Disclaimer: Himaruya Hidekazu

Genre: Family / Angst (maybe)

Warning: Non-BL. OOCness. First Fanfiction! I do not accept flame, thanks :D

Read and review, please? :)


Arthur Kirkland duduk di kursi, memegang secangkir teh dan sepucuk surat

Arthur Kirkland berjengit, menautkan kedua alisnya —yang selalu dibanggakannya, ya— dan memandang suratnya dengan tatapan aneh.

Arthur Kirkland memandang kosong pada suratnya, menghirup teh tanpa merasakan. Sambil mengutuk dalam hati, Arthur Kirkland bangkit dari kursinya dan memandang keluar jendela.

Arthur Kirkland memikirkan Alfred F Jones. Oh, ingin rasanya ia menghajar adiknya, memarahinya seperti biasa. Tapi itu tidak bisa, tentu. Karena Alfred F Jones sudah tidak ada.

Arthur Kirkland meremas surat itu dan menaruhnya kedalam pendiangan. Sejurus kemudian, pelayannya mengetuk pintu dan melongokkan kepala.

"Tuan," katanya takut-takut "anda sudah harus bersiap-siap….."

.

Arthur Kirkland tiba di tanah pemakaman. Alih-alih duduk di kursi depan yang disediakan untuknya, ia memilih untuk duduk di belakang, disamping sahabat karibnya, Francis Bonnefoy.

Arthur Kirkland menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak mendengarkan sepatah katapun dari kotbah yang disampaikan sang pendeta. Hal ini, jelas, telah memancing perhatian kawannya.

"Arthur," bisiknya dengan suara yang diupayakan selembut mungkin. "Aku turut merasa kehilangan. Sungguh. Ini pasti hari yang berat bagimu…"

Arthur Kirkland menatap Francis Bonnefoy, tersenyum kecil.

"Temanku yang baik," dia berkata seolah-olah tidak terjadi apa-apa. "Kematian, bukan hal yang menyedihkan dan kehilangan sudah sering terjadi di hidupku. Ini.. hanya hari yang biasa kujalani."

Francis Bonnefoy hanya mengangkat bahu, mengerti sifat sahabatnya.

"Ini," katanya. "Surat yang adikmu berikan kepadaku sesaat sebelum kematiannya. Berikan kepadamu, katanya."

Arthur Kirkland meberima surat tersebut tanpa perubahan ekspresi. Seolah surat itu hanyalah sebuah kertas tak berarti.

"Baiklah Francis," Arthur Kirkland berdiri dari kursinya, mengundang lirikan beberapa orang. "Kurasa aku akan pulang lebih awal."

Francis Bonnefoy terkejut, tapi toh tetap member jalan bagi Arthur.

.

.

Arthur Kirkland duduk di kursi, memegang secangkir teh dan sepucuk surat.

Arthur Kirkland memandang suratnya dengan tatapan kosong.

Menangis tanpa suara, menumpahkan air mata untuk pertama kali sejak mendengar kabar kematian adiknya.

.

.

Arthur Kirkland bangkit dari kursi dan memandang keluar jendela. Memandang gerbang rumahnya dengan harapan melihat Alfred F Jones berlarian memasuki gerbang itu seperti yang biasanya dilakukannya di liburan musim panas.

Tapi itu tidak bisa, tentu. Karena Alfred F jones sudah tidak ada.

Arthur Kirkland menarik napas dalam-dalam. Berharap hari itu memang hanya hari biasa dalam hidupnya—seperti yang dikatankannya pada Francis Bonnefoy—.

END


Author's Note:

O-oke, fic ini adalah fanfiction pertama saya *bungkuk-bungkuk*

Mohon bantuannya, readers!

Omong-omong, adakah yang mau memberi tahu saya apa maksudnya 'drabble' dan perbedaan dari 'angst' dengan 'hurt/comfort'? ._. Thanks! :)