P R E T E N D I N G

by Zixyalous

for the one who asks me too much.

_

Hujan turun entah sudah kali keberapa dalam kurun waktu tiga terakhir ini. Gadis bersurai cokelat itu mendesah jengkel. Tidak ada yang salah dengan hujan. Dia tidak akan kebasahan karena pekerjaannya semua berada di dalam ruangan, dan meskipun enggan mengakuinya, suara hujan membuatnya lebih fokus menyelesaikan sesuatu. Hanya saja, ada satu hal yang sangat menjengkelkan tentangnya; hujan meresonansikan kenangan.

Kenangan. Orang banyak berkata, kalau kenangan manis di masa lalu bisa menjadi kekuatan untuk menjalani kehidupan di masa sekarang. Tapi itu kalau orang itu sudah menerima hal itu sebagai 'kenangan', batin gadis itu jengkel. Ia tahu separuh hatinya masih tertinggal disana. Di sebuah ruang dan waktu yang sama dengan pemuda itu. Dimana matanya hanya menatap satu netra dengan manik yang hampir sama dengannya. Dimana darah terpompa cepat dan harapan melesat bebas. Menyingkirkan semua tekanan, mengaburkan segala kesedihan, walau hanya untuk sementara.

Rasa rindu ini begitu dalam tapi tabu untuk diungkapkan. Dia sudah bersumpah, di senja yang bahkan lembayung enggan muncul meramaikan cakrawala itu, bahwa dia akan melupakannya. Bahwa dia hanya akan menganggap, saat dia mulai percaya cinta adalah sebuah buai dalam tidurnya yang lelap.

Bahwa itu tak pernah terjadi. Dan kini dia akan berpura-pura, bahwa rasa rindu ini hanya ilusi.

FIN.