-Crazy in Love-
Cairan kental berwarna merah mewarnai seluruh lantai ruang tamu rumah besar yang dihiasi lampu gantung berbahan kristal. Tujuh wanita berpakaian maid tegeletak dilantai. Sekelompok pria berpakaian serba hiatam dengan topeng telah mengarahkan pistol pada kepala pria yang memakai piama biru dan wanita dengan piama yang sama. Wanita itu menangis memohon.
"Aku akan memberikan semua yang kau mau. Tolong hentikan!" Tegas, suara pria dengan piama biru, mengatakan dengan nada yang begitu tegas. Dia marah.
"Tugasku adalah membunuh seisi rumah!" ucap pria berpakaian hitam, menembak pria berpiama. Sang wanita berpiama biru berusaha menyerang namun seketika ia ditembak juga.
"kami sudah mendapatkannya!" Pria berpakain hitam lainnya melapor.
"Bakar rumah ini!" kelompok pria berpakaian hitam yang membawa senjata keluar dengan sebuah kotak besi, lalu kelompok lain muncul menyiram mayat-mayat itu dengan sebuah cairan berbau menyengat. Dengan satu lemparan percikan api dari korek semuanya terbakar.
Bip Bip Bip
Alarm berbunyi nyaring membangunkan pria itu dari mimpi buruk masalalu. Pria itu mengusap wajahnya kasar, keringat sudah membasahi kaos putih yang dipakainya. Ia menyibak selimut yang menutupi kakinya lalu turun dari kasur, berjalan gontai menuju kamar mandi. Ia menggeser pintu ruangan yang berisi deretan pakaian yang tertata rapi. Ada cermin besar di antara dua lemari besar itu, ia memilih salah satu kaos putih dari sekian banyak kaos putih yang terlipat rapi dilemari. Pria itu keluar kamar, berjalan melewati lorong luas yang dihiasi Lukisan-lukisan serta lemari kaca berisi aneka piagam dan penghargaan. Tertulis nama Kim Namjoon diatas kertas berisi penghargaan tersebut. Ia turun menuju meja makan yang penuh dengan aneka menu sarapan dari Oriental sampai kontinental.
"Mobil anda sudah siap Tuan Kim" asistennya muncul begitu dia selesai sarapan. Namjoon mengangguk keluar rumah megahnya. Sebuah mobil Audi silver siap di depan pintu rumahnya, ia masuk kedalam mobil, disusul asistennya yang duduk di kursi depan sebelah supirnya.
"Antar aku ke flat"
"Baik Tuan" ucap supir menjalankan mobil keluar gerbang besi setinggi tiga meter.
"Saham Monster sudah kembali seperti semula, dan para direksi sudah diganti sesuai nama-nama yang anda tunjuk Tuan"
.
-CiL-
.
Kim Namjoon mengunci sepedanya di parkiran khusus sepeda di sekolah. Kepala sekolah sedang menghukum murid-murid yang berpakaian tak rapi. Namjoon dengan seragam sangat rapi berjalan melewati lapangan dengan percaya diri.
"RapMon!"
Jackson memanggilnya dari belakang, ia menoleh melihat temannya berlari menuju kearhanya dan merangkul pundaknya.
"hey dude! U know what?! Aku dapat itu semalam ha ha ha" Jackson tertawa penuh kemenangan.
Namjoon mengerutkan kening tak paham. "Maksudmu?"
Jackson berbisik di telingan Namjoon "Tidur dengan ..." ia kembali tertawa lebar setelah berbisik. ",,,Aku bersumpah ini akan berlanjut" ucapnya penuh semangat.
"selamat!" Namjoon tersenyum, tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika Jackson berhenti menatap horror seseorang.
"Oh My God" Jackson terlihat panik.
Namjoon melihat Kim Seokjin, guru b.k. yang sedang membakar sabuk dan sepatu muridnya yang tak sesuai standar siswa. Namjoon tersenyum menunduk memberi sapa ketika Kim Seokjin mendekat ke arahnya.
"Hell" teiaknya mencoba melepas sabuk yang ia pakai, tapi gurunya sudah terlanjur memergokinya.
"Wang Jackson! Berikan sabukmu!" pinta Seokjin dengan senyuman sihir yang membuat Jackson memberikan sabuknya begitu saja.
"Jangan dibakar bu, kumohon. Itu adalah karya seni."
"Benarkah?" Tegasnya memperhatikan tekstur sabuk kulit ular milik siswanya. "waaahhh! Bukankah ini ular yang cukup besar?! Jika aku pemiliknya, aku tak akan pernah membawanya ke sekolah untuk dibakar."
"JANGAN! AKU MOHON! " Jackson Berlutut berteriak memohon, merengek pada Seokjin.
...
Kelas 3.1
"ARGGGGGHHHHH!" Jackson menjambak rambutnya frustasi, berteriak dari dalam kelas ketika melihat sabuknya masuk kedalam api. Jackson terkapar duduk dilantai, badannya lemas karena terpukul. " Dasar siluman ular! Aku membelinya dari hasil danceku, dari hasil setiap tetes keringatku, dan rasa sakit setiap kali aku terjatuh. Wanita itu benat-benar tak memiliki perasaan!"
Namjoon tersenyum melihat sahabatnya lalu kembali membaca "kau seharusnya berfikir sebelum melakukan sesuatu."
Jackson menatap tajam tangannya yang terangkat mengepal ke udara, ia merasa kepalanya terbakar. "Medusa! Harusnya aku memasukanmu kedalam peti mati!"
Jackson adalah pria popoler no.2 setelah kim Namjoon. Mereka berdua disebut pangeran ying yang oleh para siswa. fans menamai mereka seperti itu karena Namjoon menyukai warna putih sedangkan Jackson warna hitam. Kim Namjoon pangeran jenius yang kaya raya, sedangkan Jackson adalah Pangeran dari negri cina, Dancer yang cukup terkenal. Jika Jackson memiliki kelompok fans siswi-siswa yang ramai maka Namjoon memiliki fans dari kalangan siswa-siswi pintar yang tenang, Mereka juga punya kepribadian yang berbeda. Satu hal yang membuat mereka sama yang tak diketahui semua orang, mereka sama-sama memiliki skandal dengan gurunya.
...
Ruang BK.
Jin mengerutkan kening, ia cemberut mendengar pria dibalik telfon yang sedang berbicara. Ia menghela nafas lelah.
"Aku tak mengerti jalan fikiranmu. Kau berkata lebih memilihku daripada Jimin tapi kau memberinya coklat dan bunga. Kau sungguh keterlaluan Min Yoongi!" Ruangannya diketuk membuat Jin langsung menutup telfon dari kekasihnya. "masuk !" serunya.
Pintu terbuka, menampilkan namjoon dengan buku-bukunya. Namjoon masuk dan mengunci pintu. Diletakannya buku-bukunya dimeja dan ia duduk di depan gurunya. "selamat siang! "
"Selamat Siang Kim Namjoon. Ada hal apa yang membuatmu datang kemari? Apa ada masalah di kelasmu?" Seokjin bertanya penuh kasih, membuat Namjoon tersenyum memperhatikan lesung pipitnya.
Tanpa banyak bicara Namjoon memberikan buku paling tebal dan besar diantara buku-bukunya yang lain. "Strowberry! Kau paling menyukai itu bukan?!"
Seojin masih tak mengerti tapi ia membuka buku yang muridnya beri. Seokjin terkejut dengan isi buku tersebut. Didalam buku tersebut terdat rungga kotak yang berisi cokelat yang tersusun rapi. Seokjin tersenyum.
Namjoon membalas senyuman Seokjin "Aku tak bisa membawa bunga, maaf. Tapi, Happy Valentine!"
Seokjin tersenyum senang "Happy Valentine!" Ia mengeluarka kotak hati kecil berwarna pink yang berisi cokelat. "Dark chocolate bukan?!"
Namjoon menerutkan kening "kecil sekali! Apa si kakek tua itu juga dapat? Jangan katakan dia dapat yang lebih besar? "
"Dia tak dapat. Dasar kau Tukang komplain dan tak pernah puas!"
Namjoon menaikan halisnya mendengar kata ambigu dari kalimat Jin. "Hati-hati Nona kim aku bisa komplain jika malam ini kau tak punya waktu dan ya, jika denganmu aku tak akan pernah merasa puas, Tak akan pernah."
Namjoon mengerlingkan satu matanya, menggoda seokjin yang masih tersenyum menatapnya. Itulah hal yang paling ia suka dari gurunya. Mata indah yang menatapnya penuh cinta. Namjoon bangkit dari kursinya, mendekat pada Seokjin untuk menciumnya. Namjoon mengangkat seokjin duduk dimeja agar ia bisa menyentuh tubuh Jin leluasa. Tangan Namjoon sudah berada di pantat dan dada Jin, sambil terus melakukan french kiss. Pinggang Namjoon sudah bergesekan dengan selangkangan Jin.
"mhhh...ah,,," Jin mendesah melepaskan ciuman mereka. Ia mendorong tubuh Namjoon menjauh. ",,,Tidak disini! Aku akan ke tempatmu nanti. Hm!?" pintanya lembut.
Namjoon mengecup singkat bibir manis Jin. "simpan tenagamu! Jangan mengejar anak2 yang bolos itu, cukup catat saja." Namjoon mengambil buku dan kotak hati berwarna pink itu dan membawanya keluar.
Namjoon dan Jin sudah berpacaran sekitar satu tahun. Berawal ketika Namjoon melihat ketegasan Jin dan mulai memutuskan mendekatinya. Keteladanan namjoon mempermuda aksesnya untuk bisa akrab dengan Jin. Sampai dimana Namjoon berhasil membuat Jin merasa nyaman hingga mau berbagi kisahnya. Jin dalam masa berat dimana ia putus dengan Yoongi, orang tuanya membencinya karna putus, dan Kerusuhan disekolah akibat pertarungan kekuasaan sekolah. Namjoon bak air yang memadamkan api desekeliling Jin, menyelamatkannya. Masalah sekolah selesai begitu saja ketika Namjoon menjadi ketua disiplin sekolah, dan entah bagaimana Namjoon membuat Jin jatuh cinta padnya. Namjoon dengan mudah meruntuhkan moral Jin dengan menidurinya.
Ketika mereka mulai berhubungan dan orang tuanya tetap memaksa Jin dengan Yoongi. Namjoon meminta Jin menerima saja. Walaupun Yoongi jadian dengan Jin tak masalah kalau Jin selingkungkuh juga. Toh, Yoongi lebih dulu selingkuh. Setelah kembali dengan Yoongi jin tak pernah merasa bahagia. Yoongi seperti tak menganggapnya ada karena Jimin.
.
-CiL-
.
Jin menatap buket bunga mawar merah yang besar itu dengan wajah kesal. Ia membaca note Yoongi yang meminta maaf. Ia merasa semuanya sia-sia. Ia masih tak terima mengetahui Park Jimin mendapat coklat dan bunga dari Min Yoongi dihari Valentine. Selalu Park Jimin. Jin bukannya cemburu atau membenci Jimin, ia hanya benci dengan sifat Yoongi yang tidak konsisten. Terkadang Jin merasa bersyukur memiliki Namjoon sehingga ia tak merasa begitu menyedihkan.
"Apapun kesalahan Yoongi, ibu harap kau bisa memaafkannya. Kau tau bahwa Keluarga Min sudah meminta kita melakukan pertemuan untuk membicarakan pertunangan."
"kenapa eoma begitu ingin Yoongi sebagai menantumu?!"
"Bukankah sudah jelas? Yoongi Pintar, dia memiliki pekerjaan tetap dengan jabatan yang tinggi, lalu Yoongi tampan, Dan dia dari latar belakang keluarga yang cukup baik."
Jin menghela nafas, pergi ke kamarnya dengan bunga dari Yoongi. Taehyung masuk ke kamar kakaknya dan mendengus membaca nama pengirim bunga tersebut.
"Jika seandainya aku punya pacar dan dia melamarku aku akan kawin lari dengannya, Daripada aku harus dipaksa ibu menikah dengan pria menyebalkan pilihan ibu." Jin tertawa mendengar ucapan adiknya. "kenapa tertawa?! Aku serius!"
Ponsel Jin berbunyi Jin terpaku melihat nama Yoongi dilayar ponselnya. Taehyung berjinjit mencoba mengintip siapa yang membuat kakaknya mematung seperti itu. Jin mengangkat panggilan tersebut, menempulkan posel pink tersebut pada telinganya.
"ne Yoongi-ah"
Taehyung memutar bola matanya, mencibir kakaknya. Ia berbalik keluar menuju kamarnya. Meninggalkan kakaknya yang berbicara dengan Yoongi. "Apa mereka akan jadian lagi?! Kenapa hubungan mereka menyebalkan?!"
-CiL-
"Sekali lagi kau mengacaukan hubungan keluarga kita dan keluarga kim. Aku tak akan segan-segan menghancurkan gadis kecilmu."
"Berhenti mengancamku!" kesal Yoongi menatap nyalang pada ayahnya.
"Maka berhentilah mendekati Park Jimin."
.
.
.
tbc
.
.
