"Malam yang menyenangkan." ia berbisik. Jemarinya meremat kuat tas berbahan kanvasnya yang kasar seakan benda itu memiliki sepasang kaki dan bisa lari dari sisinya kapan saja. Cahaya bulan yang redup mengelilingi wajahnya, menguatkan warna matanya yang dilapisi lensa kontak sewarna kecubung. "Sampai lain kali."
"Jangan lupa lepas lensa kontakmu,"—aku mencoba terdengar biasa-biasa saja, meski ungkapan 'lepas lensa kontakmu' tidak terdengar cukup biasa-biasa saja untuk diucapkan, namun aku tetap menambahkan,—"Nanti matamu iritasi. Atau buta."
Saat ini, aku baru saja menyadari bahwa tanggapan konyol yang ia lontarkan atas kekata konyol lainnya yang meluncur dari bibirku saat itu harusnya benar-benar aku tanggapi kembali dengan serius.
"Mungkin," ia tertawa kecil, setengah berbisik. "Tapi sayang sekali, Tuan. Aku memang buta."
chatoyant: begin
.
