A/n : Setelah berkutat selama berhari-hari dengan lembar kerja dan rapat, akhirnya Author bisa juga membuat Fict baru lagi. Kalau sekarang, tentang apa nih? Padahal pas Author nulis bagian ini konsepnya belum ada, loh (Readers: BEEEUHHH!). Tapi kalau bagus tarik kata-katamu barusan! Terakhir, enjoy aja Fict ini dan review di akhir! Ketemu lagi di next Chap!
Title : Illegal Documentation
Summary: The Illegal Documents coming out by a name "Seafts" and make people in the town in chaos and danger, because the documents are forbiddden and containing some forbidden spells too. Who was made those trouble?
Rating : T
Genre : Fantasy, Mystery, Messaging-based, Sociology-based
Warning: OC, Seperti biasa Racchi's POV, and more…
Rune Factory 4 (Developer)
Racchi Dolgatari Present
"Illegal Documentation"
News I. Out Comes of Seafts
"Kita nggak pernah baca buku atau apapun lagi semenjak semua buku di sini udah habis dibaca." Kata Zone yang masih berkutat depan meja dekat rak buku.
"Ya ampun, aku aja belum pernah selesai baca buku ini!" Kataku masih asyik membaca Ensiklopedia super tebal 2.500 lembar… (Pico: Gila! Itu Ensiklopedia atau imajinasi?!)
"Ya, tapi aku kan sudah, dan mau yang lain lagi…" Kata Zone lesu. Memang, kebutuhan manusia nggak ada batasnya.
"Kenapa nggak main ke rumah Kiel… Di sana banyak banget bukunya, kan?" Kataku memberi rekomendasi yang… Salah.
"Itu juga udah aku baca semua… Racchi-san…" Jawab Zone flat.
"Widih." Kataku nggak tahu harus ngerespon apa lagi.
"Aku jalan keluar, ya." Kata Zone.
"Ngapain? Ke Sharance?" Tanyaku sambil menyimpan buku itu ke atas rak lemari. Ke atas? Ya, ke atas.
"Yup."
"Okey, hati-hati ya." Kataku sambil keluar menuju dunia luar. Rean dan Reva, juga Zero nggak ada di sini, jadi males, kan.
"Ah, Racchi-san!" Kata Reva mendadak baru datang ke rumah.
"Huh? Dari mana?"
"Beli makanan, biasa."
"Hmmm… Masak apa hari ini?" Kataku mengikuti iklan Roy**.
"Nggak tahu. Maunya apa?"
"Tanya Zero."
"Kenapa harus Zero?"
"Rean pasti bakal minta darah, dan Zone… Ah, Zone juga boleh deh."
"Oke."
"Keluar dulu, ya." Kataku sambil keluar ruangan 'Multidimensi' itu. Keluar rumah… Dan begitu seterusnya. Di luar, pasti nggak ada kerjaan. Mau ketemu Kiel, bosen. Mau ketemu Dolce, dia lagi keluar (dan nggak tahu ke mana). Mau makan, kenyang (MAKAN MULU KERJAANNYA). Akhirnya, aku memutuskan berjalan-jalan saja.
"Eh? Apa ini?" Kataku melihat selembar kertas yang terlihat seperti kertas dari zaman dulu (Zaman Perunggu, lebih tepatnya) dan kulihat isi kertas itu.
"Seafts? Loh…. Bukannya struktur surat kabar seperti ini illegal? Ada gambar aneh… Spell berbahaya pula… Ini surat kabar macam apaan?!" Kataku mengomentari surat kabar itu.
"Ini bahaya juga kalau dibaca isinya, duh, apakah semua orang membaca ini? Aku harus cepat mencegat mereka!" Kataku sambil langsung pergi ke tempat penduduk. Temoat yang paling dekat waktu itu adalah toko bunga.. Jadi kuhampiri saja tempat itu.
"Permisi!" Teriakku.
"Racchi-san! Lama nggak berkunjung, ya." Sambut Amber yang sedang asyik menata bunga.
"Ah, apa kalian mendapat surat kabar 'Seafts?'" Tanyaku agak panik.
"Nggak usah terburu-buru, sini, minum the bareng.." Kata Illuminata santai.
"Nggak usah, makasih. Kita mendapat kasus!"
"KASUS?!" Kata Illuminata excited. Ya, kasus itu memang favoritnya.. Kalau nggak salah sih.
"TROUBLE." Kataku menegeaskan.
"Wah, bagus juga untuk diselidiki. Walaupun ya… Males." Kata Illuminata. Tanpa menunggu, dia langsung aja keluar tanpa ngomong apa-apa lagi.
"Woy, bentar dulu!" Kataku dan Amber berbarengan. Aku langsung lari ke tempat Illuminata, dan Amber hanya bisa diam karena aku terlalu cepat lari. Ditinggalin sendirian. Menerawang.
"Apaan sih, langsung main cabut aja!" Kataku sewot sesampai di tempat Illuminata yang sedang memeriksa koran bernama "Seafts" itu.
"Ih, ini parah bangetlah." Kata Illuminata dengan logat anak alay yang ada di kelas Author.
"Ya, kan? Ada spell-spell yang terlarang, dan juga gambar yang nggak diketahui." Jelasku.
"Hoy, lagi apa kalian di situ?" Teriak Kiel dari kejauhan.
"Ah, Kiel! Sini! Sini!" Sapaku.
"Apa?"
"Sini!"
"APA?"
"SINIIII!" Teriakku frustasi. Entah dia sengaja atau nggak, yang penting dia sudah sembuh dan bisa mendengarku lagi.
"Apaan nih? Seafts? Aku juga nemu ini di depan rumah, lho." Kata Kiel.
"Eh? Di semua rumah juga ada, kalau begitu?" Tanyaku.
"Tahu aja." Jawab Kiel.
"Hmmm… Kamu dan Forte udah baca ini belum?" Tanya Illuminata.
"Forte-oneechan, kali."
"YA ITU DIA JUGA." Kata Illuminata sewot. Lagipula, dia dan Forte itu lebih tua siapa, sih?
"Er… Barangkali sudah."
"Kenapa pake 'barangkali…'" Kataku.
"Aku nggak tahu kalau Forte-Oneechan udah baca atau nggak…"
"Kenapa emang?" Tanya Illuminata dan Kiel bersamaan.
"Ya, soalnya kalau kamu manusia biasa yang baca, ini bakal jadi bahaya." Jelasku.
"Lah? Kok cuma manusia biasa aja efeknya? Terus, kok bisa gitu?" Tanya Kiel lagi.
"Gini, jadi di dalam surat itu ada gambar, struktur, bahasa, spell yang terlarang-"
"Bentar dulu! Apa maksudnya struktur dan penggunaan bahasa yang terlarang?!" Tanya Kiel memotong penjelasanku.
"Bahasanya. Seperti kalimat-kalimat 'hipnotis' begitulah… Berpengaruh besar terhadap otak." Jelasku.
"Nah, kalau baca itu, jadi gimana dong?" Tanya Illuminata kali ini.
"Efeknya nggak parah-parah amat, paling gangguan otak, daydreaming akut, terus kalau penggunaannya berlebihan, bisa pendarahan dan kanker otak." Jelasku.
"GITU KOK 'NGGAK PARAH-PARAH AMAT.'" Teriak Kiel sewot.
"Kayak narkoba aja. Kamu tahu dari mana?" Tanya Illuminata tidak memedulikan cengengesanku.
"Aku pernah baca, spell kayak gini kalau dibaca bisa timbul gangguan otak…"
"Aduh! Gimana dong kalau Forte-oneechan udah baca?!" Kata seseorang panik. Dari bahasanya, udah jelas siapa yang ngomong.
"Ah! Kita periksa dia sekarang!" Kataku dan kami langsung lari secepat ngengat (Betul, ngengat) ke rumah Kiel. Karena Kiel yang boyotnya parah, Kiel langsung ditinggal di tempat. Setibanya di rumah Kiel… Betul aja. Forte lagi megang-megang kepala. Kami semua udah curiga.
"Forte! Kenapa!?" Tanya Illuminata setibanya.
"Ah, kalian rupanya! Uh.. Maaf ya aku belum siap menyambut kalian.. Urgh.." Jawab Forte sambil mengeluh keras.
"Tak apa! Er… Kau kenapa? Sakit kepala?" Lanjut Illuminata.
"Iya… Nggak tahu kenapa, padahal aku baru selesai baca surat kabar ini…" Kata Forte menunjuk ke salah satu surat kabar yang nggak asing lagi bagi aku, Illuminata, dan Kiel. Yang lainnya belum tahu, ya? Kasihan.
"Seafts…" Gumam Illuminata.
"Biar aku baca." Aku pun mengambil dan hampir dicegat oleh Forte.
"Jangan! Nanti kamu bakal sakit kepala akut banget stadium akhir!" Kata Forte yang benar-benar menggunakan kalimat yang efektif.
"Cih, berlebihan amat, sih. Sini, aku mau baca." Kataku tidak peduli. Aku membacanya, dan rupanya ada perbedaan jauh antara Seafts yang kutemukan di jalan dan di rumah Kiel ini…
"Heh? Kok yang tadi tanggalnya beda, ya? Isi suratnya juga beda." Kataku sehabis membaca surat kabar pembawa sial itu.
"Emang, yang tadi tanggalnya berapa? Yang ini tanggal berapa?" Tanya Illuminata.
"Yang tadi menunjukan hari ini, 16 Autumn, tapi yang ini kok 17 Autumn?"
"Datang dari masa depan, kali…!" Kata Kiel yang baru dateng… Sambil ngos-ngosan.
"Ya ampun, kalian cepat bener." Lanjut Kiel memberi pujian. Makasih!
"Yang bener aja." Cerca Illuminata.
"Mungkin.. Datang dari dimensi yang berbeda di mana di sana waktu sangat bermasalah." Kataku mencoba memberi argumentasi.
"Masuk akal sih, tapi gimana kalau sebenarnya penerbit surat kabar itu cuma iseng?" Kata Forte.
"Ah. Racchi! Gimana suratnya? Apa efek dari surat itu berbeda?" Tanya Illuminata kepadaku dan aku langsung memeriksa isi surat kabar itu. Rupanya.. Iya. Namun kali ini lebih parah. Aku terkesiap.
"Ini… lebih parah dari barusan..!" Jawabku.
"Uh… Kalau gitu, setiap surat kabar Seafts itu berbeda dan semakin lama tanggalnya maka semakin parah efek dar surat itu?!" Kata Illuminata menyimpulkan.
"Iya! Dan kalau dikatakan dengan kasar… Si penerbit ingin kita semua merasakan 'penderitaan!'" Tambahku.
"Kalau bahkan ada spell yang bikin orang mati, gimana?" Tanya Kiel. Ini jelas sama dengan perkataan GF-nya *dilempar piring*.
"NGGAK MUNGKIN BANGETLAH." Sewot Illuminata lagi.
"Itu mungkin. Ada batas paling parah spell ini. Dan kemungkinan bisa menyebabkan pembaca mati!" Jawabku.
"Mustahil.." Kata Forte yang ketakutan, sama takutnya dia dengan hantu.
"Kita harus beri tahu penduduk yang lain sebelum ini bisa merambah liar!" Ajakku. Semua mengiyakan, dan aku memberi tugas kepada Kiel dan Illuminata untuk berkumpul di Selphia Town Square.
"Lalu kita cari akar dari kejahatan Vandalisme ini!" Kata Kiel. Author mikir bentar… Apakah kejahatan macam gini bisa dinamakan sebagai kejahatan Vandalisme atau bukan… Hmmm…
"Iya deh! Cepetan, suruh semua kumpul!" Kataku memberi komandan kepada anak hampir remaja bermental playgroup itu.
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
"Semuanya sudah kumpul!" Lapor Illuminata kepadaku yang sudah berada di Town Square sebelumnya.
"Ada apa sih, Racchi?" Tanya Dylas.
"Begini… Apa kalian mendapat surat ini?" Tanyaku sambil memamerkan surat kabar yang (karena si penerbitnya iseng, kata Illuminata) sudah ada 13 (bagi beberapa orang, ini angka sial) lembar, yang berarti berhenti di edisi tanggal 28 Autumn.
"Aku dapat! Setelah membacanya, kepalaku malah sakit!" Kata Vishnal. Berarti, dia dapet edisi tanggal 16 yang pertama aku temuin.
"Justru aku malah kejang-kejang!" Keluh Chlorice. Author nggak bisa bayangin dia kejang-kejang deh. Pasti parah. Dan juga, ini membuktikan kalau setiap surat berbeda efek dan isinya. Pinter rupanya Illuminata.
"Hm. Oke, karena kalian sendiri sudah tahu efek sampingnya, maka kita punya demonstrasi untuk tidak membaca surat kabar ini, meskipun menumpuk di pekarangan rumah!" Kataku lantang.
"Ya! Aku setuju!" Teriak… Kiel.
"Dan untuk menghentikan kejahatan Vandalisme ini (rupanya benar apa yang dikatakan Kiel) kita akan adakan penelusuran dan penyelidikan! Ada yang akan menelusuri surat ini dan ada yang akan mendiskusikan surat-surat ini dalam rapat!" Jelasku.
"Tapi, Racchan, bukankah surat ini berbahaya?" Yah, tanpa menyebutkan siapa yang ngomong, pasti (beberapa) readers udah ada yang tahu. Dolce.
"Surat ini akan berpengaruh buruk terhadap manusia biasa. Sedangkan Earthmate, Dwarf, (mantan) Guardians, dan tipe orang macam aku, tidak akan terkena pengaruh surat ini!"
"YEAH!" Kata Amber, kok malah senang. Ya iyalah!
"Berarti, kalian yang akan jadi tim penyelidik!"
"SIAP, NYAN!" Kata mereka (Author males nyebutinnya satu-satu) mengikuti bahasaku.
"Dan yang lain, akan mendiskusikan ini dalam rapat setelah tim penyelidik selesai bertugas! Lalu, jika sudah selesai, kita akan cari siapa dalang di balik surat ini dan menuntutnya hukuman yang berlaku dalam peraturan di sini!" Kataku, demokratis (Yah, kali-kali)
"YEAH!" Kata mereka serentak.
"Kita jaga The Land Of Norad ini menjadi tempat yang aman damai sentosa!"
"YEAH!"
"Dan juga, tempat yang nyaman untuk ditempati!"
"YEAH!"
"DAN JUGA TEMPAT PALING NYAMAN UNTUK MENCARI IMAJINASI!"
"…. YEAH!" Kata mereka…. Tapi kok pake jeda segala.
"Dan! Kita mulai bekerja mulai dari sekaraaang!"
-To Be Continued-
Pico : Bener, aku nggak pernah nyangka kalau Author punya juga imajinasi tentang kenegaraan
Author : … Why you realize it now?
Pico : Because you never tell you have a nationality imaginations before!
Author : Shut up! Now, you must have a punishment!
Pico : HAAAA?! WHY?!
Doug : Ehm, selama Author dan Pico berantem satu kamar- *digaplok roti* Argghh! Singkirkan barang spongy itu dariku! Kau tahu seberapa besar aku mencintai– eh, membenci roti!
Author : Then, don't say anything embarrassing! You Douggie!
Doug : WHAT?! DOUGGIE?! COME HERE YOU PUPPETS!
Author : WHAT YOU MEAN!?
Pico : Oke, selama mereka masih berantem dan mengeluarkan kata-kata berbahasa Inggris, kita tutup chapter ini! Review ya! Sayounara, ketemu lagi di next chap-
Author : GET AWAY YOU, PICO! YOU DON'T WANT TO TASTE MY 'ULTIMATE LIGHTNING SCATTER?!"
Pico : *gulp*
