Disappointed in You

By: Dark Aquarelle

Warning : OCC, AU, Typo(s)

Enjoy:)


Kau tahu apa itu kecewa?

Ketika seseorang mendekatimu, berpura-pura seolah kau diperhatikan tetapi ternyata hanya dipermainkan..

Bukankah lebih baik kalau dia tidak datang?

Bukankah lebih baik kalau dia tidak mencampuri urusanku?

Berpura-pura bukanlah hal yang kusuka..

Tetapi baiklah jika ingin bermain-main api denganku..

...

...

..

.

Rasa sakit dipermainkan itu lebih sakit ketimbang tidak diakui keberadaanmu. Bukan begitu? Lebih baik tidak diakui, dengan begitu kau bisa mengetahui dia memang tidak menerima kau alias membencimu. Tetapi jika kau dipermainkan setelah dia berpura-pura baik padamu itu rasanya seperti dibuang jauh ke dalam jurang setelah kau bersenang-senang di atas sana. Kau tahu maksudku kan? Umpamakan saja kau dilayangkan begitu tinggi di awang-awang langit, lalu dengan sengaja dia menjatuhkan mu begitu keras ke bumi. Bukankah itu jauh lebih sakit daripada tidak dilayangkan sama sekali?

Dan kenyataan itulah yang sedang kualami. Namaku Ying, dan aku seorang gadis remaja yang baru saja menginjak jenjang SMA. Hidupku terasa sangat sulit ketika aku memasuki masa-masa ini. Bukan saja pergaulan yang terpenting tetapi juga studiku di sekolah ini. Bagaimana nasibkku kelak akan berujung? Pertama kali masuk SMA, rasanya senang sekali, seperti membuka lembaran baru dalam hidupku, dan menjalani semuanya dari awal kembali. Memperbaiki apa yang selama ini rusak dan salah di kehidupanku sebelumnya. Aku baru saja menjalani nya selama setengah tahun, tetapi entah kenapa rasanya aku mulai muak dan putus asa melihat nilai-nilai ku yang anjlok. Belum lagi kakak kelas yang masih saja bersikap senioritas. Menyuruh- nyuruh adik kelas, seolah mereka bos dan kami adalah pelayan.

Terutama kakak kelas yang bernama Fang. Mempunyai penggemar hampir seantero sekolah kecuali aku yang sangat-sangat membencinya saat ini. Kalau bisa aku ingin pindah sekolah sekarang juga, tidak ingin melihat wajah sok tampannya itu dengan cengiran lebar seolah mengejekku. Memang dulu kuakui sih.. dia memang tampan, tetapi itu DULU. Sekarang berbeda, di mataku Fang bukan lagi sesosok malaikat baik hati yang selalu mengajakku mengobrol, mengantarku pulang,dan menemaniku setiap ada waktu luang. Dia bukan lagi orang yang sama seperti yang kukenal dulu. Dia berbeda.

/

Flashback

*Hari terakhir LOS*

..

"YING!"

"YING!"

Derap langkah kaki semakin terdengar begitu dekat denganku. Aku pun berbalik dan mendapati kak Fang ada di depanku.

"Ke..kenapa kak?" Tanyaku dengan takut-takut sambil menundukkan kepala. Tangannya tiba-tiba saja terjulur di depanku, memegang daguku, dan membawa tatapanku ke atas untuk bertatapan dengannya.

"Kau takut padaku?" Dia terkekeh melihatku.

Untuk sejenak bibirku terkunci rapat, tidak bisa menjawab pertanyaannya walaupun ingin. Apa yang terjadi denganku? Aku hanya menatapnya dengan tatapan terpaku.

"Halooo.. " Dia melambai-lambai kan tangannya tepat di depanku. "Oh.. kak Fang, Ke.. kenapa memanggilku? Kalau kak Fang ke sini mau menagih sumbangan yang tidak kubawa kemarin, aku sudah menyerahkannya pada teman kakak." Jawabku gelagapan. Dia tersenyum sejenak melihatku lalu berkata "Aku ke sini bukan karena ingin menagih sumbangan anak-anak LOS yang tidak membawa kemarin.. itu sih tugas temanku, aku bertugas memberi hukuman kepada siapa saja yang telah melanggar peraturan."

"Ehh.. peraturan apa kak?" Sahutku kembali takut. Mencoba menunduk kembali. Aku tidak bisa menatap matanya terlalu lama.. Ya, tidak bisa. Atau aku akan tenggelam dalam hipnotisnya yang sangat berbahaya itu. "Peraturan bahwa dengan tidak sengaja kau telah mengambil sebagian hatiku." Jawab Fang dengan senyuman termanisnya.

"Hah?" aku pun bingung. "Maksud kakak?" masih dengan wajah polosku yang tidak mengerti apa yang dimaksud. "Sebaiknya aku mengantarmu pulang, bagaimana?" Dia mengalihkan pembicaraan. "Mmm.. sepertinya tidak perlu kak, aku bisa pulang sendiri. Itu sepedaku." Aku menunjuk sepada berwarna biru yang terpakir dengan manis, tidak jauh dari tempat aku berdiri. "Oke deh.. hati-hati ya." Dia melambaikan tangan padaku, lalu berjalan pergi meninggalkanku yang masih terpaku melihat sikapnya yang aneh. Oke Ying, lupakan saja apa yang baru saja terjadi. Mungkin Kak Fang hanya ingin memastikan keadaanku yang tadi sempat pingsan karena upacara, tidak mungkin kan dia tiba-tiba bersikap begitu padaku, aku hanya seorang anak LOS yang baru saja masuk. Ying, sekarang kau harus fokus. Aku berjalan mendekati sepedaku yang terpakir dan berjalan menuntunnya keluar dari gerbang sekolah.

-oOo-

"MORNING! MORNING! WAKE UP! WAKE UP!"

"MORNING! MORNING! WAKE UP! WAKE UP!"

"APAAN SIH?! BERISIK TAHU! Ying mengomel, mengambil bantal secara asal lalu menutup telinganya erat. Namun rupanya bantal itu tidak mampu meredam suara yang ada.

"MORNING! MORNING! WAKE UP! WAKE UP!"

"ARGHH!" Dengan kasar Ying mengambil ponsel genggam yang berada di meja kecil dekat tempat tidurnya, lalu mematikan alarm tersebut. "Ganggu orang tidur aja." Omel Ying pada benda kecil tak bersalah tersebut. Ia melihat jam yang tertera di layar. Jam 5.10. Ah.. masih 5.10, 5 menit lagi aku akan bangun. Ia kembali memejamkan mata, menikmati tidurnya kembali dengan damai.

*5 menit kemudian*

...

*15 menit*

..

*40 menit*

"Hoamm.." Ying menguap lebar, sambil merengganggkan badannya. Dengan mata masih dalam keadaan sayu-sayu, ia segera mengambil ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur, dan melihat jam yang tertera di layar. Jam 5.50. HAH?!.Ying mencoba mengucek matanya kembali, dan kembali membaca jam yang tertera, siapa tahu mungkin ia salah lihat. Jam 5.50. Ahh.. nggak mungkin nih! Ngaco jam nya! Ying pun menepuk-nepuk pipinya dan melebarkan matanya semaksimal mungkin. J A M 5.51. WADUHH?!. Ying kaget lalu menepuk jidat. MATI AKU?!. Dengan super panik ia, turun dari tempat tidurnya, menyaut handuk yang tergantung di belakang pintu dan bergegas mandi. Tidak butuh waktu lama, Ying sudah siap dengan seragam SMA nya lengkap, lalu bergegas mengunci rumah, dan mengayuh sepedanya ke sekolah.

Selama perjalanan, Ying terus menerus bolak-balik melihat ke arah jam tanggannya dan menatap ke arah jalanan. Kakinya terus mengayuh sepeda dengan cepat, menyalip beberapa kendaraan yang masih terjebak kemacetan di jalan utama. Sesampainya di depan gerbang pintu sekolah. Ying turun dengan tergesa- gesa, menjatuhkan sepedanya asal dan berlari ke arah gerbang pintu sekolah yang sudah tertutup. SIAL!. Ying melongokkan kepala sambil mecari-cari penjaga sekolah dengan perasaan panik. Kalau aku sampai ketahuan sama Mama Zola, Bisa mati aku..Duh, gimana nihh?!. Ying masih dalam kekalutannya, ketika seseorang dari dalam sekolah memanggil.

"YING!"

Deg!

Mati aku!

Dengan perlahan Ying menolehkan kepalanya ke arah kanan, lalu memperlihatkan cengiran lebar. "Hehehe.. Selamat pagi Mama Zola? Apa kabar?"

"Kamu ya, jam segini baru datang, mau jadi apa kamu?! Murid baru sudah cari masalah! Omel Mama Zola, lalu memuntir telingaku sampai merah. "Aduh..aduhh" aku mengerang kesakitan. Mama Zola membawa aku ke tengah lapangan dan menyuruh ku untuk menyirami semua tanaman yang ada. Hah! Yang benar saja! Bisa-bisa aku mati terkapar disini! Mau tidak mau, aku tetap melakukan apa yang Mama Zola suruh. Mengambil ember, mengisi air, dan membawanya ke tengah lapangan untuk menyirami satu per satu. Masalahnya tanaman di sini ada puluhan, dan itu artinya aku akan bolak balik puluhan kali dari kamar mandi ke tengah lapangan.

Tapi nggak papa deh, lebih baik begitu daripada berjemur di tengah lapangan seharian sampai pulang sekolah. Semakin cepat aku menyirami semuanya, semakin cepat pula aku akan terbebas dari hukuman ini. Oke Ying, fighting!.Tanaman ke-1 sampai ke-20, aku masih kuat, tetapi tanaman selanjutnya aku mulai kelelahan, dan aku pun beristirahat sejenak di bawah pohon yang teduh. "Aduhh.. capeknya" keluhku sambil duduk bersandar pada pohon.

"Sudah berapa tanaman?" Tiba-tiba sebuah pertanyaan yang entah dari mana muncul membuatku kaget. Aku menoleh ke kanan, ke kiri tetapi tidak ada siapa-siapa. Jangan-jangan hantu. Karena penasaran aku tetap mencari dimana sumber suara tersebut berasal. Tanpa sengaja aku menengadahkan kepalaku ke atas, dan melihat Kak Fang dengan posisi santai sedang duduk di salah satu cabang pohon.

Menyadari aku sudah bisa menemukannya, ia menoleh padaku, tersenyum tipis, dan memanjat turun dari pohon. Aku masih dalam keadaan bingung, bertanya-tanya kenapa dia bisa duduk di atas pohon dengan santainya, sedangkan ini waktunya jam pelajaran. "Hei.. " Ia melambaikan tangan padaku. Akupun sedikit tersentak dan menatapnya kikuk.

"Kau terlihat lelah sekali, biar kubantu." Ia mengambil ember yang tergeletak begitu saja di tanah dan berjalan ke arah kamar mandi. Mulutku menganga lebar, melihat tindakan Kak Fang yang menurutku tidak wajar. Tidak biasanya kan orang membantu tiba-tiba pada orang yang tidak dekat sama sekali bahkan tidak kenal. Akupun bergegas lari menghampirinya yang berada di kamar mandi cowok. "Kak.. tidak perlu repot-repot membantu, aku yang menjalani hukuman, sudah seharusnya aku yang menyirami tanaman-tanaman tersebut, bukan kakak." jawabku sedikit berteriak akibat suara air keran yang keras dari dalam.

Tak lama kemudian ia keluar, membawa ember penuh berisi air. "Tidak apa-apa.. kau terlihat lelah sekali, makanya aku membantumu, kalau kau sampai pingsan seperti upacara kemarin gimana?" Tanyanya sambil tersenyum tipis dan berjalan mendahuluiku. Aku pun menggigit bibirku, karena merasa tidak enak, aku pun ikut mengambil ember lagi di dalam kamar mandi, mengisinya dan menyusul Kak Fang yang sudah berjalan jauh.

Pada akhirnya, hukuman itu diselesaikan berdua. Kak Fang dan aku menyiram tanaman-tanaman tersebut bersama-sama sambil mengobrol dan tertawa. "Kak, kok kakak bisa duduk santai-santai di atas pohon, nggak takut ketahuan guru?" Tanyaku dengan nada polos. "Papa Zola lagi ada urusan rapat, makanya dia ninggalin kelas dan cuman ngasih tugas buat dikumpulin. Karena aku sudah selesai ngerjain tugasnya, makanya aku duduk di atas pohon, cari angin, soalnya bosen di kelas." jelasnya sambil tersenyum manis.

Sejak saat itu, Aku dan Kak Fang selalu bersama-sama, kedekatan kami seperti dua orang yang sedang merajut asmara. Aku dan Kak Fang selalu makan bersama di kantin, belajar bersama bahkan setiap kali pulang sekolah, Kak Fang selalu menunggu aku di parkiran hanya untuk mengantarku pulang. Semua perhatian yang Kak Fang berikan tampak indah di mataku, semuanya tampak sempurna hingga hari itu datang dan mengacaukan segala memori dan rasa yang telah dibangun bersama. Hari itu benar-benar seperti mimpi buruk, tidak ada lagi kepura-puraan yang terjadi karena semua fakta akan muncul. Rasanya saat itu aku tidak ingin mengetahui kebenaran tersebut, aku tidak ingin terbangun dari mimpi indahku, dan aku tidak ingin berhadapan dengan kenyataan yang pahit, aku ingin berlari.. berlari.. terus berlari sejauh-jauhnya menghindari kebenaran..

/

Flashback (Jumat, 12 September 2016 Pk 13.50)

"Mana nih, Kak Fang kok belum muncul juga.. padahal kan biasanya udah nongol duluan di sini, tumben." Gumam Ying sambil melirik jam tangan mungil yang melingkar di pergelangan tangan. "Ah.. mungkin Kak Fang lagi sibuk bikin tugas kali, gimana kalau ikut pulang bareng aku aja?" Tawar Yaya yang sedari tadi ikut menunggu. "Nggak papa Yaya, biar kutunggu di sini saja, tidak enak pada Kak Fang." sahut Ying sambil memunculkan senyum termanisnya untuk meyakinkan sahabatnya yang suka khawatir. Awalnya, Yaya menatapnya dengan tidak yakin, selang beberapa menit Ia memutuskan untuk pulang. "Ying, aku pulang dulu deh.. takutnya dicari mamaku. " "Okee, see you tomorrow." Ying melambaikan tangannya lalu bergegas pergi mencari Kak Fang yang tak kunjung muncul juga. Ia menaiki tangga menuju ke lantai 2, dan berusaha untuk mencari Kak Fang. Karena Ia tidak mengetahui kelas Kak Fang, Ia mencari satu-persatu tiap kelasnya, berjalan dari kelas yang satu ke lainnya hingga matanya menangkap dua orang sosok yang duduk di atas meja membelakangi pandangan Ying. Ying melihat label yang tertera di atas pintu kelas. XI MIPA-5. Ohh.. jadi ini ruang kelasnya. Matanya kini kembali pada 2 orang sosok laki-laki.

Dari gestur tubuhnya yang sedang berbicara, Ying tahu itu Kak Fang. Ia bergegas berjalan memasuki kelas, tetapi sesaat sebelum memasukinya, samar-samar Ia mendengar bahwa namanya terus menerus disebut. Karena penasaran, akhirnya Ying bersembunyi di balik pintu untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

"Gimana progesnya? berhasil nggak?" Tanya cowok yang bertopi miring. "Jangan remehkan gue soal beginian, ini sih kecil." Jawab Fang sambil terkekeh. "Inget bro, hari ini sudah hari ke-8, dan lo sama sekali belum ada tindakan." Jawab sahabatnya itu sambil tersenyum menantang. "Gue yakin sih lo nggak bisa bikin Ying takluk besok." Timpal sahabatnya lagi. "Nggak usah khawatir gitu man, lo tahu kan status gue di sekolah ini, gue punya seribu cara jitu buat naklukin cewek. Kan lo tahu gue pakarnya." Balas Fang menatap sahabatnya yang tak yakin itu. "Oke deh kalau lo yakin lo bisa, kita lihat aja besok, tapi lo masih inget kan taruhannya, kalau lo kalah lo bakal beliin gue topi yang harganya 10 juta itu." Balas sahabatnya menatap Fang yang tersenyum meremehkan. "Oke bro, we'll see tomorrow." Jawab Fang diikuti gerakan turun dari meja dan melengos meninggalkan sahabatnya itu.

APA?! Jadi selama ini Kak Fang cuman jadiin aku barang taruhan. Aku nggak nyangka Kak Fang ternyata sejahat itu, aku kira selama ini kedekatan kita begitu berarti tetapi ternyata enggak sama sekali. Ying hendak pergi dari tempat itu dengan mata berkaca-kaca sebelum Fang memanggilnya. "YING!" panggil Fang yang berada di belakangnya. Tetapi Ying tetap berjalan tidak menghiraukan, hatinya terlalu sakit untuk sekedar menatap cowok itu. Tiba-tiba saja tangannya dicekal dari belakang, membuat badannya kini berbalik dan tangisnya merebak. "Aku sama sekali nggak nyangka Kak, Aku kira Kakak tulus, tetapi ternyata hanya berpura-pura." Ying tersenyum pahit. "Lepasin tangan aku Kak, karena mulai hari ini .. AKU BENCI BANGET SAMA KAKAK." Ying berteriak dan mecoba melepaskan genggaman tangan Fang yang kuat. Fang hanya mematung diam, tak berkutik, hanya menatap Ying dan menarik genggamannya, hingga tubuh Ying kini jatuh dalam pelukannya. "Aku nggak bermaksud Ying, ini bukan seperti yang kamu pikirin..." "Nggak Kak, aku sudah terlanjur kecewa.. " Ying tiba-tiba mendorong tubuh Fang keras, dan berlari menuruni anak tangga dengan tangis dan kekecewaan yang semakin menjadi.

.

.

.

.


Gimana ceritanya?

Semoga kalian enjoy membacanya :)

Niat awalnya waktu nulis ini pingin di buat one shoot aja tapi waktu sampai di tengah-tengah nulis aku jadi bingung sendiri buat njadiin cerita ini one shoot atau bersambung, gimana menurut kalian? wkwk

Mohon maaf ya kalau banyak typo(s) , maklumin aja karena masih belajar

Dan.. mohon reviewnya jika berkenan .. *hehehe*

Salam .. *author*