Kaga: minna, Kaga is back! Who miss me? *sokngeinggris#plak
Degel: no one! *deathglare
Kaga: nuuu… v.v kejam ayah T.T
Yaaah lupakan. ^^
The Ice Roses Prince
Akademi Sanctuary yang damai, seluruh muridnya sedang gempar dan masing-masing membicarakan rumor yang sedang populer, 'The Ice Roses Prince'. Bukan tapi membicarakan seorang siswa pindahan yang wajahnya tampan dengan rambut hijau toskanya yang lurus dan panjang, tapi sikapnya sangat dingin bahkan enggan mendekati siswa lainnya.
Menjauh dari yang lainnya dan lebih memilih membaca buku di pojokan perpustakaan, itulah yang dilakukan oleh pria berambut hijau toska itu setiap hari. Sampai seorang pemuda tampan yang hyper aktif, serba ingin tahu, juga ga pernah bisa duduk tenang dan diam.
Kardia: woi! Lu kira, lu ga kayak gitu!
Kaga: hiii! Maaf, KABUUUUURRR! *kaburbawakompi
Lelaki berambut biru bergelombang itu mendekati pemuda yang dijuluki 'Ice Prince' itu, saat ia melihatnya berada di dalam perpustakaan sendirian.
"Hei! kau anak kelas sebelah kan? Aku sering dengar tentangmu," suara ramah menghampiri pemuda yang sedang asyik membaca sebuah buku itu. Pemuda dengan rambut biru panjangnya yang bergelombang.
Pemuda berambut hijau toska itu mengalihkan pandangannya seraya ia menutup bukunya, menatap lelaki yang datang dengan senyum ramah. Diam masih melanda sekitar mereka.
Pemuda berambut biru bergelombang itu terlihat bingung, dan akhirnya, "namaku Kardia, anak kelas 3-A. Salam kenal, kau siapa?" tanya pemuda itu yang memperkenalkan dirinya sebagai Kardia.
Pemuda dengan surai hijau toska itu menatap pemuda lainnya bernama Kardia dengan herannya, "kau, kau aneh. Aku Degel dari kelas 3-B," jawabnya singkat lalu kembali membuka bukunya.
"Heee, Degel ya. Salam kenal ya," Kardia kembali tersenyum walau tak digubris oleh Degel yang asyik membaca bukunya.
…
Sejak itu, kadang Kardia mampir ke perpustakaan membawa makan siang atau sekedar mengganggu acara membaca buku Degel yang tenang.
"Eh, Degel. Kau ini serius sekali. Ini jam makan siang kau tahu! Harusnya kita makan, bukannya membaca ditempat seperti ini!" keluh Kardia duduk bersimpuh dilantai disebelah Degel yang masih asyik dengan bukunya.
"Kalau kau mau makan ya makan saja, aku kan tidak meyuruhmu untuk datang kesini. Kau yang inisiatif datang sendiri," jawab Degel dengan santai, masih dengan buku yang tergeletak manis dipangkuannya.
Kardia memanyunkan bibirnya, "kau ini! Aku kesini untuk menemanimu kau tahu! Berterima kasihlah sedikit," ia lalu membuang muka tanda ia sedikit merajuk.
"Terserah, aku kan tidak pernah memintamu menemaniku," ujar Degel dengan singkat, padat dan jelas. Tak lama ia pun bangkit, "ayo, kau lapar kan?" tak disangka Degellah yang mengajak Kardia untuk pergi ke kantin sekedar membeli roti dan minuman dingin.
"Tak kusangka, ternyata kau bisa lapar juga ya," sedikit meledek Degel yang selama ini tak pernah terlihat pergi ke kantin sekolah atau makan bersama yang lainnya.
"Diamlah," jawabnya singkat, ia merasa sedikit tidak nyaman dengan perlakuan sekitar, apalagi julukan yang mereka berikan padanya, pandangan yang mereka lontarkan pada pemuda kelahiran Rusia. Ia lebih memilih untuk diam dan menundukkan kepalanya, menghindari tatapan mata tak bersahabat bahkan takut, dari teman-temannya yang lain.
Kaga: perasaan ayah kasihan amat jadinya ya?
Degel: kau yang buat itu kan?! *deathglare
Kaga: etto, lanjutkan!
"Degel, kau mau makan apa? Aku yang traktir deh," pemuda yang secara sepihak menganggap Degel adalah temannya ini akhirnya sadar atas perlakuan dan alasan mengapa Degel jarang sekali berbaur.
Dengusan pelan terdengar dari pemuda bersurai biru bergelombang panjang, "hei! aku bicara denganmu, kau mau makan apa?" ia menarik tangan Degel, membuat pemuda dengan surai hijau toska itu menatapnya, "biarkan mereka, jangan didengar," bisiknya pelan.
Mata Degel sedikit terbelalak, lalu sebuah senyum kecil terpancar dari bibir kecilnya, "aku roti gandum saja, dan teh hangat," jawabnya pelan.
"Dua teh hangat, satu roti gandum dan sebuah pie apel ya," ia memesankan makanan, yang segera disiapkan oleh sang waiters.
"Silahkan," waiters dengan surai lavender lurus dan panjang ini menyerahkan pesanan Kardia.
"Terima kasih," Kardia tersenyum dan membayar barang belanjaannya bergegas menuju Degel dan kembali ke perpustakaan.
Sepanjang perjalanan mereka dibuat risih oleh tatapan-tatapan dari teman-teman yang lain yang takut dan tak tahu Degel.
…
Sepanjang istirahat siang akhirnya Kardia mengerti, kenapa Degel jarang berbaur, kenapa pemuda kelahiran Rusia itu. Kardia hanya bisa melamun, tak mendengar guru Hasgard sedang menerangkan pelajaran.
'Kenapa? Kenapa dizaman seperti ini masih seperti itu? Dia kan bukan penyihir? Dia juga tidak mungkin bisa mengubah manusia menjadi balok es sekalipun ia dijuluki Ice Prince,' batin Kardia mendumal, menggumam tak tentu arah.
Selama pelajaran Kardia sama sekali tak mendengar penjelasan guru, bahkan ia tak tahu bahwa guru Hasgard yang berbadan besar namun baik hati itu telah memberikan oleh-oleh sebuah tugas yang amit-amit banyak.
"Kardia! Kau terlihat akrab dengan si pangeran es itu," seorang pemuda dengan surai hijau sebahu mendekati Kardia, diikuti pemuda berambut coklat pendek yang gayanya mirip berandalan sekolah.
Yato: ape Thor! Berandalan? Seenaknya aja bilang gue berandalan!
Tenma: ah author payah nih, kita bukan berandalan tahu! Tapi mafia! Hahahaha xD
Author & Yato: *sweatdrop*
"Yato, Tenma… memang kenapa kalau aku dekat dengan dia. Dan harus kalian ingat namanya itu Degel, bukanlah pangeran es," Kardia sedikit menyipitkan matanya, menatap tajam teman sekelasnya itu.
"Kami tak tahu namanya, asal kau tahu saja ya. Banyak rumor tak sedap semenjak orang itu pindah ke sekolah ini, para guru saja jadi enggan masuk kedalam perpustakaan pojok," pemuda dengan rambut hijau bernama Yato itu terlihat sedang memperingatkan Kardia.
"Kalian ini apa-apaan?! Kau tak tahu Degel kan? Apa salahnya berteman dengan orang lain?" tanya Kardia sedikit marah.
Yato dan Tenma saling berpandangan, "kami bukannya melarang, tapi… kau tidak dengar rumornya ya? Perpustakaan pojok sebagian telah membeku, bukan hal yang lazim dimusim panas seperti ini," Tenma membantu Yato menjelaskan.
Kardia mengernyit sebentar, "apa? Membeku?" terlihat sedang menahan tawa tanpa sadar ternyata tawanya sudah tak bisa dibendung lagi dan akhirnya pecah, "kalian ini kebanyakan nonton film fiksi. Dibagian mana yang membeku bodoh, hahaha," sambil melenggang pergi Kardia masih mentertawakan kedua temannya yang heran dan saling melempar pandangan.
…
'Ice Prince lah, sebagian telah membeku lah, apa-apaan itu? Memang karena ia suka menyendiri boleh diperlakukan seperti itu? Si Demon Rose Albafica itu saja wajar, karena ia memang pendiam. Jadi bukankah itu hal wajar untuk Degel yang pendiam dan suka baca buku itu menyendiri?' gumam Kardia sambil menyusuri lorong sekolah.
"Kardia…" seorang pria dengan surai merah bata panjang menghampiri Kardia.
"Pak Lugonis? Ada apa?" tanya Kardia menatap seorang guru bersurai merah bata yang berdiri dihadapannya.
"Begini, saya dengar, kamu dekat dengan murid baru itu ya. Anak itu kalau diajak bicara jarang menjawab, dan susah sekali membuatnya bicara. Guru-guru yang lain jadi ikut kasihan meihatnya susah beradaptasi seperti itu, bisa kau bantu dia sampai dia bisa beradaptasi dengan sekitarnya?" Lugonis menatap Kardia dengan tatapan penuh harap.
Kardia sedikit membelalakan mata, lalu tersenyum lebar, "tentu saja pak. Aku pasti akan membantunya," jawab Kardia mantap.
"Bagus, terima kasih. Tolong ya," Lugonis memberikan senyum lembut seraya ia bergegas pergi.
'Tuh kan, apa yang salah dengan Degel. Dia Cuma belum bisa beradaptasi dengan lingkungan saja kok, sudah dibilang 'Ice Prince' seperti itu. Itu kan jahat,' ia kembali mendumal, tapi kakinya melangkah lebih cepat menuju ruang perpustakaan tempat favoritnya dengan si 'Ice Prince'.
Tapi apa yang ditemukannya di perpustakaan? Dan betapa terkejutnya ia melihat apa yang sudah terjadi di dalam perpustakaan pojok.
T.B.C
Kaga: fuahh! Oke oke, so chapter pertama selesai, haaah Kaga capek.
Degel: kau membuat ayahmu sendiri terlihat seperti setan kau tahu! Dasar!
Kaga: hehehe, abis ayah terlalu pendiam, lama-lama diperpustakaan, begitu keluar bisa jamuran lho ayah. ;P
Kardia: benar juga katamu, author kecil! *gigitapel
Kaga: kecil! Haaah, okelah, minta repiuwnya ya minna
Arigatou gozaimasu ^^
