Owari no Seraph © Takaya Kagami & Yamato Yamamoto
.
[Pengarang tidak mencari/mendapatkan profit atas pengerjaan hasil karya fanfik ini].
.
. : (Semu) Lagu Pengagum Ungu : .
Tiada hari yang bisa aku lakukan, selain aktivitas yang itu-itu saja. Mencari kata-kata sederhana yang bisa aku majaskan. Lalu kurangkai menjadi susunan bait, kemudian kupadukan dengan nada sumbang.
.
Merekah senyuman
Menyirami musim kerontang
Kau berasal dari telaga yang mengisi kehausan
.
Aku memang bukan pujangga handal. Tetapi aku tetap tidak pernah bebal untuk belajar. Sekalipun kau mencibir, mengatai karyaku yang tumpul, atau tertawa, maupun berujung dengan berbuat jahil padaku. Aku rela. Sungguh! Justru aku senang. Karena sebenarnya tujuanku adalah untuk mencuri perhatianmu, mendapatkan penuh tingkah lincah manjamu, mendengar kicau berisik kata-kata cerewetmu.
Ya, aku masih ingat, pertemuan pertama kita pun dari tingkahmu yang sok dekat padaku. Dengan kelakar-kelakar garingmu yang nyatanya berhasil mengerutkan keningku, bahwa, ah, iya, kau hanya berusaha memburaikan tawa, kau hanya ingin mencairkan suasana. Yang faktanya sekarang hatiku pun terturut lumer, serta secara alamiah percikan hangat itu lamat-lamat menggumpal menjadi sebuah cinta.
Dan cinta menggiringku pada sebuah hasrat yang aku sendiri pun menanyakan kefaktualannya. Bahwa sesungguhnya cinta itu tak beralasan.
.
Memancar ketulusan
Menenteramkan segala kegundahan
Kau kekuatan mahadasyat yang melahap kehampaan
.
Kadang aku merenung, mendampingimu sebagai teman saja tidak cukup. Tetapi aku terlalu pengecut untuk mengatakan rasa. Sampai akhirnya, aku yang terlampau dimanja dengan hubungan romansa yang tak berucap ini dirundung rumor miring, bahwa katanya, kau telah berpusara.
Tidak mungkin! Nyatanya sekarang kau ada di depanku. Berlari kecil di antara helai-helai ilalang yang berdesik―sebab kaki mungilmu menyibaknya. Eksisitensimu mengusikku untuk mendekatimu yang semakin tenggelam ke tengah padang rumput tinggi.
Kau kekanakan. Memang. Tubuhmu saja nyaris tertutup ilalang liar yang menguning―karena postur tubuhmu kecil, mungil. Meski demikian, kau tetap tampak terlihat, sebab warnamu kontras. Berpendar khas di antara kuning-kuning keemasan.
Dulu aku bingung mengandaikanmu dengan metafora apa. Tetapi sekarang telah kutemukan sebutan apa yang pantas untukmu. Kau itu ungu. Warna tajam nan harum. Peredam kejemuan. Penyirna segala penat dan beban dalam diriku. Kau adalah penghibur di kala-kala sunyi atau ramai sekalipun.
Ah, sungguh kali ini aku tidak tahan untuk mengungkapkan. Melenggang ke tempatmu, sambil memangku gitar angin ini untuk aku petik diiringi dengan lirik lagu yang maaf, mungkin terdengar sangat abal.
.
Pukau lugu
Suram sejagat raya turut meluruh
Pesona ayu
Tatap angkuh pun jatuh tertunduk
Teramat malu
Jika kupaparkan secara gamblang lewat tutur
Kau penyemarak lamunan maupun nyataku
.
Aku terkaget dalam nyanyian. Tiba-tiba kau menghilang hanya dalam durasi aku mengedipkan mata. Padahal jarak kita tadinya hanya sedepa. Lutut dan seluruh sendiku melayu. Kepanikan menyetirku untuk membalik badan.
Byurr.
Spontan aku termundur. Air segar membasahi seluruh wajahku. Dinginnya merasuk sampai ke tulang. Tetapi kata-kata sesudahnyalah yang mengguyur jantungku sampai menggigil beku.
"Hentikan, Yuu-chan! Terimalah kenyataan bahwa Shinoa sudah meninggal!"
Kurang ajar!
Ini untuk pertama kalinya aku sangat membenci Mika.
END
Orz, saya bikin apa?
Tenang, saya masih fujoshi. Lagi pengen bikin pair lurus, tapi tragedi ding!
-Snaw-
