kuroko no basuke (c) fujimaki tadatoshi. tidak mengambil profit dari fanfiksi ini.
untuk flash fic fest.
Di tahun ketiganya ini, Kasamatsu merasa Kise semakin menyilaukan, semakin berbakat, semakin cantik.
Bukannya Kasamatsu tidak menyadari sejak awal. Bagaimana Kise tersenyum dan matanya dipenuhi gemerlap. Bagaimana Kise mengikat rambut tinggi-tinggi dan tenggelam dalam ritme decitan sepatu dan ring dan lapangan dan papan skor. Bagaimana Kise mengeklaim ruang ganti untuk dirinya sendiri dan tidak ada yang sampai hati mendebat balik.
Bukannya Kasamatsu mengabaikan semua itu. Ide—atau lebih tepatnya kompromi—tentang Kise dan ruang ganti justru datang dari dia sendiri, karena Kise seorang perempuan, demi Tuhan dia seorang perempuan dan Kasamatsu paling tidak bisa berhadapan dengan perempuan. Apalagi yang seperti Kise, yang memakai make up dan berpose di depan kamera, yang memiliki banyak penggemar dan tidak repot-repot menyembunyikan bahwa dia memang populer, populer, sangat populer.
Kasamatsu naik ke kelas tiga dan Kise kelas dua. Kasamatsu melepaskan jabatan sebagai kapten tim. Kise tetap menjadi ace. Latihan sampai malam Kasamatsu digantikan oleh buku-buku dan belajar kelompok, oleh latihan soal dan info-info universitas. Kise tetap berlari di lapangan, bola basket erat di genggaman selagi gadis itu meniru gerakan pemain lain, dan bola melambung halus, menerobos ring tanpa suara.
Kasamatsu juga tahu bahwa Kise memandangnya sebagai panutan. Junior bodoh, kata Kasamatsu, dulu ketika Kise tersandung tali sepatu karena terburu-buru mengejarnya ke gerbang sekolah. Waktu itu, dia mengulurkan tangan untuk membantu Kise berdiri. Kise meraihnya tanpa ragu-ragu, dan Kasamatsu bersumpah, itu adalah pertama kalinya dia tidak berkeringat dingin saat melakukan kontak fisik dengan lawan jenis.
"Aku tidak bodoh," Kise membela diri, menyapu debu dari rok dengan asal-asalan.
Tentu saja kau bodoh. Hanya orang bodoh yang akan menjadikanku panutan. Tapi Kasamatsu tidak mengucapkannya keras-keras.
Pesan-pesan Kise masih memenuhi kotak masuknya. Kebanyakan adalah ucapan semangat dengan emoji bertebaran di mana-mana. Semangat belajar, Senpai. Semoga bisa masuk ke kampus impian. Jangan lupa untuk mampir latihan. Senpai pasti sibuk, tapi klub basket tetap butuh Senpai.
Kasamatsu membiarkan pesan-pesan itu tidak terbalas. Dia mematikan ponsel, meraih buku dari rak, dan kembali menyelesaikan latihan soal.
Kise semakin bersinar dan Kasamatsu tidak mampu lagi menangkalnya, maka dia melangkah mundur, dan menjauh.
