Disclaimer: Don't own it, for sure. All Kishimoto's!
Author's Note: Oke, gue udah selesai ujian kali ini. Tinggal nunggu pengumuman aja nih, terutama UN sama SIMAK. Jadi bisa bikin cerita lebih update lagi. Doain ya semoga gue lulus dan dapet jaket kuning. Ehe. Dan ini fanfic yang ber-chapter, jadi maaf kalo ada yang gak suka ber-chapter yaa. Oh iya, gue juga minta maaf. Gue gak tau istilah-istilah di ini, jad maap yak gue gak pernah nyantumin apapun istilahnya.
Anywaaaay, just enjoy this one.
"Ino, mau jadi pacar gue?"
Cewek itu kaget, terlalu kaget. Matanya melotot. Dia hanya bisa melihat sosok yang ada di depannya tanpa berkedip dan berbicara. Beberapa menit kemudian, dia mengangguk. Artinya? Yak, mereka jadian.
"Shika, aku suka kamu."
Di bawah pohon sakura yang sedang mekar, cewek itu mengatakan perasaannya pada seorang cowok yang memakai hoodie hijau. Dia menundukkan kepalanya, rambutnya yang pirang terlihat sangat menyilaukan sore itu. Sepertinya dia malu. Terlihat dari gerak-geriknya.
Cowok itu tiba-tiba menghembuskan nafasnya, panjang.
"Hm. Makasih."
Rasanya jantung cewek itu mau copot atau apapun itu. Apa sih yang bakal dirasain seorang cewek kalo dia mendapat reaksi dari si cowok kayak gini? Stres. Tapi dia tetap optimis, dia mencoba mengeluarkan satu kalimat tanya dari mulutnya. Dan dia melakukannya, demi apapun.
"Jadi pacar aku, ya?"
Dengan senyuman kecil, cowok itu mengangguk pelan.
Wait, I Do Love You
Setahun berlalu setelah kejadian itu. Sekarang mereka berdua menginjak bangku SMA kelas dua belas. Semuanya berjalan dengan baik, tidak terkecuali hubungan Ino dengan Sai maupun Shikamaru dengan Temari. Banyak kejadian yang gak terlupakan bagi mereka.
Tapi baru-baru ini, ada rumor kalo Ino dan Sai sering bertengkar. Kayak-kayaknya tinggal menghitung waktu untuk putus. Faktanya memang benar, berapa kali Hinata liat mereka berdua adu mulut atau apalah. Bosan sih, tapi mau komentar apalagi?
Seantero sekolah terus bicara tentang hal ini. Ino tahu banget, dia diomongin sama banyak orang. Sebenarnya juga dia gak mau ngelakuin hal yang gak mau dia lakuin. Sai yang selalu memulai semuanya. Dia yang membuat Ino selalu naik darah. Beberapa bulan terakhir, Sai berubah jadi lebih egois. Itu yang Ino benci dari diri Sai. Terlalu egois.
Dan, hari itu pun datang. Ino putus dengan Sai bertepatan dengan bergantinya Semester V ke Semester VI. Betapa bahagianya Ino putus dengan Sai. Orang sekolah semuanya lagi-lagi punya topik untuk bergosip. Apalagi kalo bukan berita itu. Tapi Ino kayaknya gak merasa terganggu dengan berita yang ini. Sai pun begitu, sama sekali gak merasa dirinya jadi topik pembicaraan beratus-ratus umat di sekolah. Yah, mungkin karena tampangnya yang emang begitu dari awal.
Semester baru dimulai. Kelas baru Ino sudah menanti. Dia melihat jadwal di selembar kertas yang suda berada di genggamannya. Dibacanya perlahan.
Ino Yamanaka
A1/22
Monday
I : English (R. 202)
II : Math (R. 304)
III : Biology (R. 211)
IV : Art and Design (R. 308)
Dan saat itu pula dia segera bergegas ke ruang 202. Kelas Bahasa Inggris akan segera dimulai karena waktu telah menunjukkan pukul 07.30 AM. Dia terlalu buru-buru, poninya juga menyebabkan dia susah melihat jalan di depan. Mungkin sudah saatnya dia memotong poni.
Bruk.
Ah! Shit, saat-saat mepet kayak gini kenapa gue harus nubruk orang sih? Huuh.
"Maaf, maaf," Ino meminta maaf duluan, dia langsung membereskan buku paketnya yang jatuh—tanpa melihat orang yang ditubruknya. Hah, padahal bukunya masih baru. Masih fresh dari koperasi. Kesel juga dia.
"Gak apa-apa. Sini gue bantu."
Ha, kayaknya gue kenal nih suara yang ini. Siapa ya?
Ino menolehkan pandangannya ke orang itu. Aha! Ternyata benar dugaannya. Dia langsung tertawa malu.
"Ooh, elo! Hahaha, maaf gue buru-buru banget tadi." kata Ino sambil menata buku-bukunya. Dia masih tersenyum malu. Orang itu ternyata juga ikut tersenyum, haha aneh.
"Iya, gak apa-apa. Wajar, udah jam segini."
Dia mengambil dua buku yang terlempar jauh dari jangkauan Ino, lalu melirik jam tangannya. Ino masih sibuk dengan buku-buku yang jatuh, ada banyak soalnya. Mereka lalu berdiri.
"Jam pertama dimana?" tanyanya, tangan kanannya masih memegang dua buku besar.
"Gue? English di 202. Lo?"
"Oh, sama. Bareng deh, biar buku lo gue bawa." dia melihat Ino sambil membetulkan tas punggungnya.
"Serius sama? Wah, makasih deh kalo gitu. Yuk, Shikamaru."
Mereka berdua datang ke ruang 202 sekitar lima menit sebelum Ms. Aubry datang. Segera mereka mencari kursi kosong. Karena yang tersisa hanya dua kursi di pojok kiri, terpaksa mereka menempatinya.
Awalnya Ino agak kaget, dia bisa satu kelas di pelajaran English ini dengan Shikamaru. Dulu, pas kelas sepuluh juga dia pernah sekelas di kelas English, Economy dan Biology. Kelas sebelas gak pernah. Kali ini gak tahu deh, apa aja yang sekelas.
Selama pelajaran berlangsung, Shikamaru terkesan diam. Dia lebih konsentrasi dengan apa yang dijelaskan Ms. Aubry. Mau gak mau, Ino juga harus perhatiin Ms. Aubry juga karena gak ada yang bisa diajak ngobrol. Di kelas ini cuma ada belasan orang yang dia kenal. Sisanya dia hanya kenal muka.
Pelajaran berakhir. Jeda 10 menit rencananya akan Ino gunakan untuk merapikan buku-buku di loker miliknya. Karena gak banyak waktu, dia langsung bergegas ke lorong loker kelas A1 di lantai 1.
"Ino."
Baruu aja dia memakai tas punggungnya, Shikamaru berbicara. Terpaksa Ino menengok, walaupun disatu sisi dia mau banget ngobrol.
"Ya? Kenapa?"
"Jam kedua dimana?"
"Di 304, matematika. Lo?"
Shikamaru yang sudah memakai tas punggungnya, berdiri menyusul Ino yang posisinya berada di depan meja guru.
"Gue biologi, 111."
"Ooooh. Yah, gak sekelas lagi ya, hehe." Ino keluar kelas, bersama dengan Shikamaru yang sekarang sedang mendengar lagu dari iPod-nya. "Emang lo hari ini apa aja, Shika?"
Shikamaru yang masih bisa mendengar suara Ino, menjawab pelan.
"English, Biology, Japanese sama Art and Design."
Ino agak kaget, kayaknya jam terakhir sama dengannya deh. Art and Design. Dulu, pelajaran itu yang paling Shikamaru sukai. Entah kalo tahun ini, Ino gak bisa mastiin dia masih suka sama pelajaran ini atau enggak.
"Jam terakhir kayaknya sama deh kita. Asyik, ada temen lagi, hehe." Ino tersenyum. Dia melirik Shikamaru. Hm, tampangnya biasa aja sih. Tapi kok, kalo dilihat-lihat beda gitu ya dibanding 2 tahun lalu. Yah, walaupun Ino cuma sekelas sama Shikamaru pas Semester II doang.
Shikamaru kayaknya lagi sibuk sama iPod-nya deh. Karena Ino mau buru-buru, takut bel langsung bunyi, akhirnya dia pamit ke Shikamaru.
"Shika, maaf ya gue pengen cepet-cepet nih. Mau taroh buku ke loker. Oh iya, makasih ya udah bawain buku gue tadi. See you soon, ya! Daaa!" Ino langsung berlari ke lantai 1. Shikamaru mau membalas lambaian tangannya, tapi keburu Ino hilang di balik tembok. Dia cuma tersenyum.
"Sakuraa!" seru Ino. Dia sedang berada di kantin sekolah. Penuuuh banget, kayak pasar malam. Bingung ngeliat sana-sini, orang semua.
"Ino! Hey!"
"Udah lama gak ketemu, kangeeeen. Huhu." kata Ino sambil memeluk Sakura. Sakura pun juga membalas pelukan Ini sambil tertawa pelan.
"Hahaha, Pig. Baru dua minggu, lo udah kangen sama gue? Gimana nanti kalo kita beda universitas? Bisa mati lo gara-gara kangen sama gue, haha."
Ino cemberut. Dia melangkahkan kaki keluar kantin diikuti oleh Sakura.
"Sialan lo, huh. Eh, ngomong-ngomong kira-kira kita ada yang samaan lagi gak ya, kelasnya? Awas aja nih, kalo sampe enggak ada."
Sakura menyamakan langkah kakinya dengan Ino. Dia menoleh.
"Gue hari ini Biology, Physics, English, Japanese. Lo?"
"Yah, enggak ada yang sama kita hari ini. Gue English, Math, Biology sama Art and Design. Eh, lo harus tau!"
Sakura hampir terhuyung ke belakang gara-gara Ino bicara terlalu ngagetin. Ino menepi, dia duduk di bangku panjang depan taman kantin. Sakura akhirnya juga ikut duduk di sebelah Ino. Sambil ngeliat Ino yang kayaknya antusias banget sama sesuatu, Sakura masukin dua buku ke tas jinjingnya.
"Apaan sih, emaaaang?"
Ino melihat Sakura sambil nyengir-nyengir. Dia menepuk pundak Sakura.
"Shikamaru tadi sekelas sama gueee! Asik kan, kan, kan, kaaan?"
Hmm.
Sakura dengan tampang paling datar sedunia-nya berhasil ngebuat Ino gak cengar-cengir lagi. Dia cemberut.
"Iiih, kok lo malah gitu sih?"
"Gitu gimana? Biasa aja. Lo yang gimana-gimanaaa." Sakura nunjuk Ino dengan telunjuk kanannya.
"Gue? Kenapa gue?" Ino nunjuk dirinya sekarang. Ini sebenarnya ada masalah sama omongan dia yang tadi atau?
Sakura melihatnya penuh dengan tatapan lo-sungguh-telmi-atau-gimana-deh. Mulutnya melongo. "Adooooh. Nih ya, biasa aja kali lo ngomongin Shikamaru. Kayak dia dewa aja, lo ngomong sambil cengar-cengir gitu."
"Ha? Apaan, emang gue cengar-cengir apa? Enggak ah."
"Dih, andai kejadian tadi bisa gue replay." kata Sakura sambil lirik-lirik Ino.
"Haha, yaudah ah bodo amat deh gue mau cengar-cengir atau enggak. Yang penting gue bisa deket lagi nanti sama Shikaaaaa, asik kan?"
Sakura mengernyit. "Hm, kenape emang? Pig, Shikamaru itu udah punya cewek. Namanya Temari. Lo tau kan, Temari itu orangnya kayak gimana? Ha? Mampus aja lo kalo sampe di apa-apain sama kuncir empat."
Ino menjadi diam seketika. Dia tahu Temari itu sifatnya gimana. Temari cewek yang egois, ngeliat Shikamaru jalan sama cewek aja tampangnya langsung sinis banget gitu. Ino juga pas awal-awal tahu Shikamaru jadian sama Temari, agak kaget. Gimana enggak, Shikamaru kalem-kalem gitu sama Temari, yang nyablaknya yaa gak jauh bedalah sama Ino.
Iya juga ya. Ah peduli banget gue sama kuncir empat.
"Ya ampun, Sakuraaa. Gue kan cuma temenan doang, sampe dia mojokin gue nih ya tau sendiri deh nanti dia. Emangnya salah ya, kalo gue temenan sama Shikamaru? Hm."
"Haduh, kaga lah Ino. Gue takutnya elo kenapa-kenapa kalo lo deket sama Shikamaru lagi."
Ino diam berpikir. Dulu sih dia masih aman-aman aja, deket sama Shikamaru. Udah kayak Sakura gitu kalo diibaratkan. Sayang banget, Shikamaru gak pernah satu kelas lagi semenjak kelas sebelas. Tunggu, semenjak dia jadian sama Temari juga.
Tapi overall, gak ada yang salah kan berteman sama siapa aja? Contoh, berteman sama Shikamaru?
Ino sudah sampai di kelas Art and Design sebelum bel bunyi. Dan ternyata di kelas cuma ada beberapa orang. Ada Tenten yang lagi sibuk sama kerjaannya, entah apa. Ada si Karin juga, lagi ngobrol sama Kiba. Ino mencari tempat duduk yang paling nyaman. Pilihannya jatuh di dua kursi dari pojok belakang kanan, dekat jendela.
Beberapa menit sebelum bel, dia melihat Shikamaru datang ke kelas sama si kuncir empat. Temari jalan di belakang Shikamaru sambil ngobrol gak tau apaan. Ino gak nanggepin yang aneh-aneh sih. Mereka berdua berhenti tiba-tiba, gak begitu jauh dari Ino. Sebenarnya Ino gak mau denger-denger pembicaraan mereka sih, tapi ya gimana lagi. Karena jarak gak bisa diganggu gugat ya, suara mereka kedengeran deh.
Shikamaru membalikkan badannya, sekarang dia beradap-hadapan dengan Temari.
"Fine, what d'you want?" Ino mendengar Shikamaru bicara. Telinganya masih terpasang earphone iPod.
Ino melirik Temari sekarang, lalu dia melirik anak sekelasnya. Oke, setelah dihitung-hitung cuma ada enam orang termasuk Ino. Mereka juga sesekali ngelirik-lirik ke Shikamaru dan Temari.
"Ck, aku udah bilang kan sama kamu. Pulang sekolah, anterin aku ke toko buku dulu. Please, Shikaaaa."
Shikamaru menarik nafas pelan, kemudian menghembuskannya. "Temari, aku gak bisa. Aku pusing banget, maaf." Shikamaru berbalik, dia berjalan ke arah Ino. Sampai di sebelah Ino, dia melempar tas punggungnya ke atas meja kosong di samping Ino. Dengan langkah kaki yang super cepat, Temari udah ada di samping Shikamaru, yang juga di samping Ino. Ino ngeliat tampang-tampangnya Temari agak panik.
"Shika, kamu sakit? Aku anterin pulang deh, gimana? Kamu—"
"Shut up! Leave me alone, please."
Dengan kata terakhirnya itu, Temari terpaku diam. Dia melihat Shikamaru sesaat. Karena takut Shikamaru teriak-teriak, akhirnya Temari pergi meninggalkan Shikamaru yang posisinya sekarang merebahkan kepalanya ke atas meja.
Shikamaru memutar kepalanya ke arah Ino. Dia melihat Ino datar, beberapa saat kemudian matanya tertutup.
Bel pulang sekolah berbunyi beberapa menit yang lalu. Shikamaru masih berada di kursinya. Ino yang baru selesai memasukkan buku ke tasnya melirik Shikamaru. Dia memberanikan diri bicara.
"Shikamaru, lo gak apa-apa?"
Shikamaru diam. Dia menengok.
"Kenapa?"
"Hm, enggak apa-apa. Lo—gak sakit, kan?"
"Enggak."
Ino mengangguk.
Shikamaru bohong apa enggak ya? Katanya tadi dia pusing. Perlu dicurigai nih, hm.
"Mau… gue bantuin?" Ino menawarkan diri. Sebenernya takut sih, kayaknya Shikamaru juga keliatan lagi bad mood. Haduh.
"Gak usah, gue bisa sendiri."
"Ooh. Oke, maaf deh."
Ha, kayaknya dia emang lagi sakit deh. Gue jadi takut. Kabur ah.
"Hm, Shika, gue duluan yaa," Ino sengaja menunjukkan senyum buatannya ke Shikamaru. Shikamaru gak merespon apapun. Pada akhirnya, karena tau Shikamaru gak bakalan jawab apapun, Ino melangkahkan kakiknya.
Dan disanalah, Shikamaru cuma bisa ngeliat Ino pergi. Setelah Ino hilang dari penglihatannya, dia buru-buru ngeberesin buku dan pergi dari kelas itu.
Pip pip.
1 message received.
From : Shikamaru
Sorry, I was kinda tired that time.
Shikamaru? Of all people but Shikamaru? Wah, gue gak nyangka! Hampir aja gue sms dia duluan.
Ino lagi baca buku Biology Part I yang baru dia beli dari koperasi itu pas sms dari Shikamaru nyampe ke ponselnya dia. Tadinya emang dia mau sms Shikamaru, cuma gara-gara tadi dia harus ngeberesin buku-buku, akhirnya dia jadi lupa sendiri deh mau sms Shikamaru. Hm, nomornya masih sama.
Ino memilih opsi reply, pelan-pelan dia mengetik balasannya.
To : Shikamaru
Not a big deal. Maaf jg ya, gue lgsg balik tadi. Istirahat aja dl.
Dan pesan pun terkirim.
Ino gak pernah mikir juga sih, Shikamaru bakalan jadi orang pertama yang mulai obrolan. Kalo pas kelas sepuluh, mungkin Ino masih percaya. Dulu Shikamaru masih agak terbuka dibanding sekarang. Dulu masih suka tertawa bebas bareng yang lain. Tapi kok, sekarang beda ya? Apa karena masalah dewasa? Apa Shikamaru segitu beranjak dewasa dari yang terakhir Ino kenal?
Baru mikirin itu, ternyata ada balesan dari Shikamaru.
From : Shikamaru
Udah mndgn. Bsk apa aja pelajaran?
To : Shikamaru
Hm bio, jpnese, physics, math. Lo?
Pesan terkirim lagi. Tadinya Ino mau tanya hubungan Shikamaru sama Temari, tapi takut deh dia.
Sai.
Tunggu, kenapa tiba-tiba gue mikir Sai? Ah, cowok kayak dia gak mau gue pikirin lagi. Cukup, Ino. Ayo, move ooooon. Lo gak akan pernah mikir apapun tentang dia lagi. Titik. Titik. Titiiiiik.
Kayaknya habis Sai putus sama Ino, tampangnya biasa banget. Tadi di sekolah, Ino ngeliat Sai dari jauh kayaknya bebas banget. Kayak gak ada apa-apa gitu, tampangnya datar—as usual.
Hiih, bikin kesel aja sih. Aduuh.
Pip pip.
"Hah, akhirnya ada yang nyelametin gue dari pikiran-pikiran aneh itu. Makasiiiiih."
Ino membuka sms. Balasan lagi, dari Shikamaru tentunya.
From : Shikamaru
Math, history of science, phisycs, chemistry. We're in the same class again, physics.
"Hah, seriusaaaan? Iiih, asiiik!" Ino teriak sendirian di kamarnya. Dia senyum, sesenyum-senyumnya Ino deh keliatannya. Buru-buru dia memilih reply.
To : Shikamaru
Ih iyaaa. Asik deh, sekelas lagi hehe. Hm lo lg ngapain?
Aduh, udah kekirim. Err, gue salah tanya gak ya?
From : Shikamaru
Tryin to get off of a bitch. Troublesome, she really is.
To : Shikamaru
Siapa? Gue?
From : Shikamaru
No, Temari is. Capek dgr ocehannya, gak guna.
To : Shikamaru
Lo lg berantem atau? Sabar ya. Tp kyknya dia perhatian sm lo
From : Shikamaru
Wtf, perhatian? Kl bullshit aja yg ditawarin, namanya ttp perhatian iya?
To : Shikamaru
Yah, maaf deh. Gue gk mau ikt campur mslh lo. Tp mgkn gue bisa kasih saran ke lo?
From : Shikamaru
Huh? Like wht?
To : Shikamaru
Lah lo cm blg lo capek dgr ocehannya doang, gue cm bs ksh saran lo kabur aja dr dia. Try to do some stuffs?
From : Shikamaru
Been thinking it too much, I think it doesnt work. Bnt gue buat putus sm dia bs gak?
WHAT? Gue? Gue bantuin Shikamaru buat putus sama Temari? Like hell I can do that! Gila, baru ketemu sehari, gue langsung dimintain tolong yang kayak gini. Sampe ketauan Temari, bisa dibunuh gue ini. Aduh!
"Mampus nih, gue bales apa enggak ya? Dia sih enak, tinggal minta tolong. Shikaaaa, andai lo tau Temari bakal bunuh gue kalo gue nolongin elo. Gimana niiih?"
Author's note: Maaf seribu maaf ya, yang kecewa sama ff chapter pertama ini. Tunggu kedepannya aja, semoga cepet update biar enggak bosen hehe. Oh iya, maaf ya gue baru upload ceritanya ShikaIno doang, yang gue suka cuma itu soalnya. Ehe. Nanti kayaknya upcoming bakalan Toradora! deh. Gue lagi suka itu sih hihi.
Silahkan yang mau review boleeeeh. Btw, gue pernah liat ada yang nulis berapa hurup doang review-nya seabrek. Haduh, gimana toh gue jadi mikir dia freak banget. Maaf yah.
Telimakaciiiiiih ya!
