Saya tidak paham budaya pernikahan dan lamaran di negara gurun pasir sana... Setidaknya saya pakai versi yang ada di Indonesia, ya... Khususnya acara lamaran yang sudah pernah saya hadiri sendiri.

Disclaimer: I don't own One Piece and its characters...

Hari Lamaran Vivi dan Kohza

"Aapa katamu??! Kau melamar Tuan Putri tanpa memberitahuku terlebih dahulu??!"

Suara Toto menggelegar membelah angkasa. Matanya melotot bak hampir copot. Keringat mengalir membasahi keningnya yang sudah penuh dengan keriput.

Kohza, putra tunggalnya, berdiri canggung di hadapannya. Sesekali tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kau biang onar... Sejak kecil selalu membuat onar... Tak kusangka hingga dewasa masih juga membuatku hilang akal!" cerocosnya lagi.

"Euh... Ada masalah apa, Yah?" tanya Kohza yang memang sering kali tidak paham dengan jalan pikiran ayahnya.

"Masalah APA kau bilang?? Oh tidak...! Putraku memang tidak paham tata krama!" erangnya lagi. Sambil meneriaki langit, kedua tangannya mengepal ke angkasa, gemetar... Tandanya ulah Kohza kali ini, lagi-lagi, benar-benar sudah kelewat batas.

"Baiklah, Ayah, aku betul-betul tidak mengerti... Aku mengatakan ini padamu karena aku yakin kau harus tahu... yah, karena dia seorang putri di kerajaan ini... Tapi, melihat responmu aku jadi ragu... Apakah kau... keberatan...?" tanya Kohza ragu.

"Keberatan dengan Vivi?! Tentu tidak!" potong Toto buru-buru.

"...Lalu...?"

"Kenapa tidak kau katakan dulu padaku supaya aku bisa mempersiapkan orang-orang seisi kota ini untuk melamarnya sesuai dengan tradisi kita?? ...Dan tentu saja kita harus menyiapkan beragam hantaran untuk tuan putri! ...pakaian yang indah, berbagai macam perhiasan, dan masakan istimewa khas Yuba... Oh, mungkin aku harus mengundang para walikota dari kota-kota lain juga... Aaah... bagaimana ini... bagaimana inii?" Toto mondar-mandir bak kucing kepanasan.

Di lain pihak, Kohza yang mulai menyadari betapa tidak pentingnya inti pembicaraan sang ayah, memutar kedua bola matanya. "Kukira apaan..."

Ia pun kemudian keluar rumah meninggalkan ayahnya yang kini memang tampak seperti orang yang hilang akal... Ia membiarkan sang ayah untuk memutuskan sendiri urusan lamaran sesuai tradisi, sebagaimana yang seharusnya keluarga mereka lalui.

"Tunggu Kohza! Jadi bagaimana caramu menyatakan itu pada Vivi??" teriak Toto dari dalam rumah. Kepo.

"Bukan urusanmuu!" seru Kohza sekenanya... Ngacir dari interogasi ayahnya.

--Bersambung...

Meskipun screen time Toto sedikit sekali baik di manga maupun di animenya, tapi saya menangkap kalau ia adalah sosok yang ceria dan menyenangkan. Ujian sekali ya, ayah sebaik ini dikasih anak sebebal Kohza. Hahahaha...

Nah, jadi bagaimana kira-kira obrolan Kohza dan Toto mengenai lamaran Kohza kepada Vivi? Dalam bayangan saya kira-kira seperti inilah ceritanya. Kohza tipe yang berpikir dan bertindak secara mandiri... Jadi pastinya dia tidak akan memberi tahu ayahnya dulu kalau ia mau melamar seorang gadis. Ya ngga? Iya doong

Selanjutnya akan ada apa, ya? Nantikan cerita sambungannya, ya. Mudah-mudahan bisa saya lanjutkan dalam waktu dekat...

Terima kasih sudah membaca

Tinggalkan pesan jika kamu suka cerita ini yaa