Hetalian World...
Beberapa abad yang lalu telah terjadi perang besar antar dua benua terbesar, Benua Corsiana dengan Benua Termesiah yang disebabkan oleh raja dunia kegelapan, Dark Duke yang ingin membuat dunia kegelapan dengan mengadu domba kedua benua yang sebelumnya hidup berdampingan itu. Hal tersebut membuat beberapa orang menyayangkan perperangan tersebut, diantaranya adalah kelima belas orang terhebat di kedua benua itu, Guardians of Hetalian.
Mereka pun berkelana untuk mencari Dark Duke, akhirnya mereka menemukan dan mengalahkannya. Untuk menghalangi ambisi jahat Dark Duke, Guardians of Hetalian menyegelnya di Cecilean Shrine dengan kekuatan terakhir mereka sebelum akhirnya menghilang secara misterius dan disertai dengan usainya perang tersebut.
Dua abad kemudian setelah perang besar tersebut berakhir, Dark Duke bangkit untuk melanjutkan ambisinya sekaligus membalaskan dendamnya terhadap Guardians of Hetalian yang telah menghalanginya. Beberapa tahun setelah bangkitnya Dark Duke, munculah ramalan mengenai kemunculan reinkarnasi Guardians of Hetalian yang akan mengalahkannya.
Dark Duke yang mendengar ramalan tersebut langsung menyebarkan teror terhadap kedua benua itu dengan menempatkan tentara-tentara monsternya di berbagai tempat dan menculik para penduduk dengan tujuan menghalangi mereka untuk mengalahkannya.
Keadaan Benua Corsiana dan Termesiah pun menjadi genting ketika hadirnya seorang Dark Knight yang dijuluki "Dark Reaper" dan meneror kedua benua tersebut. Dan kini mereka membutuhkan Guardians of Hetalian untuk menyelamatkan Hetalian World...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tales of Hetalia : The Adventure's Begin
Chapter One : The First Meet
Warning!
AU, mungkin ada unsur per-OOC-an, POV random, genre campur (adventure-fantasy-friendship-humor), human name inside, ada beberapa unsur yang mirip dengan anime/games/yang lainnya, penuh dengan fantasi tingkat akut, bahasa absurd sangat, de el el...
Hetalia Axis Powers © Hidekazu Himaruya
Tales of Series © Bandai Namco
NB!
Huruf miring artinya job/spell/monster/weapon/dll
DLDR alert activated
Daku gak pernah mengharapkan hal-hal finansial dalam membuat fic ini dan hanya menyalurkan kesenangan belaka
Yosh, ittadakimasu~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Drap... drap... drap..
Aku terus berpacu dengan kuda yang sengaja kubawa itu, sesekali aku menengok ke kanan dan kiri sambil mengendalikan kuda.
"Ayolah, semoga mereka tak jauh dari sini..." gumamku pelan sambil mengendalikan kuda yang terus berlari mengikuti jalan setapak di hutan. Jujur, sebetulnya aku panik. Bahkan sangat panik, alasannya? Adikku, Feliciano diculik seseorang berjubah hitam kelam beberapa waktu yang lalu dan aku mengikuti jejaknya. Akhirnya jadilah aku di sini, kebingungan mencari jejak mereka.
"Ah sial, aku kehilangan jejak mereka!" gerutuku kesal, ingin rasanya menangis tetapi aku urungkan. Percuma Lovino Vargas, di sini hutan, tak akan ada yang bisa mendengar tangisanmu... kataku dalam hati.
Ketika ingin berputar arah, mataku menangkap sesosok pria berambut pirang klimis dan bertubuh tinggi besar sedang bertarung dengan two-handed swordnya, dari pakaian yang digunakannya aku mengetahui kalau ia adalah seorang swordman. Karena penasaran, akhirnya aku mulai mengintip dari balik semak-semak yang cukup lebat sehingga bisa menutupiku. Mataku terbelalak ketika melihat orang yang sedang bertarung dengan pria itu adalah orang yang menculik adikku, lalu mengapa pria itu bertempur dengan orang berjubah hitam kelam itu?
"Bebaskan kakakku!"
Terdengar seruan dari pria berambut pirang itu, oh jadi itu alasan pria berambut pirang itu bertarung dengan orang berjubah hitam itu?
"Kau takkan bisa menyelamatkan kakakmu, swordman amatir..." ujar orang berjubah hitam itu sinis, seketika tangan kananku mulai membentuk kepalan yang cukup erat, mungkin cukup erat untuk meninju wajah orang yang telah menculik adikku...dan mungkin kakak dari pria berambut pirang itu.
"Hmph, aku bukan swordman amatir!" tukas pria berambut pirang itu dengan nada tersinggung sambil mengayunkan two-handed sword nya ke arah orang berjubah hitam itu yang kini menghilang di hadapannya. Mataku membulat ketika melihat kejadian aneh itu, yang kutahu kemampuan menghilang itu hanya bisa dilakukan oleh seorang warlock, tingkatan tertinggi dalam mage.
"Sial—"
Hampir saja aku berteriak ketika melihat orang berjubah hitam itu yang kini berada di belakang pria berambut pirang itu merentangkan telapak tangannya ke depannya sehingga membuat pria berambut pirang itu terhempas sampai punggungnya menabrak sebatang pohon besar yang kebetulan berada di dekatku.
"Uukh, sialan... Mana orang tadi...?" gumam pria berambut pirang itu sambil meringis kesakitan, sayang orang berjubah hitam itu menghilang kembali. Aku iba melihat pria itu yang kini meringis sambil mengusapi punggungnya, mungkin aku bisa menolongnya dengan artes yang telah kupelajari sebelumnya. Jangan katakan aku mage, karena sebetulnya aku dan Feliciano adalah cleric.
"...Healing..." bisikku pelan sambil merentangkan telapak tangan kananku yang mulai mengeluarkan cahaya putih terang ke arah punggung pria itu, tanpa sengaja kakiku menginjak sebatang dahan pohon dan pria itu mulai menengok ke arah belakangnya, tepat ke arahku. Aku langsung bersembunyi di balik semak-semak itu, berharap pria itu tidak menemukanku.
"...Maaf, kau ini cleric ya?"
Aku terkejut melihat pria itu yang kini berada di depanku yang sepertinya sedikit terkejut melihatku.
"I-iya..Ba-bagaimana kau tahu aku cleric..?" jawabku sambil bergidik ketakutan.
"Dari pakaian dan artesmu.. Karena orang yang bisa menggunakan healing artes itu hanya cleric..." jawab pria itu, "Jangan takut, aku tak akan menyakiti cleric sepertimu..." lanjutnya. Dengan takut-takut aku pun keluar dari persembunyianku dan menghampiri pria itu.
"Kau kenal dengannya?" tanya pria itu, aku hanya terdiam sambil bersweatdrop ria.
"Maksudmu... siapa?" tanyaku bingung.
"Maksudku orang berjubah hitam tadi... Kau kenal dengannya?" jawab pria itu.
"Ooh orang itu..." sahutku, "Orang itu yang menculik adikku..."
"Hah...?!" pria itu terkejut saat mendengar jawabanku, "Orang itu...menculik adikmu..?"
"Iya... Dia yang menculik adikku..." kataku sambil mengangguk pelan.
"Orang itu menculik kakakku juga!" seru pria itu kesal, "Bagaimana kalau kita mencarinya bersama-sama?"
"Whua, benarkah?!" tanyaku gembira, "Terima kasih banyak! Kita berjuang ya!"
"Iya... Ehm siapa namamu?" katanya, "Aku Ludwig Beilschmidt, salam kenal..."
"Aku Lovino Vargas, salam kenal..." kataku sambil menghampiri kudaku yang masih berada di tempat ketika bersembunyi tadi.
"Baiklah, kita ikuti jejaknya..." ajak Ludwig sambil menaiki kudaku lalu kami langsung berjalan menjauhi tempat itu...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hosh...hosh...Siapapun itu tolong bawa aku lari~!"
"Hosh...Kalau begitu kau mau kubawa lari, mon cher~?"
"AAAAAARRRGGGHH~! SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN MAU DENGANMU, BLOODY FROG!"
"Hosh...hosh...Aku lelaaaah~!"
"Hosh...aku juga, git!"
"Eh sekarang kita hampir diseruduk!"
"GUPPYAAAA~!"
"AKU TIDAK KUAT BERLARI LAGI~!"
"Iya, hosh...Kenapa..hosh..kita...hosh...harus...hosh... DIKEJAR-KEJAR BANTENG?!"
Ya, yang kita lihat kali ini adalah seorang gunslinger, archer mage, dan mage yang tengah berlari sambil beradu mulut...
...karena dikejar banteng yang bisa dibilang ukurannya tiga kali lipat dari ukuran aslinya.
—Dan jangan lupa untuk menambahkan kalimat "...tiga kali lipat lebih ganas." tentunya.
"Ampun deh, itu banteng apa monster sih?!" gerutu sang gunslinger yang diketahui bernama Alfred sambil berlari.
"Intinya itu banteng sekaligus monster, git!" seru sang archer mage yang bernama Arthur sambil berlari di samping Alfred yang tengah membetulkan kacamatanya sambil berlari.
"Amerique, kenapa kau tidak menyerang monster itu sih? Daripada kita dikejar-kejar lagi..." tanya sang mage yang bernama Francis sambil berlari.
"Mengambil senjataku sambil berlari saja susah, apalagi kalau bertarung dengan monster itu!" jawab Alfred sedikit kesal.
"Baiklah, Alfred Fucking Jones! Kau tidak perlu bercerita, git!" seru Arthur kesal.
"Perasaan sewaktu lewat sana tidak ada apa-apa, giliran hampir sampai kita malah dikejar-kejar banteng!" seru Francis yang mulai kelelahan karena terus berlari.
"Sejak kapan sih banteng itu ada di hutan seperti ini?! Pasti ada orang yang memeliharanya!" sahut Alfred. Sementara itu Lovino dan Ludwig yang tengah berkuda tiba-tiba diberhentikan oleh Arthur.
"Permisi, ijinkan kami menaiki kudamu!" seru Arthur sambil menaiki kuda yang ditumpangi Lovino dan Ludwig, diikuti oleh Alfred dan Francis.
"Oi, oi, ada apa ini?" tanya Ludwig bingung.
"Itu!" jawab Alfred setengah berseru sambil menunjuk ke arah samping kirinya, Lovino dan Ludwig langsung menengok ke arah yang ditunjuk Alfred barusan dan melihat... seekor banteng raksasa yang tengah berlari mengejar mereka. Lovino dan Ludwig pun jawdropped, sedangkan Alfred, Arthur dan Francis langsung panik.
"Cepat, sebelum kita diinjak banteng itu!" seru Lovino panik sambil memacu kudanya agar berlari menjauhi banteng raksasa itu.
"Whuaa, cepatlaah~!" seru Francis panik sambil menengok ke arah banteng raksasa yang semakin dekat dengan mereka.
"Bantengnya hampir mendekati kita!" seru Alfred panik.
"Bagaimana kudaku bisa berlari cepat kalau penumpangnya ada lima orang!" gerutu Lovino sambil terus memacu kudanya.
"Itu banteng siapa sih?!" seru Ludwig panik sambil menengok ke arah belakang.
"Mana kutahu!" seru Arthur panik sambil menengok ke arah belakangnya.
"HYAAAAA~!"
Di saat mereka panik karena seekor banteng raksasa yang mengejarnya, tiba-tiba seorang pemuda berambut hitam kecoklatan melompat turun dari dahan pohon dan kini ia berjongkok di... atas kepala banteng itu.
"Maaf, peliharaanku selalu begitu setiap bertemu orang lain..." katanya sambil tersenyum di depan mereka yang baru saja menuruni kuda. Ludwig dan Francis pun speechless, sedangkan Lovino, Alfred dan Arthur memasang ekspresi demi-apa-pun-itu-peliharaanmu di depan pemuda itu.
"Kalian kaget ya?" tanya pemuda itu sambil mengusap belakang kepalanya.
"Si-siapa kau?" tanya Ludwig sambil menunjuk pemuda itu.
"Kau.. assassin ya...?" tanya Alfred sambil memiringkan kepalanya.
"Aku Antonio Fernandez Carriedo, kalian boleh memanggilku Antonio. Dan kau benar, aku assassin, hup!" jawabnya sambil melompat turun dari kepala banteng itu, "Nah, lain kali jangan melakukan hal itu lagi ya! Sana pulang..." katanya sambil mengusapi kepala banteng itu, sebelum banteng raksasa itu berlari menjauhi mereka.
"Itu peliharaanmu...?" tanya Francis sambil menunjuk ke arah sang banteng yang hampir tak terlihat lagi.
"Iya, ukurannya cukup besar bukan...?" jawab Antonio sambil tersenyum melihat peliharaannya.
"Yang kubaca dari buku, assassin itu biasanya mempunyai peliharaan serigala..." kata Arthur dengan pandangan menerawang sambil memijit dagunya.
"Tidak juga ah..." komentar Antonio, "Ada assassin yang mempunyai peliharaan lain seperti elang, harimau, atau mungkin banteng seperti aku..."
"Hhh, terserah kau lah..." ujar Arthur sambil berdengus sebal.
"Ngomong-ngomong kalian sedang apa di sini?" tanya Antonio santai.
"Aku sedang mencari saudaraku!" jawab Lovino, Ludwig, dan Alfred berbarengan, "Eeeeh...?!"
"Saudaramu...diculik orang berjubah hitam itu juga?" tanya Alfred setengah terkejut, Lovino dan Ludwig mengangguk kuat.
"Eh tunggu, kalian bilang saudara kalian diculik seseorang berjubah hitam itu?" tanya Antonio, "Aku tahu tempat persembunyian penculiknya!"
"Benarkah?!" tanya Alfred dengan wajah berseri, "Bisa kau tunjukkan pada kami?"
"Baiklah, aku akan ikut dengan kalian." jawab Antonio, "Oh ya, aku belum tahu siapa kalian..."
"Aku Lovino Vargas!"
"Aku Ludwig Beilschmidt..."
"Aku Alfred F Jones!"
"Aku Arthur Kirkland..."
"Aku Francis Bonnefoy~"
"Yak, kalau begitu kita ke Rune Village dulu ya! Kalian pasti capai sehabis lomba lari dengan peliharaanku tadi, hehehe..." kata Antonio sambil menunjukkan cengirannya di depan mereka yang kini sweatdropped.
"Iya apa kata kau saja lah..." ujar Arthur sambil memutar bosan kedua bola mata hijaunya.
"Baiklah!" seru Alfred sambil merangkul lengan Arthur lalu berlari mengikuti teman-teman barunya..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Huweee, Fratello, vee~"
Berkali-kali aku menghapus air mataku yang terus mengalir dengan sehelai sapu tangan yang kini semakin basah karena air mataku. Berulang kali aku berusaha menguatkan diriku untuk tidak menangis tetapi hasilnya nihil, aku terus menangis hingga malam tiba. Aku terus berharap Fratello datang membebaskanku dari penjara yang besar nan sepi ini, bayangkan kau diculik tanpa alasan oleh orang yang tak kau kenal sama sekali lalu dikurung di penjara yang besar dan sepi...
"Fratellooo~ Vee~"
"...Siapa yang menangis itu?"
Kedua mataku terbelalak mendengar suara pelan itu, aku mencoba mencari pemilik suara itu tetapi sayang aku tidak menemukannya, hanya suara samar-samar yang terdengar olehku.
"Si-siapa i-itu...?!"
"Kau siapa...?"
"V-vee~ Tu-tunjukkan dirimu...!"
Samar-samar aku melihat pemuda sebaya denganku yang membawa seekor beruang kutub kecil, ia berambut pirang dan memiliki sehelai rambut yang mengeriting di bagian ujungnya, dan jangan lupa kalau ia mengenakan kacamata yang menutupi kedua bola mata violetnya.
"Kau...kau tadi yang mengajakku berbicara, vee~?" tanyaku sedikit ketakutan sambil menunjuk ke arah pemuda itu yang kini mendekatiku.
"Iya..." jawabnya pelan sampai-sampai aku tidak dapat mendengar suaranya.
"Ka-kalau boleh... Boleh ki-kita ber-berkenalan...?" tanyaku sambil gemetar ketakutan.
"Boleh.. Aku Matthew Williams.. Kau sendiri siapa?" tanyanya sambil memiringkan kepalanya.
"A-aku Feli, Feliciano Vargas.. Sa-salam kenal, vee~" jawabku tanpa meninggalkan rasa takut, sedangkan pemuda yang bernama Matthew itu hanya tersenyum.
"Oh iya, ini peliharaanku. Namanya Kumajirou..." katanya sambil mengalihkan pandangannya ke arah beruang kutub kecil yang sedari tadi dipangkunya.
"Sa-salam kenal, Kumajirou..." kataku sambil menjabat tangan Kumajirou yang menatapku dengan tatapan datar, "Ngomong-ngomong kenapa kau bisa ada di sini, vee...?"
"Entahlah, tiba-tiba saja aku diculik dan—"
Ucapan Matthew terputus ketika kami melihat sesosok serba hitam yang membuka jeruji besi dan melempar satu, err... maksudku dua orang ke dalam.
"Aww!"
"Hahahaha, kalian tak akan bisa keluar dari sini! Hahaha!"
KLAAAAAANG...!
"Sialan, dasar orang tak awesome!"
"Bebaskan kami, aru!"
"Hhh, sudahlah... Percuma kita berteriak seperti itu kepada orang yang tak awesome itu..."
"Baiklah... Tunggu, itu siapa di sana, aru...?"
"Apa mereka juga senasib dengan kita?"
"Kita hampiri mereka yuk, aru!"
"Baiklah!"
Mendadak aku dan Matthew ketakutan ketika kedua orang tadi menghampiri kami, tanpa sadar kami berpelukan satu sama lain. Sosok kedua orang itu semakin jelas dan...
"...Lihat, ternyata ada cleric dan gunslinger di sini!"
Kami hanya terdiam melihat kedua orang yang mendekati kami, yang satu berambut putih keperakan, dan yang satu lagi berambut hitam dan berponytail.
"Si-siapa kalian...?" tanya Matthew pelan sambil menunjuk ke arah mereka.
"Aku? Aku Gilbert Beilschmidt yang awesome~" jawab orang berambut putih keperakan itu.
"Aku Wang Yao! Kau bisa memanggilku Yao, aru!" timpal orang yang berponytail itu, ia terlihat menggendong seekor panda kecil di punggungnya.
"Hai... Aku Feliciano Vargas, kalian bisa memanggilku Feli. Dan ini..." ujarku dengan mengumpulkan segenap keberanian.
"...Matthew Williams." tukas Matthew pelan.
"Salam kenal, aru!" seru orang berkuncir satu yang bernama Yao itu.
"Maaf... Kau perempuan ya?" tanya Matthew pelan sambil menunjuk ke arah Yao.
"Aiyaah, aku ini laki-laki, aru!" gerutu Yao kesal, "Jangan menyangka aku perempuan, aru!"
"I-iya... A-aku percaya, vee~" ujarku sambil menganggukkan kepalaku pelan, "Bagaimana kalian bisa tertangkap dan dipenjara di tempat menyeramkan seperti ini?"
"Yang terakhir kuingat, tiba-tiba ada seseorang yang mengurungku di karung yang sangat sempit lalu dibawa kemari." jawab Gilbert.
"Aku juga begitu, aru..." timpal Yao.
"Kalau begitu, kita harus keluar dari sini!" seru Matthew tegas.
"Vee~ Iya! Fratello pasti akan mencariku!" timpalku.
"Uhm, iya! Brother Al juga akan mencariku!" ujar Matthew.
"Ah, adikku juga akan mencariku!" seru Gilbert, "Tapi, bagaimana kita keluar dari sini?"
"Mungkin aku bisa menggunakan artes kung fu andalanku, aru.." kata Yao sambil berjalan menuju tembok, "HIAAAAAAAAAAATT~!" teriaknya sambil menendang tembok. Sayang, tembok tersebut tidak rubuh sama sekali. Hal itu membuatku, Matthew, dan Gilbert sweatdropped.
"Aiyah, temboknya keras sekali, aru!" komentar Yao kesal sembari menjauhi tembok itu.
"Kumakichi, tunggu sini ya.." kata Matthew sambil bangkit dari tempatnya, "Bagaimana kalau aku mengunakan ini...?" tanyanya pelan sambil mengeluarkan gunnya dari ikat pinggangnya.
"Eh, maksudnya kau akan menembaki tembok yang tak awesome itu?" tanya Gilbert.
"Ya, aku akan melakukan itu." jawab Matthew sambil berjalan mundur menjauhi tembok, "Aku tak yakin temboknya akan rubuh dengan artesku ini karena aku belum tahu damagenya sebesar apa."
"Vee~ Berjuanglah..." ujarku memberi semangat kepada Matthew yang kini sedang bersiap membidik tembok.
"Oke..." bisik Matthew pelan, jarinya mulai bersiap menarik pelatuk gunnya.
"BOMB BULLET!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
.
.
~Author Note~
...I-ini seriusan aku bikin beginian...? *tampar pipi sendiri*
Aku lagi nggak sakau kopi G**d D*y Chococcino kan...?
Oke, abaikan kalimat-kalimat di atas.
Well, entah sejak kapan aku bisa dapet ide, intinya aku dapet ide pas iseng-iseng baca fic "HETASEAN Fantasia" dari nana.0.o (btw, sankyuu~ fic anda penghasil ide untuk fic ini!) dan baca artikel Ragnarok di Wiki malem-malem jam 2-an gara-gara begadang!
Bentar dulu, mau kipas-kipas pake novel nih...
Oke, lanjut.
Dan, akhirnya ficnya baru kelar di saat-saat menjelang UAS~ Ffffffuuu~ /DiaKenapa
Intinya ini baru prequelnya ya, kalo mau tau cerita aslinya...Silakan tunggu prequel ini selesai... /LaluDigaplok
Oke, yang penasaran chapter 2-nya gimana silakan tunggu ya! Dan yang mau nanya seputar fic ini kalian bisa bilang lewat review, nanti daku bales lewat chapter selanjutnya!
Sayonara~ *tebar maicih*
