"Hufh..." terdengar helaan nafas disalah satu kamar yang ada di dalam sebuah rumah yang cukup mewah. Sehun, yang merupakan gadis yang tadi menghela nafas itu melirik kearah jam dinding doraemon yang ada disudut kamarnya, dia mendungus lagi ketika tahu jam telah menunjukan pukul 9 malam.
"Apa eomma dan appa lembur lagi?" saking bosannya sehun bermonolog sendiri.
Dia kesepian dan bingung harus melakukan apa. Jam home schooling nya sudah selesai satu jam yang lalu. Dia juga tidak bisa mengganggu baekhyun-kakak tirinya- karna gadis itu belum pulang kuliah.
Akhirnya gadis berkulit pucat itu merebahkan dirinya di kasur king sizenya. Matanya hampir terpejam sebelum ia mendengar suara dari luar kamarnya.
"Kami pulaaang" tidak salah lagi, itu pasti suara orangtuanya. Buru-buru sehun turun dari kasurnya dan berlari keluar kamar dengan senyumnya yang melebar.
"eomma! Appa! Kalian sudah pulang?!" teriak sehun dari arah tangga dan di balas oleh senyuman kedua orang tuanya.
Sehun menuruni tangga dengan langkah cepat. Tetapi dipertengahan tangga dia merasa kepalanya pusing, cepat-cepat ia meraih pegangan tangga dan turun dengan perlahan. Dia memijak anak tangga terakhir sambil memegang pelipisnya.
Oh daehyun –eomma tiri sehun- menyadari tingkah aneh anaknya itu sehingga dia mendekati sehun dan memegang pundak sehun dengan wajah khawatir. "sehunna, gwenchana?"
Sebenarnya sehun ingin menjawab, tapi kepalanya terlalu sakit. Dan dia tidak bisa menahannya lagi sehingga sehun ambruk ke lantai.
"SEHUNNAA!" samar-samar sehun dapat mendengar pekikan kedua orang tuanya, lalu semuanya gelap.
"eunghh" lenguhan itu jelas terdengar disalah satu ruangan yang bercat kan putih, dan jangan lupa dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat.
Sehun perlahan membuka matanya, yang pertama dia lihat adalah lagit-langit berwarna putih. Rumah sakit. Ya, tempat ini sudah tidak asing lagi baginya. Mata indahnya melirik kalender yang ada di nakas. 3 hari dia tidak sadarkan diri.
Perlahan sehun mendudukan dirinya. Dia menghela nafas. Dia bertanya dalam hati, kemana appa,eomma dan eonninya. Apa mungkin mereka ada diruang dokter?
Perlahan ia berdiri dari ranjangnya dan berjalan keluar. Koridor rumah sakit terlihat sepi mengingat sekarang sudah jam 10 malam, hanya satu atau dua perawat yang lalu lalang. sehun terus berjalan menuju ruangan dokter yang memeriksanya.
Sehun tersenyum begitu melihat ruangan dokter yang sedikit terbuka, dan dia mendengar suara appanya. Sehun melayangkan tangannya ingi meraih gagang pintu sebelum-
"-umur sehun tidak akan lebih dari satu tahun"
Sehun mematung. Niatnya ingin membuka pintu ruangan itupun kandas.
"kumohon dokter cho, lakukan apa saja agar anakku sembuh. Aku akan membayar berapapun biayanya" itu suara appanya, dan sehun juga mendengar suara isakan. Apakah itu eommanya atau eonninya?
"jika sehun mau menjalankan kemoterapi, maka keadaannya tidak akan separah ini tuan oh!" suara dokter cho kyuhyun –yang juga sahabat appanya- mulai meninggi.
"aku tidak bisa memaksanya, kau tahu kan alasannya?" appanya terdengar frustasi.
"hiks..dokter cho.. hiks adakah jalan lain selain kemoterapi?" sehun tahu itu suara eommanya.
"ada satu jalan lagi-" dokter cho menggantungkan kalimatnya sejenak "-yaitu dengan operasi"
Tuan oh membuang napasnya, lega "baiklah kalau begitu-"
"tapi mengingat kanker sehun yang sudah memasuki stadium akhir, maka kemungkinan keberhasilan dari operasi itu sangat kecil-"
Sehun memutuskan untuk pergi, ia sudah tidak kuat lagi mendengarkan percakapan orang tuanya dengan dokter cho.
Sehun menangis dan berjalan gontai dengan menutup mulutnya berusaha untuk agar tidak mengeluarkan isakan. Dia memutuskan untuk kembali ke ruang inapnya. Sehun berniat membuka pintu sebelum dia mendengar suara-
"Sehunna?!" itu baekhyun, kakak perempuan yang berbeda dua tahun darinya. Perlahan dia mendekati sehun dengan sekeranjang buah ditangan kirinya. Baekhyun tercekat melihat adik yang sangat ia sayangi tengah menangis.
"Sehunna, gwenchana? Ada apa sayang?"
sehun memeluk baekhyun tepat saat gadis itu ada dihadapannya. Sehun menangis sejadi-jadinya di pundak eonninya itu.
Baekhyun ingin bertanya namun ia membatalkan niatnya karna kondisi sehun yang sepertinya sedang kalut, sehingga ia membalas pelukan adiknya dan mengusap pelan punggung sehun berniat untuk menenangkannya setelah menaruh keranjang buah yang ia bawa di lantai.
"sshhh.. jangan menangis dear.. ada apa denganmu heum?" baekhyun bertanya dengan sangat lembut.
Tapi sehun tidak menjawab.
Sudah seminggu sehun keluar dari rumah sakit. Sekarang gadis cantik itu berdiri didepan sebuah pintu coklat yang tak lain adalah pintu dari ruang kerja appanya sambil membawa secangkir teh hangat diatas sebuah nampan.
Mengingat ayahnya yang tidak pergi ke kantor hari ini, dia pikir ini adalah kesempatan bagus untuk membicarakan sebuah rencana yang ada dipikirannya. Dia menggigit bibir bawahnya gugup dan perlahan mengetuk pintu coklat itu.
"masuk" terdengar seruan dari dalam. Sehun mulai melangkah masuk.
Oh donghae tersenyum begitu mengetahui putri saljunya –sebutan donghae untuk sehun- yang ternyata tadi mengetuk pintunya.
Sehun meletakkan nampan yang ia bawa diatas meja kerja donghae lalu memeluk pria paruh baya yang sedang duduk diatas kursi kerjanya itu dari belakang.
"ada apa putri salju menemui sang pangeran tampan ini heum?" donghae pun terkekeh.
"putri salju merindukanmu pangeran, apa pangeran tidak merindukan putri salju?" sehun mempoutkan bibirnya masih dengan memeluk appanya itu.
Donghae terkekeh "tentu saja aku merindukan mu sayang".
Sehun tersenyum menampilkan eyesmilenya.
Donghae memutar kursi kerjanya hingga berhadapan langsung dengan putri bungsunya itu. Perlahan sehun mulai berlutut dan menidurkan kepalanya di kedua paha donghae. Donghae tersenyum dan mengelus rambut anaknya itu.
"Appa, aku ingin sekolah!" ungkapan sehun itu membuat tangan donghae yang sedang mengelus surai kecoklatan anaknya itu berhenti.
"sekolah?" donghae mengerutkan dahinya.
Sehun tiduran dikamarnya, dia mengenang kenangan masa lalu saat dirinya masih TK.
Flashback on
Sehun kecil sedang duduk dikursinya sambil menggambar sesuatu diatas buku tulisnya. Rambutnya di kucir dua ala karakter pucca dengan sebuah pita besar polkadot berwarna pink di tengah-tengah kepalanya.
"hai anak-anak! Kalian mendapatkan teman baru" terdengar seruan ceria dari seorang wanita dewasa yang kini berdiri di depan kelas sehun.
Sontak sehun menghentikan kegiatannya dan menatap kedepan. Dan manik matanya bertemu dengan manik mata seorang anak laki-laki yang berdiri di samping guru sehun. "Jongin, ayo perkenalkan dirimu"
Anak laki-laki itu memutuskan kontak matanya dengan sehun lalu maju selangkah "joneun Kim jongin imnida. Semoga kita berteman baik" jongin tersenyum menampilkan eyesmilenya yang ternyata membuat sehun terpana.
"nah jongin, kamu duduk di samping sehunna ya? Sehunna, angkat tanganmu"
Sehun mengangkat tangannya lalu jongin berjalan kearahnya dan duduk dikursi kosong yang ada disamping kursi sehun.
"Hai jongin! Aku oh thehun" sehun menjulurkan tangannya dan jongin menyambut uluran tangan sehun dengan senang hati
"hai thehun! Aku akan menjadi sahabatmu!"
"bukan thehun! Tapi thehun (sehun)" sehun cemberut dengan menggembungkan kedua pipinya.
"thehun?" jongin memasang wajah polosnya, dalam hati dia terkikik karna telah mengerjai sehun. Ya, jongin tahu nama anak lucu tapi cadel yang ada disamping nya itu sehun bukan thehun.
"YA! Bukan thehun, tapi THE-HUN (se-hun)" sehun mempotkan bibirnya lucu
"thehun?"
"pake 'eth'! THE-HUN! (se-hun)"
"thehun?"
"YA! Thehun (sehun). Aiithh jinja"
"Thehun?"
"Thehun (sehun)!"
"Thehun?"
"ich thudahlah terthelah kau thaja" sehun memalingkan wajahnya dan menyerah sementara jongin terkikik pelan.
Tapi tiba-tiba sehun menoleh lagi kearah jongin "hei jongin, mengapa kulitmu hitam? Apa kau terlalu lama berjemur dipantai? Atau kau terlalu lama tiduran di aspal? (?) Bolehkah aku memanggilmu kkamjongie?"
Pertanyaan beruntun sehun membuat jongin memasang tampang malas.
Flashback off
Deringan ponsel sehun membuyarkan lamunan tentang masa lalunya itu.
"yeobosseo" sehun mengangkat panggilan telpon yang ternyata dari bawahan ayahnya itu.
"..."
"kau sudah memastikan dia bersekolah disitu?"
"..."
Sehun tersenyum lebar "benarkah? Terima kasih ahjussi, kau yang terbaik!" sehun memutuskan sambungan telepon itu dan mulai memejamkan matanya dengan senyuman diwajahnya.
"Aku akan menemukanmu... Kkamjongie"
Hari yang sehun tunggu pun tiba. Dia berdiri di depan gerbang kyunghee High school.
Banyak murid lalu lalang digerbang itu dengan ekspresi macam-macam. Dominan dari mereka memasang wajah lesu. Ya karna mengingat ini hari pertama dari semester baru. Tapi sehun tetap memasang wajah ceria.
Sehun mulai melangkah masuk melewati gerbang setelah melambai pada orang tuanya. Sepanjang jalan Banyak yang melihat sehun dengan tatapan aneh, bahkan ada yang terkikik. Sehun mengerutkan dahinya. Apa yang salah dengan dirinya?
Dia meneliti dirinya dari atas sampai bawah. dia memakai sepatu hitam, rok diatas lutut, seragam yang ngepas dan rambutnya yang dikuncir dua ala karakter pucca dengan pita jumbo berwarna pink polkadot.
Mengapa dia menata rambutnya seperti itu? Itu karna dia berharap jika dia bertemu jongin, jongin akan dengan mudah mengenalinya. Karna sewaktu mereka TK, rambut sehun selalu di tata seperti itu oleh eommanya.
Dia menggedikan bahunya acuh. Apa yang aneh dengannya? Begitulah pikirannya. Hey sehun, rambutmu lucu!
Sehun meruntuki dirinya. Sudah dua keliling sehun mengelilingi sekolah barunya guna menemukan kantor kepala sekolah, tapi tidak kunjung ketemu. Setiap ia mau bertanya pada murid lain, pasti sehun akan ditertawakan dan itu membuatnya kesal.
Seperti tadi saat ia bertanya kepada siswa yang mempunyai tinggi yang tidak normal, rambut yang disisir rapi, dengan giginya yang memakai behel sehingga dia susah menutup mulutnya, dan jangan lupakan pakaiannya yang seperti murid tahun 70-an. Yah kemeja yang dikancing sampai kerah dan celana yang diatas pusar.
Tower, begitulah sehun memanggilnya.
Si tower itu menertawakan sehun saat sehun bertanya. Bahkan ia berkata sehun salah sekolah, seharusnya Sehun masuk ke TK yang tidak jauh dari Kyunghee high school. Sehun kesal dan menginjak kaki si tower yang sedang terbahak itu. Sehun mengambil langkah seribu sambil berteriak 'RASAKAN' dan meninggalkan si tower yang berteriak kesakitan.
Dengan tenaga yang tersisa sehun naik kelantai dua, ya siapa tahu ruang kepala sekolah berada dilantai dua.
dan dia bertemu dengan tiga orang yeoja. Seorang yeoja bermata panda, disampingnya ada dua orang yeoja. Sehun memutuskan untuk bertanya pada mereka. Tidak perduli jika ia ditertawakan yang penting dia sampai ke kantor kepala sekolah.
"chogiyo"
"ne?" si yeoja bermata panda itu menjawab dengan ramah sementara dua yeoja yang lainnya menahan tawa.
"apa kau tahu kantor kepala sekolah?"
"kantor kepala sekolah ada dibawah dekat tangga, apa kau tidak melihat plangnya?"
Sehun menggeleng. Pasti karna sudah terlalu kelelahan sehingga matanya tak melihat plang yang bertuliskan 'kantor kepala sekolah' saat ia menuju tangga.
"mau kuantar?" yeoja panda itu tersenyum ramah.
"tidak usah, lagi pula sepertinya jam pelajaran akan segera dimulai" sehun tersenyum ramah.
"ah baiklah. kalau begitu kami pergi dulu ya?" yeoja panda itu tersenyum ramah lalu menyikut kedua temannya yang masih menahan tawa.
.
.
.
Sehun sudah sangat lelah, dia buru-buru menuruni tangga. Tapi saat dipertengahan anak tangga dia tidak sengaja menabrak orang.
"Maaf" sehun membungkukan badannya.
"ne gwencha- HEI! KAU YANG TADI MENGINJAK KAKI KU KAN?"
.
.
.
TBC
Halooo.. saya author baru.
ini fff pertama saya. pasti gaje ya? tolong dimaklumi ya^^.
kalau ada yang review saya akan melanjutkan ff gaje ini. so..
Review?
