Heavenly Love
.
.
.
MARKHYUCK FANFICTION!
Dont like? Dont Read!
.
.
.
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Rate : T
ENJOY IT!
.
.
.
"Tunggu Chan!"
"Kau sungguh sangat jahat-"
"CHAN AWAS!!!"
"Minhyungie...
Putih.. Semua yang dapat pemuda ini lihat hanyalah putih. Matanya yang entah kenapa terasa berat berusaha memfokuskan pandangan untuk mengenali sekelilingnya.
"Sudah bangun?" terkaget, pemuda bernama asli Lee Donghyuck atau akrab disapa Haechan ini pun langsung menegok ke arah depan dan berusaha duduk.
"Auch!" ringisnya pelan. "Jangan dipaksa" sahut pemuda tadi dan membantunya duduk. Haechan pun memfokuskan pandangannya pada pemuda yang membantunya ini "Siapa kau?" kata itulah yang mampu Haechan keluarkan dari bibirnya yang masih kelu.
"Aku?" tertawa kecil pemuda itu balik bertanya sebelum menjawab dengan santainya. "Aku malaikat dan namaku Chenle" senyumnya cerah.
35%
Oh.. Malaikat... pantas saja bersayap putih.
55%
Bukannya Malaikat ada disaat kita sudah mati ya?
75%
Sebentar...
100%
"AKU SUDAH MATI?!" teriaknya tak santai yang membuat Malaikat Chenle menutup telinganya. "YA KAU SUDAH MATI PABBO DAN TIDAK USAH BERTERIAK KARENA TELINGAKU MASIH BERFUNGSI DENGAN BAIK!" balas Malaikat Chenle tak mau kalah. "TERUS KENAPA KAU IKUTAN TERIAK?"
Malaikat Chenle pun menghela nafasnya dalam dalam. "Begini.. siapa namamu tadi? Haechan, iya.. Haechan atau Lee Donghyuck. Kamu sudah meninggal, tidak ingat? Kamu meninggal karena kecelakaan tertabrak mobil dan meninggal saat dilarikan ke rumah sakit. Tugasku adalah membawamu ke surga-"
"Tapi.. tapi.. Kak Johnny? Minhyungie? Iya Minhyungie bagaimana? Mark ku? Ia pasti sedih sekali Chenle.. atau ia menangis sekarang. Ya. Minhyungie pasti sedang menangis sekarang. Chenle, aku tidak bisa pergi dan tidak ingin pergi ke surga!" ujar Haechan panik memikirkan Lee Minhyung kekasihnya. Chenle pun tampak berfikir sedikit keras.
"Baiklah baik, begini saja.. aku juga butuh menumbuhkan sayapmu dan sayapmu dapat tumbuh jika segala urusanmu di dunia telah selesai tanpa ada penyesalan. Jadi kita buat Mark/Minhyungie mu itu merelakan kepergianmu dan setelahnya kau harus ikut denganku menuju surga. Bagaimana? Tenang saja.. akan kubantu. Atau.. mau ke neraka saja?" sahut Chenle sembari tersenyum yang membuat Haechan bergidik juga mendengar kata neraka.
"Fine. Tanggal berapa sekarang Chenle?" Chenle pun mengernyit "sekarang? Tanggal 20 Desember. Kenapa memangnya?" Haechan pun melotot kaget "20 Desember?! Sekarang festival sekolah!! Ayo kesana dulu Le, setelahnya baru ke rumah Mark karena kuyakin ia takkan datang karena masih menangisi ku!" ujar Haechan semangat dan menarik tangan si Malaikat tak santai.
.
.
.
Festival sekolah ramai diisi oleh anak anak yang mempromosikan barang barang hingga makanan ringan maupun berat ataupun minuman yang mereka perjual belikan kepada anak anak lain yang tidak berjualan.
Haechan tersenyum melihat semuanya..
Ia mengenang masa masa sekolahnya yang kini terpaksa berakhir, sejujurnya Haechan bukanlah anak yang terkenal atau famous seperti Mark Lee kekasihnya.
Ah, mengingat Mark..
Bisa mendapatkan Mark sebagai kekasihnya pun sudah seperti mimpi baginya, Walaupun selama berpacaran Mark jarang menunjukkan sikap hangatnya pada Haechan tapi Haechan tau.. bahwa Mark sungguh menyayanginya. Buktinya Mark rela memasang sebuah telepon rumah dikamarnya agar Haechan dapat menelponnya karena ia tidak memiliki handphone. Meskipun Mark tidak pernah menelponnya, bagi Haechan, Mark mau mengangkat telponnya walaupun itu tengah malam sekalipun sudah membuktikan cintanya pada Haechan.
"Kau mau kemana Haechan?" sahut Chenle merusak nostalgia Haechan akan Mark. Pemuda dengan surai marun itupun menoleh "Ke kelas ku!" sahutnya riang.
Sepertinya acara pergi ke kelas dirinya sendiri merupakan hal yang paling disesali pemuda manis dengan kulit sedikit tan ini. Bagaimana tidak? Dihadapannya duduk seorang Lee Minhyung atau akrab disapa Mark ini dikelilingi teman teman kelasnya. Mereka tertawa dengan lepasnya seakan tidak ada beban. Haechan hanya mampu termenung.
"Mark..."
"Yo! Mark! Giliranmu sekarang! Dare oke?" suara pemuda dengan surai highlight hijau yang Haechan ketahui bernama Jeno membuat Haechan menoleh. Mark hanya mengangguk saja sebagai jawaban.
"Cium Jaemin. Di bibirnya!" seringai Renjun. Teman teman Mark pun bersorak dan Jaemin hanya tersenyum malu-malu dengan pipi yang merona parah. Perlahan Mark pun mendekatkan bibirnya ke arah Jaemin dan diikuti oleh pemuda manis tersebut.
5cm..Jangan Mark..2cm..Mark.. kenapa?1cm..Mark.. Hentikan Mark..
Dan akhirnya kedua bibir itupun menyatu dengan Mark yang melumatnya perlahan. Detik itu pula, Haechan merasa hatinya tertusuk sangat dalam di iringi sorakan teman-teman Mark.
Haechan pun pergi dengan air matanya yang terus menetes tanpa dapat dihentikan. Sepeninggal Haechan, Mark langsung menyudahi ciuman tersebut dan meminta izin ke toilet dengan alasan kebelet. Chenle masih disana, mengikuti Mark, melihat semuanya dan ia pun melihat bagaimana Mark mencuci mulutnya berkali-kali dengan sangat kasar.
.
.
.
TBC
.
A/N : my another fict.. maafkan writer yang post fict begini padahal tau cara menulis masih abal abal bahkan alurnya masih begini. masih belajar begini. oke, banyak kata 'begini' maafkan.
first MarkHyuck dan... bagaimana tanggapan kalian readernim?
