Justice
©Juni 2017 Azoth Kylar Stern
Bagian I
The Secret of the Forest
By Haruno Sakura
©2010 Haruno Sakura
©2010 HyuugaBooks
Penyunting: Hyuuga Hinata
Proof Reader: Tim Redaksi HyuugaBooks
Pendesain Sampul dan Penata Letak: Inuzuka Kiba
Gambar Sampul: Inuzuka Hana
Redaksi dan Pemasa …
Sakura menutup buku itu.
Buku berjudul The Secret of the Forest itu adalah buku pertamanya yang terbit. Hasil dari menang lomba menulis novel fantasi yang diadakan oleh HyuugaBooks. Dia pemenang pertama waktu itu. Mendapatkan uang sebesar lima puluh ribu yen, kontrak penerbitan dan paket buku terbitan HyuugaBooks.
Hari itu benar-benar hari keberuntungannya. Dia mendapatkan celah untuk memasuki industri perbukuan. Semua jadi lebih mudah sejak hari itu. Setiap kali dia menyelesaikan satu cerita, dia pasti mengirimkannya pada tim redaksi HyuugaBooks. Jika itu layak, mereka langsung mengirimkan kontrak penerbitan padanya, lalu mendiskusikan bayarannya.
Namun, hubungan baiknya dengan HyuugaBooks sudah usai. Dialah yang memutuskan hubungan itu. Banyak teman-teman sesama penulis yang menyarankannya untuk meminta royalti yang jauh lebih tinggi. Karena menurut mereka penerbit sering mengambil untung banyak, tetapi malah memberikan bayaran yang sedikit untuk penulis. Dia pikir tidak ada salahnya meminta bayaran lebih.
Keinginannya itu ditolak oleh manajer HyuugaBooks.
Sakura marah karena hal itu, kemudian dia menawarkannya ke penerbit lain, namun tetap tidak mendapatkan harga sesuai keinginannya. Akhirya dia menerbitkan karyanya secara independent. Dan ternyata itu tidak semudah yang dia bayangkan. Banyak yang harus diurus, desain sampul, tata letak, penyuntingan, percetakan, pemasaran, distribusi dan lain sebagainya.
Dia memang mendapatkan keuntungan yang lebih besar, tetapi dia juga menguras tenaga yang lebih besar. Jujur saja, itu sangat merepotkan. Sebelumnya, setelah kesepakatan, dia hanya perlu menunggu bukunya dijual di toko buku, lalu menunggu rekeningnya kemasukan uang. Sambil menunggu, dia bisa melakukan hal lain.
Inginnya kembali seperti dulu. Dia benar-benar membutuhkannya saat sedang krisis emosi seperti ini.
Bagaimana lagi?
Buku yang susah payah dibuatnya, mulai dari penulisan sampai pendistribusian, saat ini mengalami masalah klasik, pembajakan. Dia menemukan ratusan karyanya yang tidak original dijual di pasar buku bekas. Dia tahu betul dari mana sumbernya. Itulah sebabnya dia memerlukan seseorang yang bersedia membantunya mendapatkan keadilan.
Ah, jika bukunya terbit di bawah label HyuugaBooks, sudah pasti mereka yang menangani masalah ini. Perusahaan sebesar Hyuuga pasti memiliki pengacara andal.
Sidang pertama kasus pemerkosaan yang ditangani Sasuke kali ini tidak berjalan baik. Lawannya pengacara kawakan. Dia kewalahan menghadapi mulut wanita tua itu. Sulit sekali memojokkannya.
Sasuke memeriksa beberapa berkas selagi menunggu jus tomat pesanannya, tidak peduli dengan keramaian makan siang yang berlalu lalang di telinganya. Ketika pelayan meletakkan pesanannya di meja, dia hanya bergumam sebagai tanda terimakasih, kemudian melanjutkan pekerjaannya.
"Sasuke-kun, kau tidak boleh minum jus tomat sebelum perutmu terisi." Sasuke mendongak, kemudian mendecih. Naruto duduk di seberangnya, lalu meletakkan kotak bekal di di depan Sasuke. "Istriku berbicara seperti itu jika dia di sini."
"Istrimu tidak di sini," balas Sasuke saraya merapikan berkas-berkasnya.
"Itu bagus untuk kita," Naruto mengangkat tangan untuk memanggil pelayan.
"Naruto-kun, kemarin kau makan ramen, hari ini jangan lagi, ya," kata Sasuke mengejek Naruto. "Istrimu berbicara seperti itu jika dia di sini." Naruto tidak peduli, dia tetap memesan ramen kesukaannya. "Kalau dia tahu bekal buatannya berakhir di perutku, bukannya di perutmu, apa yang akan dilakukannya padamu?"
"Hiii, kau membuatku takut," kata Naruto, pura-pura bergidik ngeri. "Kalau begitu, kau saja yang makan ramennya, biar aku yang makan itu." Naruto menunjuk kotak bekal yang baru saja dibuka Sasuke.
"Lupakan! Ada hal yang harus kubicarakan denganmu setelah makan siang."
"Ada apa? Apa tentang kasus pemerkosaan itu?"
"Bukan. Tentang Haruno Sakura. Kau ingat, 'kan, penulis yang pernah membuat Neji kesal?"
"Ya, ya, aku ingat. Kita bicarakan setelah ini."
Saat baru dua langkah Sakura melewati ambang pintu kantor Uchiha Sasuke, dia mematung.
Kabar yang beredar mengatakan, Uchiha Sasuke merupakan pengacara paling tampan di Konoha.
Sakura membenarkan.
Pria yang duduk di balik meja kerja itu, jauh lebih tampan daripada pria yang ada dalam foto yang ditunjukkan oleh penasihatnya. Sakura sadar, dalam foto yang dilihatnya, pria itu terlihat lebih muda, namun bukan berarti lebih tampan daripada versi yang lebih tua.
"Nona Haruno?" kata Sasuke, tetapi tidak digubris.
Sakura tenggelam dalam khayalan. Novel fantasi yang dia tulis, di semua judul, selalu diberikan sentuhan romantis. Dia membayangkan Sasuke adalah salah satu karakter pria dalam novelnya sementara dia adalah karakter wanitanya.
Hidungnya yang mancung dan ramping itu, sungguh hidung yang telah lama dinanti Sakura. Bibirnya yang merah dan tipis, seakan meminta bibir Sakura mendekat. Rasanya pasti luar biasa bila rambut hitam pria itu memenuhi sela-sela jemarinya.
Pria idaman!
"Nona Haruno?"
Di sisi lain, Sasuke memanggil nama kliennya berulang kali. Lantaran malas beranjak dari kursinya, Sasuke mengambil setangkai mawar merah dari vas di atas mejanya, kemudian melemparkannya tepat ke wajah kliennya.
Wajah Sakura merona hebat semenit setelah mawar itu mendarat di lantai. Akhirnya dia kembali dari dunia fantasi yang diciptakannya. Dengan gugup dia memungut mawar itu dari lantai, lalu berjalan ke kursi yang ada di depan meja Sasuke. Dia duduk dengan wajah tertunduk.
"Apa masalahmu?" tanya Sasuke langsung ke inti. Tak perlu ada jabat tangan, wanita itu sendiri terlihat tidak berminat melihat wajahnya.
"A-a-ano, aku ingin membuat tuntutan," jawab Sakura gugup. Ya, ampun, Sakura bukan wanita pemalu. Dia berani berekspresi, tetapi pria itu membuatnya kaku.
"Atas dasar?" tanya Sasuke sambil bersiap mengetik apa saja yang akan dikatakan Sakura setelah ini.
"Pelanggaran hak cipta," jawab Sakura singkat.
Sasuke menunggu penjelasan lebih lanjut, namun Sakura tidak mengatakan apa-apa setelah itu. "Nona, jawablah lebih jelas," kata Sasuke, berusaha sabar. "Ada banyak pelanggaran hak cipta."
Sedikit demi sedikit, Sakura menjelaskan persoalannya.
Seminggu yang lalu, dia pergi ke pasar buku bekas, di bagian barat Konoha untuk mencari buku sejarah langka yang sangat dia perlukan dalam penulisan novel terbarunya. Sedikit iseng, dia mencoba membeli salah satu karyanya di sana. Soalnya, setahunya tempat itu sarangnya buku bajakan. Dia ingin tahu apakah karyanya dibajak juga atau tidak.
Kejutannya, bukunya yang dijual adalah versi bajakan. Tidak hanya selusin, tetapi ratusan. Sakura tidak terima, dia berpikir dia harus tahu dari mana asal buku-buku itu.
Keesokannya dia kembali lagi ke pasar itu dan menyelidikinya, ditemani penasihatnya.
Pembajaknya adalah pemilik percetakan, namanya Orochimaru. Dia memperbanyak buku-buku itu dengan meminimalkan modalnya, sehingga bisa dijual jauh lebih murah dari aslinya. Walaupun kualitasnya juga lebih rendah, tetapi itu tidak mengurangi minat pembaca yang doyan buku murah.
"Cukup. Aku mengerti." Sasuke berdiri, kemudian menghampiri Sakura dan berkata, "Berikan." Sakura tampak kebingungan. "Mawarku," tambah Sasuke penuh penekanan.
"Baiklah," ujar Sasuke ketika ia telah duduk kembali. "Aku punya beberapa pertanyaan. Apa kau bersedia menjawabnya dengan jujur?"
"Jika itu perlu, tentu," jawab Sakura mantap. Mungkinkah dia akan bertanya, "Apa kau sudah memiliki pacar?" atau "Apa zodiakmu?" Pikiran Sakura dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang mengarah ke hal-hal pribadi.
"Apa kau punya idola? Seorang penulis, penyanyi, komikus dan lain sebagainya?"
"Ya, aku punya." Sakura sangat bersemangat. Pertanyaan tentang idola itu adalah hal pribadi. Dia ingin mengenalku lebih dekat. "Uzumaki Naruto. Apa kau kenal? Dia komikus yang menciptakan Angel and Demond. Aku sangat menyukai komik itu dan juga serial animenya."
"Kau punya semua komiknya?"
Mendadak Sakura membulatkan matanya. Dia paham. Pria Uchiha itu tidak sedang bertanya untuk hal pribadi. Dia mengerti ke mana arah pembicaraan ini. Pria itu sedang mencoba mempermalukannya.
"Ya, tentu saja," jawab Sakura berbohong. Dia tidak punya semua komiknya, tetapi dia bersumpah dia sudah membaca semuanya. Beberapa volume merupakan versi bajakan, sebagian dia meminjamnya dari teman dan sisanya dia baca dari situs online yang tidak memiliki izin untuk menampilkan komik itu di situs tersebut.
"Asli atau bajakan?"
Bingo.
"Uchiha-san, itu tidak ada hubungannya dengan tuntutan yang ingin kubuat."
"Ada. Jika kau pernah membeli produk bajakan, maka apa yang menimpamu saat ini pantas kaudapatkan, kau tak memerlukanku untuk membuat tuntutan. Itu adalah keadilan alami. Kalau kau tetap ingin menuntut, silakan cari pengacara lain."
Sakura ingin mengatakan protesnya, namun Sasuke dengan cepat memotongnya. "Ini bukan tentang uang. Kau tahu Uchiha, 'kan? Aku tidak membutuhkan uangmu. Aku hanya berkerja untuk menegakkan keadilan."
"Masalahnya, Uchiha-san, aku bahkan tidak mengatakan aku pernah membeli produk bajakan. Kau tidak bisa langsung menuduhku seperti itu."
"Kau masih belum mengerti juga," kata Sasuke sinis. Dia menulis sesuatu di atas secarik kertas.
Sejak pertama kali Sakura bercerita tentang pembajakan yang menimpa karyanya, Sasuke sudah tahu Sakura merupakan salah satu orang yang suka membeli produk bajakan. Entah bila dia sudah berubah sekarang, tetapi tetap saja wanita itu pernah melakukan kesalahan dan akhirnya terjebak di posisi yang sama dengan Uzumaki Naruto.
"Ini." Sasuke memberikan kertas itu pada Sakura. "Tanyakan pada Uzumaki Naruto, apa dia senang memiliki fans yang membaca komik buatannya, tetapi versi bajakan."
Uzumaki Animation, Lt. 09
Jl. Tsubaki, No. 87
Direktur Produksi, Uzumaki Naruto
Itulah yang tertulis di secarik kertas itu.
Sakura pergi dari sana. Tetapi, dia sempat melempar tatapan sengit pada Uchiha Sasuke. Penasihatnya melakukan kesalahan dengan menyarankan pengacara sombong seperti pria itu. Tampangnya saja yang bagus, sifatnya keterlaluan.
Tidak perlu ditanya. Mana mungkin ada orang yang senang memiliki fans seperti itu.
Kau tahu, 'kan? Itu penghinaan. Rasanya seperti seorang pria yang mengatakan betapa dia mencintaimu, bertingkah seolah dia memujamu, tetapi nyatanya dia mengkhianatimu.
Sakura membayangkan satu adegan dramatis, di mana dia sedang memberikan seminar kepenulisan, sekaligus memberi tandatangan kepada para penggemarnya. Ada satu di antara ratusan penggemar yang menunjukkan buku bajakan untuk ditandatangani. Perasaannya menghadapi situasi seperti itu dipastikan buruk sampai ke level terendah.
Tidak ada orang yang mau dikhianati. Bahkan para penulis di dunia maya, yang memposting tulisan mereka di blog atau situs fanfiction, tidak terima bila karya mereka diposting ulang tanpa seizin mereka.
Dahulu dia memang melakukan kesalahan, tetapi bukan berarti dia kehilangan haknya untuk menuntut.
Sakura mendesah. Mungkin sebaiknya dia bertemu dengan Uzumaki Naruto. Lumayan juga. Dia tak perlu berebut dengan fans lain yang ingin bertemu.
Bersambung ….
Misalkan kalian memliki sebuah karya, cerpen, puisi, novel, lagu, atau jika suatu saat kalian menjadi seorang sutradara, apa kalian suka memiliki fans yang membeli karya kalian, tetapi yang bajakan?
Atau di sini saja lah dulu, untuk semua penghuni Fanfiction, apa kalian terima bila ada orang lain yang memposting ulang cerita yang kalian buat di media lain tanpa seizin kalian, lalu kemudian orang itu mengaku sebagai fans kalian?
Bagaimana perasaanmu?
Saya menulis fiksi ini karena saya yakin banyak di luar sana orang yang mengaku fans Naruto, tetapi tidak menunjukkan penghargaan terhadap komikusnya. Kalau saya bilang, daripada beli produk bajakan, lebih baik minjam. Membeli produk bajakan sama dengan mendukung pembajakan.
Kalau masih menginginkan produk bajakan, maka suatu saat, jika itu terjadi terhadap karyamu, jangan menuntut siapa pun, karena itu merupakan keadilan alami. Kau pantas mendapatkannya.
Semoga kalian mendapatkan sesuatu setelah membaca ini.
Azoth Kylar Stern
27 Juni 2017
