RAHASIA HATI
by: ambudaff
"Severus ..?" suara bening itu memecah keheningan.
Pemuda dengan rambut hitam sebahu di hadapannya tak merespon. Ada rasa khawatir pada diri gadis berambut agak kemerahan itu. Dengan mata hijaunya yang jernih dipandangnya lekat pemuda di hadapannya.
"Kau tidak apa-apa ?"
Pemuda itu menggeleng. Nampak ia berusaha keras untuk menutupi perasaan hati yang sebenarnya. Gadis di hadapannya baru saja menyampaikan berita. Berita yang sudah ia duga, namun ia sebenarnya tak ingin mendengarnya, kalau saja ia boleh memilih.
"Kau akan bahagia dengannya ?" akhirnya keluar juga suaranya dengan susah payah.
"Tentu saja," gadis itu tampak sumringah, "sudah kubilang, aku sangat mencintainya, dan ia mencintaiku," ia berhenti sejenak menyidik wajah di hadapannya, "tentu saja kau tetap sahabatku. Kita tetap bersahabat, bukankah begitu ?"
Ia tidak menunggu jawaban darinya, sebab segerombolan pemuda meneriakkan namanya dari kejauhan, "Lillyyyy, Lillllyyyy, ayolah, .. kita bisa terlambat nanti," salah satu dari mereka berambut hitam berantakan dan berkacamata nampak paling semangat memanggilnya.
"Itu dia. Aku harus pergi. Dah .. Severus ..," dengan senyum ia berlalu meninggalkan pemuda itu, menuju gerombolan yang tengah menantinya sambil tertawa-tawa.
Pemuda itu mengikuti dengan pandangan terluka. Matanya yang hitam berkilat, dengan kilau yang sulit diartikan.
Pemuda itu menghela napas panjang dan berbalik. Tak ingin ia lebih lama lagi menyaksikan pemandangan yang menyakitkan itu.
Lagi-lagi Potter. Kenapa harus dia ? Sejak semula ia telah menduga bahwa Lily hanya menganggapnya sebagai teman. Tidak lebih. Tetapi mengapa harus dengan Potter itu ?
Ia melangkah pergi dalam muram. Ia tahu kini dengan siapa ia akan menghabiskan hidupnya.
Tak seorangpun.
Waktu terus berlalu tanpa kusadari
Yang ada hanya aku dan kenangan
Masih teringat jelas
Senyum terakhir yang kau beri untukku
Tak pernah ku mencoba
Dan tak inginku mengisi hatiku
Dengan cinta yang lain
Kan kubiarkan ruang hampa di dalam hatiku
Bila aku harus mencintai dan berbagi hati
Itu hanya denganmu
Namun bila kuharus tanpamu
Akan tetap kuarungi hidup tanpa bercinta
Hanya dirimu yang pernah
Tenangkanku dalam pelukmu
Saatku menangis
(Rahasia Hati - Paradoks - Element)
