Abad 18

Len berjalan menyusuri hutan.Hutan itu begitu gelap dan dalam.Hanya cahaya dari lentera minyak yang Len bawa dan cahaya bulan saja yang meneragi hutan.Sekarang sedang musim gugur,daun daun berguguran,angin dingin bertiup kencang,cabang cabang pohon membuat bayangan aneh dari pantulan cahaya bulan.Len mengeratkan jubah milikinya supaya tetap hangat.Len sedang dalam perjalan pulang kota,dia baru saja mengantarkan pesanan jahitan ke pelanggan di kota,hitung hitung membantu orang tuanya.Len lahir dari keluarga yang kurang mampu,karena itulah Len tidak sekolah,namun Len tidak pernah mengeluh dengan keadaannya.Len selalu membantu orang tuanya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup,uang hasil pesanan jahitan ibunya ini akan dibuat untuk membayar hutang.

Len menuruni gunung yang cukup curam dengan hati hati,kota memang berada di balik gunung ini sedangkan rumah Len ada di kaki gunung.Len terus memperhatikan sekitarnya,dia takut kalau ada serigala yang menyerangnya.Harusnya Len sudah sampai di desanya saat sore hari tapi karena terlalu banyak mengantarkan pesanan Len jadi terlambat.Len melihat lihat sekitarnya.Aneh.Dimana ini? Ini jalan yang berbeda dari yang Len lewati,Len yakin ini jalan pulang ke desanya tapi jalan ini sangat berbeda dari yang sebelumnya.Len mengambil peta dari tas selempang nya lalu membacanya.Aneh sekali.Jalan ini benar jalan pulang tapi kenapa bisa berberubah? Len hapal betul jalan pulangnya, harusnya dari sini sudah terlihat desa Len tapi tidak ada desa didepannya.Jalan pulang ke desa Len dipasang lampion di pepohonan,itu tanda kalau Len sudah dekat tapi dia tak melihat satupun lampion di pepohonan.

"Apa aku salah jalan?" Gumam Len kebingungan.

Dia semakin bingung setelah membaca petanya,petanya benar,tidak salah.

"Apa yang terjadi ini? Apa jalan pulang terlihat berbeda karena sudah malam? Tapi harusnya ada lampion."

Len memutuskan tetap mengikuti peta.Bukannya sampai di desa,Len justru semakin masuk ke dalam hutan.Len belum juga menemukan desanya,Len seperti tersesat.Len tidak membawa kompas,Len membaca rasi bintang di langit supaya dapat menemukan jalan pulang.Desa Len ada di utara tapi Len tetap tak menemukan desanya sekalipun membaca rasi bintang.Len kelelahan,sudah berjam jam dia berjalan tapi tak juga menemukan desanya,Len duduk beristirahat di bawah pohon pinus,Len sangat kehausan,tenggorokannya kering,Len juga lapar,perutnya sudah berbunyi dari tadi tapi perbekalan nya sudah habis.Len beristirahat sebentar,namun tanpa sadar Len tertidur saking lelahnya.Entah berapa lama Len tidur,malam semakin larut,hutan menjadi lebih gelap,muncul kabut yang menyelimuti hutan.Seiringnya kabut itu muncul,terdengar lolongan serigala, lolongan ini berbeda dari serigala biasa,suaranya sangat keras dan terdengar menyeramkan.Lolongan ini mengisi keheningan malam,tapi Len sama sekali tidak terganggu dengan lolongan itu karena sangat lelah.

Derap langkah terdengar mendekati Len.Sepasang mata menyala nampak dari kegelapan hutan, mengawasi Len yang masih tidur.Tidak tahu makhluk apa itu,makhluk itu mulai mengitari pohon tempat Len beristirahat pelan pelan,mata tajamnya terus mengawasi Len, makhluk itu menyeringai,memamerkan gigi giginya yang tajam.Mata itu penuh kemarahan tak suka Len ada disini.Merasa ada yang mengawasinya,Len perlahan lahan terbangun,matanya sulit dibuka karena masih mengantuk.Begitu mata Len terbuka,Len terkejut bukan main, makhluk itu berdiri tepat di depannya, makhluk itu seperti serigala tapi badannya sangat besar,lebih besar daripada serigala yang pernah Len lihat.Len membeku di tempatnya,dia begitu takut sampai tak bisa bergerak,baru pertama kali Len melihat makhluk itu,kantuknya menghilang dalam sekejap.Makhluk itu mendekati Len perlahan lahan,matanya terlihat jelas kalau makhluk itu sangat marah,gigi giginya membuat makhluk itu semakin terlihat mengerikan, makhluk itu terus mendekati Len.Kini jarak makhluk itu dengan Len hanya satu meter,begitu dekat dengan Len,tangan Len yang bergetar ketakutan perlahan lahan mengambil pasir disampingnya,dengan cepat Len melempar pasir itu ke mata makhluk,makhluk itu menggeram menahan perih, kesempatan untuk Len! Len berlari secepat mungkin menjauhi makhluk itu,makhluk itu mengaum marah lalu menyusul Len dengan cepat,mengejar Len.Len berlari ke dalam kegelapan,dia tak membawa lenteranya,lentera itu sudah hancur terinjak makhluk itu.

Len kesulitan berlari karena hutan terlalu gelap.Kegelapan menghilang kan penglihatannya,Len hanya mengandalkan cahaya dari bulan untuk lari dari makhluk itu.Len lari tanpa arah,sekarang Len benar benar tidak tahu harus kemana dia pergi,meloloskan diri dari makhluk itu lebih penting.Len melihat cahaya di jauh didepannya.

'Itu pasti desa! Lebih baik akaku sembunyi disana!'

Len tidak tahu itu desanya atau bukan,Len harus cepat sembunyi dari makhluk itu.Semakin lama Len berlari,cahaya itu semakin dekat.Tapi dugaan Len salah,itu bukan desa melainkan sebuah rumah.

'Ru-rumah? Ditengah hutan? Tidak apalah,mungkin aku bisa minta tolong orang disana.'

Len berlari kerumah itu,tak lama kemudian rumah itu sudah dekat,tiba tiba Len berhenti lari,rumah itu memang sudah dekat setelah Len menyeberangi jembatan gantung,jembatan itu membentang ke rumah itu. Len sadar kalau dia berlari ke jurang besar,rumah itu di tengah jurang bukan ditengah hutan! Len mendengar lolongan marah makhluk itu, makhluk itu masih mengejarnya,tidak ada pilihan lain,Len harus menyeberangi jembatan itu.Jembatan gantung itu sangat tua,kayu jembatannya sudah lapuk,sekali injak kayu itu hancur.Len berlari lebih cepat di atas jembatan, setiap kayu yang Len injak langsung hancur dan terjatuh ke jurang,Len tidak berani lihat kebawah dia harus lari lebih cepat kalau mau selamat, walaupun kini Len berlari di atas maut.Hampir mencapai rumah itu,jembatan itu tiba tiba talinya terputus,Len terjatuh.Len cepat cepat meraih tali yang masih menggantung,beruntung tali itu mampu menahan beban Len.Kini len bergantungan di atas jurang,Len menelan ludah,makhluk itu masih menunggu nya disana.Makhluk itu masih terus menatap Len.Len berada di tengah tengah maut,makhluk itu siap memakannya kapan saja sedangkan dibawah Len ada jurang besar.Len mengusir rasa takutnya,dia harus cepat naik ke atas.Akhirnya Len sampai ke rumah itu, jantung Len berdetak begitu kencang,keringat bercucuran,naoasnya tersengal sengal.Setidaknya Len sudah selamat dari makhluk itu dan jurang.Tanpa diduga makhluk itu melolong sangat keras,lebih keras dari yang tadi,Len menutup telinganya,tidak tahan dengan lolongan makhluk itu yang begitu keras.

'Apa yang dia lakukan? Apa dia memanggil teman temannya?'

Selesai melolong makhluk itu menatap tajam Len untuk terakhir kalinya lali kembali ke hutan.Len tidak ambil pusing,dia harus minta bantuan pada pemilik rumah ini.Rumah ini terlihat baru, tidak seperti jembatan gantung tadi.Ragu ragu Len mengetuk pintu rumah itu,tak ada jawaban.Len mengetuk lagi tapi tetap tidak ada jawaban,Len memutar kenop pintu,pintu itu terbuka! Tidak terkunci.

"Permisi."

Rumah itu lengang.

'Apa rumah ini ditinggalkan? Tidak mungkin,rumah ini terlihat baru walaupun ruangannya berantakan.'

Len melihat kertas kertas bersebaran di lantai,buku buku bertumpukan diatas meja,debu menyeliputi benda benda di ruangan itu,rumah ini seolah tak terawat padahal masih bagus.Len keheranan begitu melihat ada banyak sekali botol di dalam rumah itu.Botol botol itu berjejer jejer,bentuk dan ukurannya pun beraneka ragam,didalam botol botol terdapat sebuah cairan, entah cairan apa itu.Len mengambil salah satu kertas dilantai,mata Len disipitkan supaya bisa membaca kertas itu walau gelap.

"Cara menyihir air menjadi es?" Gumam Len pelan.

'Menyihir? Apa ini rumah penyihir? Ah,tidak mungkin ada penyihir.Penyihir tidak nyata.'

Len kembali menaruh kertas itu ke lantai.Len berjalan mengitari seisi rumah,Len melihat perapian,perapian itu tidak menyala namun kayu didalam perapian masih baru.Len melihat sebuah tanaman di pot bunga,tanaman itu mati, seperti nya kekurangan air dan cahaya.Len melihat sebuah tungku besar di tengah rumah, seperti botol tadi,tungku ini berisi cairan kental,sebuah kayu besar berbentuk sendok panjang itu disandarkan di tembok disamping tungku itu.Len melihat sebuah buku besar diatas meja,kertas kertas berserakan disekitar buku itu,buku itu tidak diliputi debu, seperti nya rajin dibersihkan.Kertas di sekitar buku itu nampak sebuah tulisan tangan yang masih baru.Len semakin yakin rumah ini ada pemiliknya.Len penasaran dengan buku besar itu,tangan Len berniat membuka buku itu,tiba tiba sebuah tangan menggenggam lengan Len.Len terlonjank kaget,eia melihat siapa yang memagang tangannya tiba tiba.Seorang gadis berdiri disamping Len,dia menatap tajam wajah Len.

"A-aku..."

Belum sempat Len berbicara,gadis itu mendorong Len, dorongan gadis itu membuat Len terlempar lalu terjatuh.Len semakin terkejut.Bagaimana bisa seorang gadis membuatnya terlempar? Tunggu dulu,Len tidak merasakan tangan gadis itu mendorong nya,melainkan sebuah angin kencang yang membuat Len terlempar.Gadis itu mendekati Len, tangannya menggenggam sebuah tongkat,dia mengangkat tongkatnya,bersiap menyerang Len.

"Biarkan aku bicara dulu!!" Teriak Len.

Gadis itu menurunkan tongkatnya,membiarkan Len berbicara.

"Aku kesini karena lari dari makhluk aneh diluar sana."

Len menunjuk keluar jendela.

"Makhluk aneh? Maksudmu Wolly?" Tanya gadis itu.

"Wolly? Siapa itu wolly?"

Belum sempat gadis itu menjawab, makhluk itu kembali melolong,lolongannya sampai ke rumah gadis itu.

"Itu dia! Makhluk itu yang mengejarku! Dia-"

"Kenapa harus takut? Diakan cuma hewan peliharaan.Penjagaku tepatnya."Jawab gadis itu santai.

"Ha-hah? Hewan penjaga?"

Gadis itu mengangguk.

"Dia mengejarmu karena kamu masuk ke wilayahku dan Wolly yang menjaganya."Jelas gadis itu.

Len menatap gadis itu tidak percaya.Bagaimana bisa makhluk mengerikan itu menjadi hewan peliharaan? Len masuk ke wilayah gadis itu? Tidak! Sedari tadi Len terus berjalan di jalan pulangnya yang berubah tiba tiba.Len juga tidak tahu wilayah ini milik gadis itu,tak ada papan penanda ataupun peringatan.

Gadis itu nampak berpikir.Lalu menanyai Len.

"Bagaimana kau bisa masuk ke wilayahku? Aku kan menanam pohon pembatas disana."

"Po-pohon pembatas?" Len tidak mengerti maksud gadis itu.

Gadis itu terdiam,dia mendekati Len yang masih terduduk ditempatnya.Tangan gadis itu membuka tudung Len, memperlihatkan wajah Len lebih jelas.

"Kau...manusia?" Tanya gadis itu.

Len mengangguk pelan.Kenapa gadis itu bertanya kalau Len itu manusia? Dia juga manusia kan? Wajah gadis itu semula terkejut,perlahan lahan gadis itu menghilangkan keterkejutannya,kini wajahnya kembali tenang.

"Hah...bilang dari tadi kalau kamu manusia,pantas saja kau yakut dengan Wolly."

Setelah itu gadis itu mengatakan hal yang mengejutkan.

"Wolly itu manusia serigala dan aku penyihir."

Manusia serigala? Penyihir? Itu semua kan dongeng tidak nyata! Len tak pernah menyangka seumur hidup nya akan bertemu penyihir dan manusia serigala.Apakah gadis ini yang mengubah jalan pulang Len?

"A-apa kau yang mengubah jalan pulangku?" Tanya Len takut takut.

Semula Len tidak percaya dengan adanya penyihir dan manusia serigala tapi kini Len mempercayai nya setelah melihat dengan mata kepala sendiri.

"Jalan pulang? Tidak.Aku menanam pembatas supaya tak ada seorang pun yang masuk wilayah ku,lagipula hanya orang yang kuberi izin saja yang bisa masuk."

'dan penyihir yang sangat kuat yang bisa menyusup masuk.'

Gadis itu memperhatikan Len lekat lekat.Jelas Len hanya manusia biasa,tidak ada aura sihir yang menyelimuti nya.Len bahkan tidak tahu tentang manusia serigala,dia sedang beruntung berhasil menghindari Wolly tanpa terluka.Gadis itu mulai curiga.Pohon pembatas adalah tanaman sihir yang membatasi wilayah penanamnya dengan wilayah lain,pohon pembatas juga kasat mata dan mengahalau siapa pun yang memasukinya dengan cara menyesatkan penyusup kedalam hutan antah berantah.

'Dia benar benar manusia biasa.Dia bukan penyihir,tapi bagaimana bisa dia melewati pohon pembatas? Atau...dia masuk kesini tanpa melewati pohon pembatas? Manusia ini misterius sekali.Aku harus menanyakan nya.' Batin Rin.

"Hei,bagaimana kau bisa kesini?"Tanya gadis itu.

"Aku tidak tahu.Tadinya aku sedang dalam perjalanan pulang ke desaku tapi saat melewati jalan pulang jalan itu tiba tiba berubah.Aku bahkan tidak menyadari perubahannya,aku hapal betul jalan pulang ke desaku.Lalu karena kelelahan aku istirahat dibawah pohon lalu tanpa sadar aku tertidur,begitu bangun aku langsung dikejar makhluk i- maksud ku Wolly? dan sampailah aku disini. " Jelas Len panjang lebar.

"Dimana tempat pohon itu saat kau istirahat?"

"Di hutan."Jawab Len pendek.

'Ini semakin aneh.Aku menanam pohon pembatas di puncak bukit tandus.Pastinya dia tidak memasuki pohon pembatas.'Gadis itu jadi kebingungan juga.

"Ah sudahlah.Lupakan itu.Sekarang pergilah dari rumah ku atau aku akan menyihir mu."Perintah gadis itu.

"E-eh?! Tapi jembatan nya-"

"Sudahlah! Cepat keluar! Aku tidak terima tamu tak diundang!"

Gadis itu tak mau mendengarkan penjelasan Len lagi.Karena Len belum keluar juga,gadis itu mengambil sapu terbangnya lalu mendorong Len keluar dengan sapu itu.

"Tunggu dulu! Dengarkan aku!"

Len berusaha memberi tahu gadis itu tentang jembatan gantung yang sudah hancur tapi dia tidak mau mendengarkan.

"Keluar!"

Gadis itu mendorong Len ke jurang dibawah rumahnya.Len kehilangan keseimbangan, Len meraih sapu gadis itu supaya tidak terjatuh tapi gadis itu menjadi marah.

"Hei! Jangan sentuh sapuku!"

Gadis itu mengguncang sapunya,berusaha melepas Len dari sapunya,pegangan Len justru semakin kencang.Gadis itu mendengus kesal,dia menarik Len lalu melemparnya kembali kerumahnya,tanpa sengaja tangan gadis itu melepas sapunya jadinya sapunya juga ikut terlempar.

Brug!

"Aduh..."

Len kembali terjatuh,dia memgangi kepalanya yang sakit.

"Eh? Benda apa yang kududuki?"

Len merasa ada sesuatu dibawahnya.Len berdiri,benda yang diduduki Len adalah sapu terbang gadis itu! Sapu itu telah patah menjadi dua bagian.

"Sapuku!"

Gadis itu mengambil sapu kesayangannya.Dia memeluk erat sapu terbangnya.

"Maafkan aku.Itu kecelakaan."Len meminta maaf.

Tapi gadis itu tidak menerima permintaan maaf Len.

"Huh! Ini semua salahmu! Rasakan akibatnya!

Gadis itu mengarahkan tongkat sihirnya ke Len.Sebersit cahaya melesat ke arah Len,Len merasakan penglihatan matanya menggelap,tubuh Len terjatuh ke lantai,terakhir yang Len lihat adalah bayangan gadis itu lalu matanya tertutup.

Keesokan harinya.

Len akhirnya bangun.Dia tidak tahu sejak kapan dia pingsan,Len berusaha mengingat apa yang terjadi.Ah! Gadis itu mengarahkan tongkat sihir kearahnya lalu Len pingsan,Len ingat kembali.Len berusaha menggerakkan tubuhnya tapi tidak bisa,bukan karena tubuh Len terlalu lemah untuk bangun melainkan ruang tempat Len berada begitu sempit.Len melihat sekeliling nya,gelap.

"Tunggu.Dimana aku? Kenapa tempat ini sempit sekali?"

Len kembali berusaha menggerakkan tubuhnya tapi gagal.Tiba tiba Len mendengar suara langkah kaki,Len menahan napas begitu mendengar suara langkah kaki itu mengarah kemari.Sebuah cahaya muncul menyilaukan mata Len,Len memejamkan matanya.

"Wah.Kau sudah bangun ya?"

Terdengar suara seorang gadis.

'Suara itu...Ah! Suara gadis penyihir!'

Len membuka matanya.Len terperanjat begitu melihat wajah gadis itu,gadis itu terlihat sangat besar.

"Ke-kenapa kau jadi besar?!"

"Enak saja! Kau yang mengecil bukan aku yang membesar!" Sahut gadis itu.

"Me-mengecil? Apa maksudmu?" Len ketakutan.Len merasa gadis ini melakukan sesuatu padanya.

"Hihihi.Kau belum tahu ya?"

Gadis itu membuka sebuah pintu di ruangan Len berada.Perlahan lahan Len keluar dari ruangan itu,Len semakin terkejut begitu melihat disekelilingnya,semuanya menjadi sangat besar.

"A-apa yang terjadi?! Apa yang kau lakukan padaku?!"

Gadis itu tidak menjawab,dia justru tertawa geli melihat tingkah Len.

"Mau tahu? Tunggu sebentar."

Gadis itu mengeluarkan sebuah cermin disakunya lalu menghadapkan cermin itu ke wajah Len.Len kaget setengah mati setelah melihat pantulan bayangan nya di cermin.Cermin itu tidak memantulkan bayangan manusia Len melainkan...

"Kucing?!!"