjaannya yang bisa dibilang dalam waktu yang cukup lama yang membuatnya harus menetap disini dan aku mau tidak mau harus ikut bersamanya, hal yang sering terjadi kan? Hahaha. Aku sempat enggan ikut dan menyuruh ibuku menolak keharusannya pergi ke Rusia ,tapi itu hal yang mustahil. Ini adalah masalah pekerjaannya, hidupnya.
"Ibu, haruskah kita pindah kesana? Aku tidak mau, ku-kudengar disana sangat dingin? Bahasanya juga aneh. A-aku juga pasti tidak akan mengerti? Dan bagaimana dengan sekolahku? Dan—'' belum sempat aku menyelesaikan argumenku ibu sudah memotongnya dengan elakannya yang lembut dan santai.
"Oh my dear Alfred, tenang lah. Kau akan tetap sekolah disana, tentang bahasa? Kau akan masuk International Academy of St. Petersburg, Ibu sudah mendaftarkan mu disana ...'' balasnya, aku masih memasang muka cemberutku dengan tetap menatap ibuku yang sedang sibuk dengan barang-barang yang harus kami bawa.
''Basik kurikulumnya seperti sekolah-sekolah di Amerika, meskipun tetap saja kau akan belajar Bahasa Rusia disana, lagi pula kau sudah belajar dasar-dasar dari bahasa rusia kan, jadi ibu pikir kau sedikit mengerti, setidaknya kau sudah bisa membaca aksara kriliknya. Oh ya, dan 4 hari lagi kita akan berangkat, bersiap-siaplah sayang".
"Jadi ini sebabnya?" Pikirku, mengingat ibuku pernah menyuruhku untuk belajar Bahasa Rusia.
Aku menghela nafasku, memandang langit-langit ruang keluarga dan berpikir akan seperti apa kehidupanku di Russia. Apakah akan menyenangkan atau malah sebaliknya? Ya, kita lihat saja nanti.
Hari H pun datang, perjalan yang cukup panjang sekitar 9-10 jam dari New York ke St. Petersburg kami lalui dengan lancar sampai tujuan.
Setelah melepas lelah dari perjalanan yang cukup panjang ini. Hari pertamaku di Russia ku awali dengan ritual menangkap butiran salju, aku ingin mencoba rasa salju yang ada di Russia.
"Ternyata lebih dingin ..." Pikirku bak penilai rasa salju yang sudah pro, aku pun mulai berlari kecil menikmati salju pertamaku disini yang tak seburuk yang kukira
"Alfred ...Alfreed ... '' Kudengar ibu memanggilku dari dalam rumah, aku harus segera kembali karena mungkin Ibu kaget tiba-tiba anaknya menghilang entah kemana di pagi hari atau malah berpikir anaknya tertinggal di bandara tanpa dia sadari atau keduanya karena terlalu lelah.
Ketika aku hendak berbalik, tanpa sengaja aku melihat sosok anak kecil di jendela rumah sebelahku, wajahnya yang sangat putih tapi tak pucat, rambutnya yang berwarna light blonde, berbaju hitam dan memakai syal berwarna cream menghentikanku sesaat. Dia melihat kearahku dan akupun juga, tapi itu tak lama sampai akhirnya teriakkan ibuku semakin keras membuatku tak fokus lagi padanya dan langsung menuju ke dalam rumah.
"Ibu ... aku di-''. Dia langsung berteriak dan langsung mendekapku, sampai membuat kacamataku hampir terjatuh.
"Oh Ya Tuhan, Alfred! Ibu kira ibu meninggalkan mu tanpa sadar di bandara''. Bingo! Benar kan apa yang aku pikir.
"Hahahaha ...hahahaha" Aku langsung tak bisa menahan tawaku yang kemudian membuat ibu malah merasa kesal karena aku membuatnya khawatir dan mulai menggelitikiku gemas.
Seketika aku mengingat menit-menit yang lalu ketika aku melihat anak itu, apa dia penghuni rumah itu? Rumah yang cukup besar tapi entah kenapa sedikit menyeramkan sampai akupun merinding dibuatnya. Tanpa pikir panjang akupun bertanya kepada ibu.
"Ibu, rumah yang disebelah itu. Ada penghuninya kah?" tanyaku penasaran
"Hmm, setau ibu dari pemilik rumah ini. Rumah itu kosong kok, bekas rumah seorang jendral pensiunan perang dunia 2 katanya, keren ya hahahaha ... sayang kata dia pemilik rumah itu sudah meninggal belum lama ini" Aku dibuat melongo oleh jawaban ibuku, yang masih bisa tertawa selagi menjawab.
Ya! Rumah itu kosong kata ibu, dan baru saja ditinggal sang pemilik, lalu siapa anak kecil itu? Atau jangan-jangan? Pikiranku mulai tak karuan mencoba untuk memecahkan pertanyaan yang ada di dalam kepalaku. Kalaupun itu hantu? Ah! Tidak mungkin. Umurku 12 tahun, hobiku memang menonton film horor, dan jangan kira aku ini anak pemberani, kalian salah besar! Hantu yang asli? Hahaha Jangan tanya, aku belum pernah sama sekali melihatnya bahkan aku tidak berharapkan untuk melihatnya. Dan sudahlah aku tak mau memikirkannya.
Waktu berlalu, jam menunjukan pukul 10.00 pm, malam pun sudah semakin dingin. Besok adalah hari pertamaku ke sekolah baruku. Akupun mulai menyiapkan barang-barang yang kuperlukan. Namun, disela-sela kegiatan inipun rasa penasaran tentang anak itu menggeliat lagi di otakku, antara ingin mencari tau kebenaran dan sebaliknya .
"Stop! Jangan membuatku tidak bisa tidur malam ini!" bentakku pada diriku sendiri sambil mendengus kesal menuju tempat tidur, seraya merebahkan diri.
"Uhh ..." Kutarik selimutku dalam-dalam dan mencoba melupakan apa yang aku pikirkan.
Burung mulai berkicau, pagi sudah datangwalau tak diiringi mentari yang masih tak ingin memancarkan sinarnya. Salju pun tak turun. Baiklah, ini hari yang cukup bagus.
"Alfred ... ayo cepat!" Seru ibuku yang sudah ada di depan rumah. Aku pun langsung menuruni tangga dan menyusul ibuku. Kami cepat-cepat menuju halte bus yang cukup jauh dari rumah. Sebelumnya aku sempat melirik rumah disebelahku itu, tak ada tanda kehidupan, benar-benar rumah yang kosong. Setelah beberapa menit sampai di halte, bus pun datang . Kebetulan sekolahku cukup berdekatan dengan kantor ibuku, jadi setelah mengantarku masuk kekelas, ibu cukup berjalan kaki saja menuju kantornya.
"Alfred ... Maaf, Ibu mungkin nanti akan sedikit sibuk dikantor dan mungkin tidak bisa menjemputmu, apa kau bisa pulang sendiri? Eh- atau kau mau mampir dulu ke kantor ibu saja, bagaimana? ". Menunggu dikantor adalah hal yang benar-benar membosankan, lebih baik pulang saja kerumah dan bermain game, pikirku cepat.
"Aku akan pulang saja bu, ibu tinggal menulis jalan mana yg harus kuambil ketika pulang". Senyumku penuh kegembiraan.
"Kau yakin?" Aku mengangguk dengan yakin, lagipula aku cepat belajar mengenai arah jalan.
"Baiklah, ibu akan tuliskan dan menitipkannya kepada gurumu oke, sekarang cepat masuk ayo. Goodluck! ". Balas ibuku sambil melambaikan tangan
Akupun mulai melangkahkan kakiku ke dalam kelas. Guru yang berada didalam kelas pun menyambutku, begitupun murid-murid dikelas. Aku mulai memperkenalkan diriku, dari mana asalku, dan kenapa aku sekolah disini. Karena suasana dikelas ini internasional, jadi aku tidak terlalu canggung karena banyak murid asing juga disini. Hari pertamaku disekolah juga lumayan lancar, dan akupun sudah bisa berbincang-bincang dengan teman sekelasku. Mungkin karena sifatku yang cukup terbuka dan periang ini yang menyebabkan mereka tak sungkan untuk menanyakan sesuatu. Karena hari ini awal musim dingin, sekolah pun pulang lebih awal. Seorang guru mendekatiku dan menyerahkan secarik kertas yang aku sudah tau apa isinya.
"Alfred ... ini dari ibumu" katanya.
"Thanks... Ms. Ludmila" balasku
"Kau yakin bisa pulang sendiri?" Tanyanya sebelum aku sampai ke luar kelas
"Tentu ... jangan khawatir hihi. Goodbye Ms. Ludmila". Salamku sambil berlalu meninggalkan kelas.
Halte bus cukup dekat dari sekolahku, aku pun menunggu bus berikutnya. Aku juga harus cermat melihat kode arah tujuan dari bus yang menuju daerah perumahanku. Tak lama, akhirnya ada bus yang tiba, setelah mencocokkan kode yang ditulis ibuku.
"Ini dia..." pikirku dan lansung masuk ke dalam bus. Aku melihat keluar jendela, menyalakan i-phone yang kubawa sambil melihat gedung-gedung bercorak klasik yang indah berbalut salju itu. Berbeda sekali dengan New York yang hampir jarang ada gedung-gedung tua klasik seperti ini, perjalananku dari rumah ke sekolah sekitar 23 menit, cukup jauh memang. Terlalu asik memandang keluar jendela, sampai-sampai aku hampir lupa kalau bus sudah berhenti di halte.
"Ehhh ... sudah sampai" Duh, lamunanku ini berbahaya. Aku harus cepat-cepat turun dari bus.
"Fuhh... hampir saja" keluhku. Aku masih harus berjalan selama 10 menit untuk sampai ke rumah, melewati taman dan pemakaman. Ya! Pemakaman, pemakaman yang ini begitu luas. Aku berhenti sejenak dan mencoba membaca tulisan yang terpahat di gerbang pemakaman
"P-i-s-k-a-r-y-o-v-s-k-o-y-e m-e-m-o-r-i-á-l'-n-o-y-e, Hmm ... Piskaryovskoye Memorial " Sambil terus memandang pahatan itu, perlahan kulihat butiran salju mulai turun, dan itu berarti aku harus cepat pulang. Namun, ketika seharusnya saat itu aku harus cepat melangkahkan kaki ku, malah keharusan itu tak kunjung kumulai. Ada sesuatu yang membuatku tertahan disini, aku melihat seseorang yang tak asing bagiku, ya! Dia, anak yang ada di rumah sebelahku itu, anak yang hampir aku lupakan seharian ini. Sedang apa dia disini? Takut jika dia akan melihatku, aku langsung bersembunyi di balik gerbang kanan pemakaman ini.
"Jadi? Dia manusia kan?" Pikirku yang masih tidak percaya. Kuintip dia, memastikan lagi bahwa dia bukanlah hantu, karena sekali lagi aku melihatnya ditempat yang membuatku bergidik. Kulihat dia berjalan menuju arah jalan yang sama denganku. Rasa penasaranku yang muncul menyuruhku untuk mengikutinya. Ya! Aku akan mengikutinya! Perlahan tapi pasti dengan hati-hati aku mengikutinya dari jarak yang lumayan jauh.
Kulihat dia juga membawa tas, tunggu? Dia juga mengenakan seragam sekolah? Dia habis sekolah ya? Dikepalaku mulai muncul pertanyaan yang tak beguna. Aku masih tetap mengikutinya, perlahan-perlahan sampai akhirnya kesabaranku habis karenanya!
"Arrrgghhh ... Jalanmu kenapa pelan sekali sih?!" Teriakku karena sudah tak tahan dengan jalannya yang terlampau santai. Oh Ya Tuhan! Alfred apa yang kau lakukan, kau menghancurkan rencanamu sendiri.
"Ehh,,, Извините? Kataku seketika, kulihat dia langsung melihatku. Aku merasa kikuk sendiri, dia masih diam berdiri menatapku.
"пр-привет?" kataku semakin asal-asalan. Duh, apa-apan ini dasar kau bodoh! Sumpah serapahku pada diriku sendiri.
Извините : Sorry
привет : Halo/Hai
