Suasana diruang tamu terasa panas, berasal dari ketegangan yang didapat dari seorang pemuda dan pria paruh baya saling melempar tatapan sengit. sementara wanita yang merupakan istri pria tersebut juga ikut membujuk untuk menyerah pada mimpinya yang salah dari aturan dikeluarganya.
"Sasuke-kun, lebih baik kau menurut kata ayahmu. Kau memang tidak coco-" pemuda tersebut langsung memotong perkataanya.
"Diamlah, Naori. Kau tidak berhak mengatur hidupku, Kau disini hanya pengganti ibuku." Ucapnya dingin keluar dari mulutnya membentuk seringai sinis.
"Sasuke!" Suara ayahnya meninggi setelah anaknya mencoba mencibir istrinya. Pemuda itu berdecih kesal.
Tanpa ingin membuat suasana hatinya bertambah buruk, ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan kearah pintu keluar meninggalkan ayah dan ibu tirinya.
"Kau mau kemana? Pembicaraan kita belum selesai!" cegah sang ayah mulai geram dengan kelakuan anak bungsunya.
Sasuke yang telah mencapai ambang pintu utama terhenti, dia berucap tanpa membalik badan atau menolehkan kepalanya pada ayahnya, "Ku rasa pembicaraan ini selesai, dan aku tetap pada pendirianku. Urusi saja perusahaanmu sendiri," dalihnya.
"Sasuke!"
'Blam!'
Dia benar-benar tidak ingin mendengar lagi suara yang memekakkan telinganya. Sasuke segera memanggil Ibuki, menyuruhnya untuk mengambil mobil di dalam garasi. Lalu keluar gerbang dari rumah mewah milik keluarganya tanpa tujuan yang jelas.
O*O
Awan gelap bergerak perlahan menyelimuti langit sore kala itu. Ditambah dengan sapuan angin yang berhembus kencang menandakan hujan akan segera turun. Benar saja, setetes demi setetes air dari langit turun, menyentuh permukaan tanah secara bergantian. Semakin lama, semakin deras. Hingga beberapa orang disekitanya berlarian acak mencari tempat teduh menghindari hujan.
Saat ini, dirinya masih terdiam di tepi danau. Tidak menghiraukan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya. Bahkan rambut raven navy blue miliknya lepek. Ia masih tidak bergeming sedikitpun.
Tiba-tiba saja ribuan air hujan yang menyerangnya berhenti. Tidak, hujannya tidak benar-benar berhenti, tapi menghindarinya.
"Hei."
Mendengar suara perempuan berada dibelakangnya. Ia segera menoleh.
Manik Sasuke menemukan seorang perempuan yang seumuran dirinya sedang menatapnya juga, manik dengan warna hijau teduh menyentuh onyxnya yang kelam. Dia, orang yang melindungi dirinya dari hujan, dengan payung merah marun yang ia pegang.
"Hei," ulangnya lagi yang masih belum menerima balasan dari Sasuke, "Kau harus segera berteduh. Kau akan mati tersambar petir jika masih disini," hirauannya membujuk.
Sasuke mendengus tawa.
Mati, eh?
Ia kemudian berdiri mengahadap wanita yang tingginya hanya mencapai dagunya, membuat gadis itu harus mendongakan kepalanya dan mengangangkat lenganya lebih tinggi.
"Kau, menyebalkan," ucap Sasuke sarkatis, lalu berjalan meninggalkan gadis itu yang masih mematung. Membiarkan hujan menerpa tubuhnya lagi.
"Ehh? Hei! Apa kau tak tau cara mengucap terima kasih?!" omelnya. Namun gagal mendapat balasan darinya yang makin menjauh darinya.
Meski begitu wajahnya tidak menunjukkan adanya kekesalan, ia malah tersenyum.
"Dia tampan."
#*#
TARA~! Yak sesuai namanya, prolog :V dan cerita masih otw.
Terima kasih sudah yang bersedia mampir.
DAN JUGA! Terima kasih yang sudah bersedia membaca 'Arigatou Sakura' :D apa lagi untuk review berserta likenya. Kalian berpengaruh besar memompa kobaran api semangatkuuuu :'*.
Tapi, aku nggak bisa bales soalnya... aku... New user :V masih ga paham seluk beluk FFN wkwkwk/duagh!
Sekali lagi terima kasih banyak *deep bow*.
