CAPTAIN TSUBASA : YOICHI TAKAHASHI

Mimpi dan Harapan : 0ZORA HARUKA (R-OH)

Chapter : 1

.

.

.

Matamu mengerjap berkali-kali begitu kau terbangun dari tidurmu. Tangan mu meraih jam Digital yang ada di meja samping tempat tidur. Mematikan alaramnya yang sejak tadi membuat kegaduhan.

Dahimu mengerut saat menatap deretan angka-angka yang ada di jam itu.

Apa kau bangun kesiangan ? Ah kurasa bukan, karna matamu tertuju pada angka yang menunjukan tanggal dari pada jam. 21-8-xxxx.

'Tanggal itu...'

Kau terdiam cukup lama dengan ekspresi wajah yang sulit di artikan.

"Haaaah~" kau menghela napas panjang.

"Mungkin rusak." lanjutmu sambil menaruh jam itu lagi di meja dan beranjak ke kamar mandi.

Lagi-lagi kau mengerutkan dahimu. Kali ini matamu menatap bingung sederet angka yang ada di phonsel mu. 21/08/xxx.

Kau mengangkat bahumu mencoba tak perduli, "Pasti aku salah mengaturnya kemarin."

.

.

.

Ini sudah ke tiga kalinya kau mengerutkan dahimu saat mendapati tanggal hari ini. Kali ini koran pagi yang sedang di baca Ayahmu di meja makan. 21/08/xxxx.

Logikamu bisa menerima saat jam dan phonselmu menunjukan tanggal yang menurutmu salah. Karna kau yakin itu pasti rusak atau kau salah mengaturnya.

Tapi kali ini Koran pagi Ayah mu. Tidak mungkin 'kan orang-orang percetakan salah menulis tanggal atau Ayahmu yang sengaja membaca ulang Koran tahun lalu.

Tapi tanggal, bulan dan tahun itu, menunjukan hari yang paling ingin kau lupakan. Hari yang awalnya begitu menyenangkan namun berubah jadi petaka. Seberapa keras pun kau mencoba melupakanya namun semuanya kembali hadir dalam mimpi dan ingatan mu. Kau...

"Musim panas akan segera berakhir ya!?"

"Eh?" kau tersentak dari lamunan mu saat mendengar ucapan Ibumu. Kau merasa Deja vu.

"Iya!" Ayahmu menanggapi, "Dan katanya di taman dekat sungai pinggir kota akan mengadakan Festival Hanabi lagi..."

Dengan reflek kau memandang kedua orang tua mu. Kedua matamu terbelalak seolah tak percaya.

Deja vu ! Yah kau pernah mengalami semua itu. Percakapan pagi hari yg di lakukan orang tua mu menjelang akhir musim panas tahun lalu. Tapi kenapa terulang lagi? Bukankah kau sudah melewati semuanya.

.

.

Seberapa keras pun kau menyangkalnya dan berpikir ini tak mungkin terjadi. Namun semuanya telah terjadi. Ini nyata, kau mengulang hari-hari yang telah kau lalui. Tapi kenapa? Harusnya sekarang ini sudah pertengahan musim dingin, bukan akhir musim panas.

Apa kau hanya sedang bermimpi ? Yah ini pasti mimpi. Karna itu sekarang kau mulai menepuk-nepuk kedua pipimu lalu mencubitnya. Berharap kau bangun dari mimpi aneh ini. Tapi-

"Aduh!" kau merintih kesakitan, "Bukan mimpi ya!"

Kau merasakan sakit, itu artinya kau sedang tak bermimpi.

Kau kembali berjalan dalam diam. Memikirkan kembali semua yang kau alami sejak kau membuka matamu pagi ini.

"Kau kenapa Manajer ? Tidak di beri uang saku oleh Ibumu sampai kau mengharapkan ada uang yang jatuh di tanah hahaha."

Empat sudut siku-siku mulai terlihat di dahimu setelah kau mendengar ucapan yang menjengkelkan dari orang yang mungkin berada beberapa langkan lagi di depan mu. Kedua tanganmu mengepal saat suara tawa mulai bermunculan di sekitarmu.

Kau mengumpat, bersumpah akan menghajar orang yang sudah kau tahu dari suaranya adalah si botak yang bernama Ishizaki.

"A-" baru saja kau mengangkat kepala dan akan meneriakan sumpah serapahmu. Namun suaramu seakan tercekat di tenggorokan.

Ishizaki ternyata tak sendirian disana. Dia bersama beberapa Siswa lain dan kebetulan matamu bertemu pandang dengan manik hitam Pemuda yang ada di sebelah Ishizaki.

Mustahil! Adalah sebuah kata yang pasti akan muncul di benakmu saat melihat pemuda bermanik hitam malam itu.

Tanpa perintah, air matamu jatuh dengan sendirinya membentuk aliran sungai kecil di pipimu.

"Lho, hei kenapa kau menangis."

Pemuda itu dan orang-orang yang ada di sekitarnya mulai cemas melihatmu yang tiba-tiba menangis.

"Jangan bilang kau benar-benar tak di beri uang saku. Aduh maaf-maaf, aku tadi hanya bercanda." tanpa tahu situasi yang sedang kau alami, Ishizaki kembali membual.

"Sanae?" kau mendengar Pemuda itu memanggil namamu.

Namun kemudian semuanya menjadi buram.

"Tsu-ba-sa~" dan perlahan menjadi gelap.

.

.

Bagai slide kaleidoskop yang berputar silih berganti menampilkan semua kejadian yang telah kau alami. Berawal dari Tsubasa yang membelikan mu gelang yang kata paman penjualnya bilang bisa mengabulkan ke inginanmu.

Kembang api yang menghiasi langit di malam saat festival musim panas. Lalu berganti menjadi tragedi berdarah dan hari-hari yang kau lalui dengan terus menerus menangis dan datang kerumah sakit. Dan... kembang api di malam tahun baru.

Saat itu kau berdiri di pinggir sungai sendirian. Kedua tanganmu mengatup dengan gelang yang terselip di tengah-tengah. Matamu terpejam dan kau berdo'a. Entah apa yang kau pinta saat itu, kau tak bisa mengingatnya.

Semuanya kembali menjadi gelap dan kau melihat sosok Tsubasa yang terlihat begitu lemah. Darah segar mengalir dari kepalanya mengotori wajah rupawanya. Wajahnya menyiratkan ia tengah menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Namun ia tersenyum padamu! Mulutnya mulai bergerak merangkai sebuah kata untukmu.

Tapi tak ada satupun kata yang terdengar oleh indra pendengarmu.

"Apa? Apa yang kau katakan, Tsubasa?"

Dan entah kenapa rasa sesak memenuhi rongga dadamu.

Lalu perlahan sosok nyapun mulai menghilang.

.

.

Kau duduk termenung di bangku mu. Matamu menatap lurus pemandangan di luar jendela. Tadi kau pingsan dan begitu sadar kau berada di ruang kesehatan yang hanya di temani oleh Tsubasa. Tanpa sadar kau langsung memeluknya dan menangis. Tanpa kau duga pula Tsubasa balik memelukmu erat. Mungkin dia mengira kau baru saja mimpi buruk.

Hal yang di ucapkan Tsubasa saat itu, kenapa? Kenapa aku tak bisa mengingatnya. Dan kenapa rasanya begitu menyakitkan! Pertanyaan itu terus berputar dikepalamu. Kau semakin bingung dengan semua yang terjadi.

Begitu jam istirahat kau mendengar gosip bodoh yang membuatmu ingin menghajar orang yang telah menyebarkannya dan kau berhasil. Ishizaki mendapati lebam di wajahnya akibat pukulan mu.

"Sanae pingsan karna tidak diberi uang saku oleh ibunya." begitulah kira-kira jawaban Ishizaki setiap kali teman-temanya menanyatan prihal pingsanya Sanae tadi pagi.

Kau hanya menyungingkan senyum saat melihat Tsubasa yang tertawa bersama temannya lantaran melihat wajah lebam Ishizaki.

"Kami-sama, kumohon, aku sangat mencintainya..." tiba-tiba kau mendengar suara yang samar-samar.

.

.

TBC

Ah,lagi-lagi aku buat cerita gak jelas. tapi biarlah saya cuma mau ngeramein fandom Capten Tsubasa bahasa indo yang seeepiiii. yang posisinya lagi kejar-kejaran sama anime lain. ah liat-liat posisiny di bawah lagiiiiiii doushite? Doushite? /abaikan