"Terjerat waktu, terkekang sifat logis, terkurung batasan."
|Warning! Tbh, i dunno what should i write here. Everything here just have to put 'warn' on it. Thx, and still, say hello to typo(s)
.
.
.
[Enigma]
By Alea
Non-profitable fanwork.
Chan-Baek areas.
Hanya bisa mengklaim plot cerita sebagai milik saya.
.
.
.
Kalau mereka bisa melawan, pasti akan terbebas dengan leher terjerat rantai besi timah panas. Menahan eksplosif kecil dikepala yang mendentum terbinasa bagai bom Hiroshima tahun '45. Mereka terkukung.
Oleh batas dan waktu.
seperti permainan mencari "who's the lucky one."
Tuan dan budak, menguraslah setiap keringat ditiap detiknya. Memecut 'tik-tok'. Satu, dua, tiga, empat...
Diluar hitungan kalkulasi aritmatika persetan itu geometri, Park Chanyeol melirik sang pujaan hati tujuhpuluhlima jengkal darinya. Bermuka kecut dan peluh menyusuri pelipis hingga melembabkan helai mahkotanya. Keindahan surga Tuhan di dalam neraka artifisal.
Oh, ya!
Orang-orang diluar sana tak akan pernah mahfum. Bagaimana rasa kedua tangannya terikat pasung kasat mata, namun menyiksa seujung asa. Memompa jantung serta emosi tertahan.
Park Chanyeol nyaris sekarat dengan liur berbusa dan tengkorak retak menghantam pijakan kakinya, bila tanpa Julietnya yang bernama Baekhyun itu berada di lingkup ruang napasnya berhembus dan menghirup. Buta oleh penyiksaan paling menyakitkan di depan matanya yang harus disaksikannya hampir setiap hari. Jika tanpa penangkal terindah milik Byun Baekhyun seorang.
Lima, enam, tujuh, delapan...
Tanda-tanda bahaya tercium dari arah jam sepuluh, menjamur keseluruhan dan berkembangbiak menjadi virus mematikan. Kepala-kepala mulai berjatuhan kebawah. Andrenalin semakin berpacu. Kardio mendesak dada.
Setelah menyebut nama Tuhan, Chanyeol bersiap akan menyerah dengan segalanya. Malaikatnya menoleh dan tersenyum padanya—ia berada di awang-awang—disimpan di tempat terbaik dalam laci memorinya yang minim kapasitas. Tapi cukup untuk kebutuhan pribadi lelaki dan tentu saja, separuh jiwanya.
Virus itu merambati dirinya dalam hitungan detik. Melunglaikan persendiannya, mempengaruhi otaknya.
Teman seperjuangannya, Oh Sehun, telah masuk fase error sejak semenit lalu.
Sebelas, dua belas, tiga—
.
.
Ia tak bisa menahannya lagi!
.
Sudah cukup!
.
.
Kepalanya akan rubuh. Tubuhnya bergetar sangat kuat, bibirnya dicoba tetap terkatup serapat yang ia bisa. Selama mungkin. sebentar lagi. Kumohon!
Pikirannya terus merapalkan nama Baekhyun beserta senyum manisnya dan wajah imutnya. Men set tanda repeat yang tak bisa dibuka dalm jangka pendek ini. Jangan sekarang, jangan sekarang!
Dua puluh tiga, dua puluh empat, dua puluh lima...
.
.
Dan saat 'dia' berteriak, maka lepaslah semua jeratan itu.
Tersenyum bahagia saat batasan itu runtuh meluruh ke bawah kaki membawa penyiksaan 45x2 bersamanya.
'Dia' datang!
Park Chanyeol terselamatkan lagi. Entah keberuntungan atau, entah lah.
Kekuatan ototnya kembali seperti sedia kala. Kakinya dibawa mendekat ke sang malaikat miliknya seorang. Duduk termangu dengan wajah masih tetap cute bagaimanapun cara melihatnya. Pipinya merona segar dan matanya berkilat-kilat menyambut dari kejauhan.
Sudut bibirnya tak bisa membantu untuk menahan senyuman. Meraba setiap inci harga diri di sebelah kirinya. Bagian bawah, agak lembab, tapi menjanjikan.
Menghambur bersama teriakan membahana, pernyataan Park Chanyeol terdengar oleh dunia,
"Ngantin yuk!"
.
.
.
.
.
Jam istirahat, come faster please!
.
.
"Traktir tapi, ya."
.
Please!
...
Finished:11.00
Note: refreshed dari mengetik "Contrast" chap 2. OTW!
.
Vielen dank,
C. Azalea
