A/N : annyeonghaseyo readers... nebar kemenyan (?). senengkan ketemu dengan author yang kece nan unyu ini? :p . selamat membaca, readersku yang aku cintai #plaak *apaan nih sih author*

Warning : mengandung banyak typo, biasa saja, abal – abal, dan banyak kekurangan. "NO BASH!" "NO PLAGIAT!"

Disclaimer : EXO milik kita semua :D . OC is mine and the story original from me.

Summary : sebuah obat aneh yang membuat hidupku terasa sangat berantakan. *summary gagal*

Cast : "Do Kyungsoo" as "D.O" [EXO/EXO K]

"Fauziah Ifha" as "Ifha" [OC] *narsis*

"A. Indah Febrianti" as "Indah" [OC]

And other member EXO :D

Genre : friendship, and entahlah *ngga tau mau nulis apa lagi*

Chapter 1

THE DRUG

Author's POV:

Tik... Tik... Tik... *anggap aja suara hujan*

Seorang yeoja masih terlelap dan dengan setia memeluk bantalnya seakan bantal tersebut akan berlari meninggalkannya. Yeoja itu sangat hiperaktif, bahkan di saat ia sedang tertidur.

Ia akan menendang benda apa pun yang ada di dekatnya kecuali bantalnya, saat ia tertidur. Oleh karena itu, ia menjauhkan semua benda yang menurutnya berharga kecuali jam wekernya, dan sekarang alarm dari jam weker itu berbunyi.

Ifhaaa... Ifhaaa... ireonaa! Ireonaa!

Suara dari alarm itu adalah suara dari seorang yeoja yang masih terlelap itu, yang tak lain adalah Ifha. Ia merekam suaranya dan memasukkan rekaman itu ke dalam setiap jam wekernya. Tunggu, "setiap" ? kalian akan mengetahuinya sendiri nanti.

Teman – teman dari yeoja itu selalu mengatakan bahwa dirinya memiliki suara yang nyaring dan juga cempreng. Tetapi ia selalu tidak mempedulikannya, karena menurutnya suaranya itu sangatlah merdu. Ok! Back to the story.

Jam weker itu terus berbunyi menandakan alarm dari jam weker itu belum di matikan. Yeoja itu meraba-raba sekitarnya berharap ia akan segera menemukan benda yang terus berteriak memintanya untuk terbangun dari tidurnya itu.

Akhirnya yeoja itu mendapatkan benda yang terus berbunyi itu. Benda tersebut berada tepat di dekat telinga si empunya. Bukannya mematikan alarm dari jam weker itu, ia malah melemparkannya dan benda itu tepat mengenai dinding. Lagi – lagi jam weker itu rusak dan juga hancur.

Yeoja itu terbangun tepat setelah ia mendengar suara dentuman keras hasil dari lemparannya. Ia terduduk kemudian merenggangkan otot-otot lengan dan lehernya. Ia menguap kemudian memandang sekilas jam wekernya yang sudah tidak berbentuk lagi.

Beberapa jam wekernya, ah ani, puluhan jam weker miliknya bernasib sama dengan jam weker yang beberapa detik lalu ia lemparkan. Dan selalu saja semua jam wekernya berakhir di dinding itu.

Ifha beranjak dari singgasananya yang sudah tidak karuan itu tanpa merapikannya terlebih dahulu. Ia mengamati kalender yang tergantung manis di dinding kamarnya. Ia menggaruk – garuk kepalanya yang tidak gatal sambil menguap beberapa kali.

"aaaahhh... hari ini ada kursus masak lagi. Waaahh.. kalau aku tidak ikut, aarrrgghh.. pasti mam akan memarahiku. Oh God! Help me..."

Setelah mandi dan berpakaian, Ifha langsung menuju toko yang menjual jam weker yang terdekat dari apartemennya. Ia lalu di sambut oleh pegawai yang sudah sangat ia kenal, karena tiap pagi ia pasti mengunjungi dan membeli salah satu jam weker yang ada di toko itu.

Ifha membayar jam weker yang di pilihnya sambil di selingi dengan obrolan singkat darinya dan pegawai toko jam weker itu. Setelah membeli jam weker, Ifha mengunjungi sebuah kedai langganannya dan sarapan di kedai tersebut.

Hujan telah reda saat Ifha telah keluar dari kedai dimana ia sarapan. Ifha merasa senang karena tidak perlu lagi memakai payung yang sangat ribet dan merepotkan menurutnya. Setelah tiba di apartemennya, Ifha segera masuk kekamarnya lalu mengambil rekaman suaranya dan memasukkannya ke dalam jam weker yang telah ia atur alarmnya.

Setengah jam lagi, ia akan masuk kuliah. Ifha telah siap dengan tas ransel berisi buku – buku tebal yang melihatnya akan pusing duluan sebelum membacanya, tetapi berbeda dengan Ifha, yeoja itu sangat menyukai membaca.

Kini Ifha telah berada di salah satu universitas di Seoul. Ia berlari menyusuri koridor dan masuk ke ruang kuliah. Setelah Ifha duduk, beberapa namja mengerubunginya hanya untuk meminjam beberapa album dari band – band Rock terkenal.

Setelah para namja itu pergi, giliran para yeoja yang datang mengerubunginya hanya sekedar membicarakan fashion terbaru dan menitipkan beberapa kado untuk di berikan kepada namja yang mereka suka. Yah, itulah keseharian Ifha yang sangat ia nikmati (?). Setelah kuliahnya selesai, Ifha mengunjungi sebuah toko buku yang terletak tidak jauh dari kampusnya.

Ifha's POV:

Drrt... Drrt.. Drrtt...

Handphoneku bergetar saat aku sedang melihat – lihat buku di salah satu rak buku yang ada di toko buku tersebut. Aku keluar dari toko itu untuk menjawab telepon dari mam.

"hello... why you call me, mam?"

"..."

"no! I just visited a book store, mam"

"..."

"ok! I will come"

Bip. Aku mengakhiri percakapan singkatku dengan my mam. Hufft.. aku mendengus kesal, lagi – lagi aku harus datang ke tempat itu. Aku menaiki menaiki sebuah bus menuju ke tempat yang sangat tidak aku suka, yah... kursus memasak.

Bus sangat penuh dan aku duduk di kursi paling belakang. Seorang namja aneh dengan pakaian serba hitam menyelimuti seluruh tubuhnya. Seperti sedang melihat salah satu anggota komplotan penjahat. Yaaahh... mungkin imajinasiku terlalu berlebihan.

Oh tidak! Sepertinya aku mabuk darat. Aku segera meminum air mineral yang aku bawa untuk mengurangi rasa mualku.

Author's POV:

Seorang namja paru baya yang duduk di samping Ifha terus memeluk tas yang ia bawa. Ia terus mendekapnya seperti takut akan di rebut oleh orang lain. Namja paru baya itu menyadari bahwa yeoja yang duduk di sampingnya mengalami mabuk darat. Ia lalu membuka tasnya yang sedari tadi ia dekap dan memberikan sebuah obat kepada yeoja itu.

Ifha menerimanya dengan ragu, bagaimana pun ia telah di ajarkan untuk tidak menerima suatu benda dari orang asing. Lalu namja yang berpakaian serba hitam itu juga mengalami hal yang sama dengan Ifha.

Namja paru baya itu juga memberikan obat yang sama yang di berikan kepada Ifha untuk namja yang berpakaian serba hitam itu. Namja yang berpakaian serba hitam itu menerimanya tanpa ada keraguan sedikit pun. Melihat hal itu, Ifha tanpa ragu menelan obat yang di berikan oleh namja paru baya yang ada di sampingnya bersamaan dengan namja yang pakaiannya serba hitam itu.

Tiba – tiba mereka berdua seperti di sambar petir, kemudian keduanya pingsan. Namja paru baya yang ternyata seorang ilmuwan itu juga terkejut. Ia tidak menyangka obat yang diberikannya akan berefek seperti ini.

Ia pun memeriksa kembali tasnya, tampak ia sangat terkejut saat menyadari bahwa obat yang di berikannya kepada dua orang yang sedang pingsan itu salah. Ia segera mengambil sebuah memo dan menuliskan sesuatu di memo tersebut. Namja paru baya itu memasukkan memo tersebut ke dalam saku celana namja yang berpakaian serba hitam lalu turun di pemberhentian bus terdekat meninggalkan Ifha dan namja berpakaian serba hitam yang sedang pingsan itu.

Supir dari bus yang di tumpangi Ifha dan namja berpakaian serba hitam itu merasa aneh. Sudah tiga kali putaran, tetapi mereka berdua belum bangun juga. Supir itu pun membangunkan mereka.

"agasshi... ahjussi... ireonaaa.."

Ifha dan namja berpakaian serba hitam itu pun terbangun.

Ifha's POV:

Sepertinya ada yang mengguncang – guncang bahuku. "agasshi... ahjussi... ireonaaa...", samar – samar tapi masih bisa ku dengar. Aku terbangun tetapi entah kenapa masih saja gelap. Sepertinya aku sedang bermimpi. Aku pun mencubit lenganku sendiri. "aauuww...", tetapi masih saja gelap. Dengan iseng, aku mencubit lengan seseorang yang ku rasakan keberadaannya. Ku dengar ia meringis kesakitan, apa aku berlebihan mencubitnya?

Aku meraba – raba mataku. Eh? Sepertinya aku memakai suatu benda. Aku melepaskan kacamata yang ku pakai. Kacamata? Sejak kapan aku memakai kacamata hitam seperti ini? Belum lagi scrap dan pakaian serba hitam ini. seperti penampilan namja yang aku lihat saat di bus tadi, tapi sekarang aku masih berada di bus.

Aku menoleh ke arah orang yang aku cubit tadi. Oh My God! Kenapa aku melihat diriku sendiri? Apa aku bermimpi? Atau aku sudah mati?

TBC

A/N : huaaahhh... akhirnya seles juga. Gaje yah? Sudh aku duga. Gimana nih readers, apa bagus?. Hmm... bagi yang nunggu FF You Can Do That!, mian karena author masih belum bisa ngelanjutin tapi malah buat FF lain, yang gajenya mungkin tidak kalah dengan FF sebelumya. Mianhae, karena fic kali ini kependekan, hehehh... Gomawo untuk readers yang udah nyempetin baca nih fic gaje. Bagi readers yang mau kasih saran atau kritik, bisa juga di fauziah_Ifha... hmm... sepertinya author udah kebanyakan celoteh, ya udah author pamit dulu yah... ~~~Ppaaiii... :D