Ehem… Shisui balik lagi membawakan fic bergenre baru. ^^v
Padahal fic-fic lain masih belum complete, eh mau bikin fic baru lagi, hehehe
Yah habis mau bagaimana lagi, mumpung si ilham sedang berjalan sempurna di otak Shisui jadi Shisui ambil-ambil kesempatan yang 'ralat' ini, eh maksudnya jarang.
Fic ini bergenre romance and action 'dikit doang', kisah yang tiba-tiba muncul begitu aja saat Shisui sedang imut-imutnya tidur#Narsis. Padahal sih awalnya Shisui bermimpi masa-masa Shisui di SMK dulu. Bertemu dengan teman sederajat, saling bercanda, saling memukul bahkan saling mengejek. Eh tanpa disadari mimpi itu berubah menjadi wajah Sasuke yang memasukki sekolah asrama, membuat keonaran, brutal, nakal, membuat semua orang menjadi gempar#lah kok jadi theme soundtrack-nya 'kera sakti'. Pokoknya hal-hal yang berbau negatif udah jadi sarapan seharinya deh!.
Kalau para readers penasaran gimana ceritanya, silahkan membaca fic-nya dibawah ini yah.
Oh ya, disini Shisui peringatkan yah!, kalo disini Sasuke mungkin bakal banyak sekali OOC, jadi mohon maaf jika gak berkenan.
Academic Gangster
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasufemNaru
Rate : T
Genre : Naughty, Action ( sedikit ), Drama, Romance.
Chara in here is own but This fic real from my brain
Shisui Namikaze Deandress Chan
Warning : Super OOC, OC, AU, ada yaoi-nya, sedikit crime, dan mungkin sedikit begundalan.
If you don't like this story...
DON'T READ!
Enjoy it!
Summary : Kisah seorang pemuda SMA yang dimasukkan kedalam asrama sekolah, sang ayah Fugaku Uchiha tidak suka melihat Sasuke terus-terusan membuat onar diluar rumah./"Kau harus dididik! Mulai besok kau akan masuk sekolah asrama! Tidak ada kata tapi-tapian lagi. Kau harus mencari kedisiplinan, mencari sopan santun yang ada dalam jati dirimu! Aku akan mengurus semuanya malam ini juga!"/.
Chapter 1
( Konoha Boarding School )
Di kota yang besar, pasti banyak kejanggalan dan hal-hal yang negatif sering terjadi, semakin banyak penduduk maka semakin banyak kebrutalan menyebar dimana-mana, seperti Geng, penjualan Seks, Kejahatan, Penculikan, Pembunuhan dan sebagainya. Mereka yang tidak pernah kenal dengan namanya 'kepuasan' memilih menjadi orang yang mencari celah dalam lubang hitam yang sangat dalam untuk mencari kenikmatan dan kepuasan duniawi yang tanpa disadari akan menghasut mereka dan mendekati mereka dalam hal yang tidak menyenangkan di kehidupan keabadian 'Neraka'.
Salah satunya kota Konoha di Jepang, kota terbesar dan terluas di Jepang setelah kota Tokyo, kota yang mempunyai fakultas modern, kota yang memberikan kualitas dan ketertiban dalam pendidikan, kota yang memberikan ketentraman hidup bagi para penghuni yang tinggal disana yang tanpa disadari menyembunyikan hal-hal yang berbau negatif telah menyempil antara celah-celah kosong yang berada di kota besar itu.
Para pengemis bergeletakkan, PSK menyebar bak lalat mencari mangsa, kejahatan yang merajalela, dan lebih parah lagi... geng-geng yang menghancurkan seperempat kota itu dengan kebrutalannya.
"Hey, bocah... akhirnya kita bertemu lagi yah?!"
Seorang pemuda berjaket coklat kulit dengan kerah ditarik keatas sedang membentak seorang pemuda SMA berambut raven yang sedang asyik merokok di sudut danau Konoha dekat terowongan tepat dibawah jalanan layang, sang pemuda yang merokok itu menoleh ke sumber suara dengan tatapan stoic-nya, mata hitam onyx-nya memandangi tiga pemuda dengan pandangan malas, pemuda berjaket kulit itu berdiri dekat lorong terowongan gelap bersama tiga temannya yang berotot-otot kekar.
Tiga pemuda itu memegangi stick baseball yang kira-kira beratnya 2 kg, mereka menyeringai sinis sambil menepuk-nepuk stick baseball di telapak tangan mereka. Seorang pemuda SMA berambut raven itu menatap tiga pemuda tersebut dengan pandangan tanpa ekspresi menandakan kalau dia tidak gentar sama sekali dengan pandangan sinis dan stick baseball yang dipegang oleh tiga pemuda yang tidak jauh dari jaraknya.
Dengan berat hati dia beranjak diri dari tempat dia duduk, menghela nafasnya dan pada akhirnya membuang rokoknya ke danau. Pemuda SMA itu memasukkan kedua tangannya di saku celana bahan hitamnya, pemuda berjaket coklat didepannya mendecih melihat pemuda SMA didepannya tidak gentar dengan ancamannya, dia masih kokoh berdiri tegak sambil memandanginya tanpa ekspresi.
"Dari cara pandangannya, sepertinya dia kelihatan tidak gentar sama sekali dengan ancaman kita?" bisik pemuda berambut keriting disebelah kiri pemuda berjaket coklat
"Diam! Dia yang sudah memukulku minggu lalu. Gentar tidak gentar aku akan tetap membalaskan dendamku atas perbuatannya kepadaku minggu lalu!" balas pemuda berjaket coklat
"Orang itu kelihatan sok sekali yah. Gaya-nya seperti kacang rebus" tukas pemuda disebelah kanan pemuda berjaket coklat
"Hahaha, aku setuju denganmu!"
"Oi, apa kabar kawan?!, terutama dengan pria berjaket coklat itu. bagaimana kabarmu? Apa wajahmu masih terasa sakit hah? Apa kau masih membutuhkan sedikit pijatan lagi dariku?" ejek pemuda SMA dengan santainya disaat tiga pemuda didepannya sedang asyik berbincang.
Mendengar ejekkan pemuda SMA itu, seorang pemuda berjaket coklat berkedut kesal diikuti geraman aneh di mulutnya, pandangannya sangat tajam kearah pemuda SMA itu, cara bicara pemuda SMA itu telah membuatnya mendidih apalagi mendengar dia mengucapkan kata 'Pijatan'. Itu membuatnya ingin cepat-cepat menerkam dan menelannya hidup-hidup.
"Cih, sampai kapan kau terus-terusan memandangi-ku seperti itu. bukannya kau itu ingin balas dendam padaku" lanjut pemuda berambut raven itu remeh.
"Yah!, itu benar. Aku ingin balas dendam padamu bocah tengik. Karena ulahmu minggu lalu itu wajahku hancur lebur, aku diputusi pacarku dan akhirnya dijelek-jelekki oleh adik-adikkan ku"
"Heh? Dia malah curhat" gumam pemuda SMA berambut raven di depannya.
"Apa kau bilang!"
"Oh, jadi kau mendengarnya yah? Gomenasai kalau begitu... tetapi kurasa tidak perlu gomenasai juga tidak apa-apa kali yah. Soalnya kau memang benar-benar curhat"
"Dasar brengsek!" teriak pemuda berjaket coklat sambil berlari kearahnya diikuti dua temannya dibelakang.
Emosi pemuda itu sudah tidak bisa dipungkiri lagi, mendengar kata-kata pedas dan ejekkan-ejekkan yang dilontarkan pemuda SMA itu telah membuat darahnya beruap, karena saking beruap-nya sampai-sampai ada sedikit nafas yang menggepul di hidungnya. Pemuda SMA itu memejamkan matanya sejenak sambil bergumam jengkel dan tiba-tiba saja dia tersenyum. Entah apa maksud dari senyumannya itu, senyuman yang tidak punya arti, senyuman yang hanya sekedar senyuman, senyuman yang dia lontarkan begitu saja saat melihat tiga pemuda berlari mendekatinya.
"Pengecut" gumam pemuda SMA itu lalu membuka matanya dan terjadilah baku hantam antara pemuda bertangan kosong dengan tiga pemuda pemegang stick baseball
Bak-bik-buk-prang-trung-trang
"Mati kau!"
"Pengecut!"
Buak-dug-klontang-klonting-jebret
"Makan ini"
"Heah!"
Jeder-buar-tang-buk-ting
Brukk...
Pukulan keras sang pemuda SMA mengenai wajah pemuda berjaket coklat, pemuda itu terkontal jauh darinya, 'Tinggal dua lagi...hosh...hosh' batin pemuda SMA ditengah-tengah kelelahannya, sudut bibirnya sudah berdarah, mata kiri lebam, cuping pipi kanannya biru-biru dan baju-nya sudah tidak karuan, tapi dia masih tetap kokoh melayani pemuda yang mengajaknya bertarung. Tiga lawan satu, mungkin itu tidak adil jika didunia pertarungan legal tapi tidak jika dipertarungan illegal. Berapapun jumlah lawannya sang pelawan harus tetap melawan musuhnya, biar dia tiga, empat, lima ataupun dua puluh karena masalahnya adalah soal 'harga diri'.
Pemuda SMA itu menangkis stick baseball pemuda berambut keriting dengan lengannya lalu memukul perutnya, sang rambut keriting itu merintih kesakitan lalu mundur dari area pertarungan. Berganti dengan pemuda berambut ikal, dia mengayunkan stick baseball-nya dengan sekuat tenaga kearah pemuda SMA tersebut, berhasil! Dia mengenai bahunya. Tepat sekali di tulang selangka-nya. Pemuda SMA itu mengaduh kesakitan sejenak dan mulai pergerakkan lagi.
Dia menendang betis kaki kiri si rambut ikal dengan kuatnya sampai-sampai si rambut ikal tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan pada akhirnya stick baseball-nya terlepas dari tangannya. Dengan sigap pemuda berambut raven itu mengambil stick baseball itu, mengambil alih semua yang dilakukan si rambut ikal padanya.
Pemuda SMA itu memukul kepala, pinggul, wajah, dan bagian vitalnya. Pemuda itu mengejang ketika bagian vitalnya dipukul oleh pemuda SMA dengan stic baseball-nya sendiri. Dia merintih dan pada akhirnya terperungkup di rerumputan menahan rasa sakit di bagian vitalnya.
Merasa tidak puas, si pemuda SMA itu menarik tiga pemuda yang jaraknya kira-kira setengah meter darinya, dia menumpukkan tiga pemuda itu lalu mulai memukul tiga pemuda yang tidak berdaya itu dengan stick baseball-nya berkali-kali. Dia memukul dengan kerasnya. Memukulnya dikepala, bokong, pinggul, lengan sampai kaki. Tiga pemuda itu mengaduh kesakitan tidak karuan disaat dipukuli olehnya, karena saking emosi-nya sampai-sampai dia tidak perduli dengan darah segar yang mengucur dari kepala mereka masing-masing atas perbuatannya.
Pemuda itu masih belum puas, dia memukul kaki mereka berkali-kali secara berturut-turut ditempat yang sama sampai pada akhirnya mendengar suara retakkan tulang kaki, dia berpindah ketangan mereka dan memukulnya ditempat yang sama dan kembali menimbulkan suara retakkan tulang yang berarti tulang lengan telah patah.
Tiga pemuda itu sudah tidak sadarkan diri, mereka belum mati tapi hanya pingsan, pingsan atas perbuatan pemuda SMA yang brutal itu pada mereka. Pemuda SMA itu menegakkan tubuhnya dengan nafas yang terengah-engah kelelahan, dada-nya naik turun, peluhnya telah berkombinasi dengan darah segar yang berada dari pelipis sampai lehernya. Seragamnya robek tidak karuan dan celana hitamnya keruh, kusut dan lebih parah lagi bau lumpur.
Dia melempar stick baseball tersebut kesembarang arah, dia memandangi tiga pemuda yang tidak sadarkan diri didepannya dengan pandangan sinis. Pupil mata onyx hitamnya membesar menandakan dia benar-benar lelah. Kejadian ini membuatnya benar-benar menguras tenaganya, bagaimanapun juga pemuda ini melawan tiga pemuda itu sendirian, tidak ada seorangpun yang menolongnya.
Dengan berjalan tergopoh-gopoh, dia menjauhi tempat tersebut menuju rumahnya.
-x-x-x-x-
Di kompleks perumahan, atau bisa dikatakan disalah satu rumah di kompleks perumahan itu, suara teriakkan dan caci-makian terlontar dari seorang pria paruh baya, suara tamparan demi tamparan diayunkannya kepada seorang pemuda berambut raven yang berada didepannya.
Satu wanita cantik menangis tersedu-sedu meminta mereka berdua untuk berhenti melakukan hal itu, dia terus menangis histeris tanpa henti dipelukkan anak sulungnya, yaitu Itachi Uchiha ketika pria paruh baya itu mulai memukul wajah pemuda berambut raven itu dengan sangat keras sekali sampai-sampai bibirnya berdarah.
Tidak perduli dengan luka lebam yang masih setia di wajah pemuda itu, pria paruh baya itu terus mengayunkan pukulannya kewajah pemuda itu, sang pemuda itu tidak melawan sama sekali, dia hanya diam bak patung disaat pria paruh baya itu memukulnya. Dia diam karena orang yang memukulnya adalah ayahnya, Fugaku Uchiha.
Sampai pada akhirnya pemuda berambut raven bergaya pantat ayam itu terjatuh lemas di lantai, dia sudah tidak kuat menahan tubuhnya itu. Tenaga-nya sudah habis, rasa nyeri di wajahnya sudah mengalahkannya. Yang bisa dia lakukan sekarang hanya terpuruk lemas dilantai sambil mendengar cacian dan makian sang ayah
"Anak idiot, bodoh, begundal, bajingan, brengsek!, apa kau mau membunuh tou-sanmu ini hah! Apa kau belum puas memalukan keluarga kita. Bersifat begundal seperti itu, apa gunanya!"
"..."
"Tiap pulang sekolah pasti selalu berantakan!, selalu pulang dengan wajah hancur seperti itu, apa kau tidak sadar! Tou-san malu dengan semua yang kau lakukan ini, apa yang akan tou-san katakan sama tetangga kalau melihat kau terus-terusan pulang dengan hancur begini?! Apa?!"
"..."
"Sudah kuduga kau hanya bisa diam bak sapi ompong. Tidak... kau lebih dari sapi ompong! Kau bagaikan sampah busuk! Bahkan lebih busuk! Tou-san kecewa telah membesarkanmu. Sangat kecewa!"
Pemuda itu beranjak berdiri dari keterpurukkannya, dia menatap ayahnya dengan tajam sekali, kedua onyx saling bertatapan dingin dengan sambaran kilat penuh emosi dari fikiran mereka masing-masing. Rasa kesal dan rasa ingin memukul saling berkecamuk difikiran mereka hingga pada akhirnya sang ayah memulai pembicaraan.
"Kau harus dididik! Mulai besok kau akan masuk sekolah asrama! Tidak ada kata tapi-tapian lagi. Kau harus mencari kedisiplinan, mencari sopan santun yang ada dalam jati dirimu! Aku akan mengurus semuanya malam ini juga!"
Pemuda berambut raven itu berjalan melewati sang ayah tidak menggubris semua kata-katanya, dia menaiki tangga untuk menuju kamarnya, suara teriakkan sang ayah yang menggema seluruh ruangan tersebut tidak membuatnya berhenti melangkah. Dia terus berjalan menuju kamarnya.
"AKU AKAN MENGURUSNYA MALAM INI JUGA!"
-x-x-x-x-
Keesokan harinya, tepatnya pagi hari pada pukul 06.30. Keluarga Uchiha sedang sibuk-sibuknya merapihkan pakaian sang anak bungsu ke koper sedangkan anak bungsu tersebut masih tertidur tidak terganggu sama sekali dengan kebisingan sret koper dan kebisingan yang melanda kamarnya.
Yah satu hal yang paling teledor dari pemuda berambut raven itu adalah selalu tidak mengunci pintu kamarnya, sehingga semua orang termasuk keluarganya dengan mudahnya keluar masuk dari kamarnya, sang ibu Mikoto Uchiha berjalan mendekati tempat tidur anak bungsunya dengan senyuman.
Tapi senyuman itu menghilang ketika melihat banyak sekali luka lebam di wajah tampan anak bungsu-nya, dia mulai bersedih melihat wajah anaknya itu sudah seperti di remas-remas bak mainan anak kecil. Wanita cantik itu menangis tersedu-sedu mengingat kejadian semalam yang menimpa anaknya itu. Sang anak yang mendengar isakkan tangisan ibunya langsung membuka matanya dan beranjak bangun, dia menatap ibunya penuh kekhawatiran ( Catat : meskipun dia itu nakal dan begundal, tapi jika sudah melihat ibunya menangis pasti akan langsung khawatir dan merasa bersalah karena dia sangat menyayangi ibunya melebihi dari apapun ).
"Kaa-san? kaa-san kenapa?" tanya pemuda itu seraya menatap sedih ke ibunya, ketika dia bertanya seperti itu... ibunya tersontak lalu menghusap air matanya yang mengalir di pipinya. Dia tidak menyadari kalau anaknya sudah terbangun sejak tadi.
"Oh? Tidak apa-apa Sasuke-chan. Sudah sana mandi bersiap-siap. kita akan berangkat" lirih Mikoto bergetar, dia membalikkan tubuhnya dan ketika-nya dia ingin melangkah keluar dari kamar... Sasuke bergumam lirih
"Maaf, kaa-san"
Kalimat yang terlontar dari mulutnya itu membuat sang wanita paruh baya itu menghentikan langkahnya, dia menolehkan kepalanya sedikit kearah anak bungsunya lalu tersenyum tipis dan mulai berjalan keluar dari kamarnya.
Semua kejadian yang terjadi semalam terus terulang dalam fikirannya, kata-kata sang ayah terus terngiang-ngiang difikirannya. Dia akan pindah sekolah ke sekolah asrama, sekolah yang mengekang waktu bebasnya, sekolah yang akan memperketat waktu dan jam mainnya. Sekolah yang menurutnya sangat membosankan karena hanya diperbolehkan keluar asrama sekolah jika sedang dalam waktu libur atau festival. Dengan berat hati dia turun dari tempat tidur lalu melesat ke kamar mandi.
-x-x-x-x-
Suasana di mobil BMW keluarga Uchiha sangat hening sekali, tidak ada yang memulai pembicaraan, semua keluarga Uchiha di dalam mobil itu sibuk dengan fikiran masing-masing, tidak terkecuali Sasuke. Si pemuda berambut raven itu menatapi jalanan yang tidak dikenal dengan malas sambil berfikir, 'Aku pasti akan mati hidup disana, makanan yang tidak enak, selalu dikekang waktu, dan yang paling menyebalkan adalah... full terus-terusan belajar, aku benci sekolah itu, kenapa si Fu-ga-ku ini selalu saja mengatur hidupku, brengsek!' batin Sasuke kesal.
Selama perjalanan yang mengambil 2 jam lebih itu, akhirnya mereka semua sampai di tempat tujuan, 'Konoha Boarding School' itulah nama sekolah asrama yang akan dia tempati saat ini, Sasuke memandangi gapura sekolah itu dengan tatapan malas. Menurutnya, gapura sekolah ini terlalu lebay untuk dipajang, contohnya cat- kuningnya yang sangat terang lengkap dengan patung serigala bersayap yang mangap di ujung tiang gapura tersebut. Halaman sekolahnya sangat luas melebihi halaman sekolahnya dulu, gedung sekolahnya besar dengan gaya modern. Banyak para siswa berlalu lalang di asrama itu, dan semuanya masing-masing memeluk bukunya masing-masing.
"Dilihat dari semua murid disini... sepertinya mereka itu pintar-pintar Sasuke"
Suara bisikkan ejekkan itu terdengar disebelah kirinya Sasuke, dia menoleh kearah sang kakak yang telah mengejeknya, Sasuke hanya memutarkan kedua bola matanya lalu turun dari mobil tidak menghiraukan kakaknya yang terus tertawa didalam mobil. Mikoto dan Fugaku melesat turun dari mobil, Mikoto memeluk Sasuke penuh kasih sayang.
"Jangan nakal ya sayang, kaa-san menyayangimu" seru Mikoto sambil terisak.
Mikoto melepaskan pelukan kasih sayangnya ketika Fugaku memberitahukan kalau ketua asrama-nya tiba untuk menjemput Sasuke. Mikoto tersenyum ditengah-tengah kesedihannya, hatinya terasa berat untuk meninggalkan sang anak bungsu, meskipun dia nakal tapi baginya dia bak malaikat pagi yang mencerahkan hati-nya, sekarang sang anak bungsu akan pergi dan tinggal di kamar yang belum tentu dia suka.
Sasuke memandangi sang ayah yang saat itu sedang asyik mengobrol dengan ketua asrama yang seumuran dengannya tapi sedikit sopan dan dewasa, dia mendelikkan matanya ketika melihat tawa bebas sang ayah. Sekalipun Fugaku tidak pernah tertawa bebas seperti itu didepannya, dia iri? Yah tentu saja dia iri pada pemuda itu. Pemuda yang sebenarnya ketua asrama-nya telah membuat Fugaku tertawa bebas, pemuda yang sudah merebut tawa ceria sang ayah. Dengan langkah angkuh dia berjalan memasukki gerbang sekolah tidak menghiraukan suara panggilan Fugaku untuk mengambil koper-kopernya.
"Sasuke, kopermu..."
"Biar pelayan itu yang membawanya!"
Ketika Fugaku ingin membentaknya, ketua asrama-nya sudah memotongnya dengan nada sangat sopan sekali sehingga Fugaku Uchiha telah dibuatnya kagum. 'Andai saja Sasuke seperti dia? Sudah sopan, baik, ramah dan menjadi ketua asrama lagi. Aku pasti akan sangat bangga' batin Fugaku sambil tersenyum kagum.
"Makasih yah Neji-san!" kata Fugaku ketika ketua asrama yang dipanggil Neji itu memasukki gerbang pembatas antar sekolah dan diluar sekolah dengan membawa dua tas koper beroda lalu berlari menyusul Sasuke.
Hari pertama-nya di asrama sekolah akan segera dimulai, permulaan baru dan pengalaman baru akan dijalani-nya. Pengalaman penuh ketegangan, konflik, perdebatan dan saling bersaing satu sama lain akan dijalani pemuda berambut raven itu.
TBC
Bocoran Chappie 2...
Suasana kamar 212 membuatnya ingin muntah, warna mencolok tidak dia banget, 'Huwee!, aku ingin muntah melihat ruangan ini!'
"Hei bocah kau tahu meja makan siapa yang kau tempati?"
"Apa urusanmu?"
Prangg...
Kaca salah satu kelas biologi telah pecah, beling-beling berhamburan dimana-mana, dua pemuda ber'yes' ria melihat kaca kelas biologi tersebut pecah. Disaat mereka saling bertepuk tangan tiba-tiba keluarlah seseorang dari sudut jendela lain dengan ekspresi tajam nan membunuh kearah dua pemuda tersebut.
"Dasar gila!"
"Indah, mata biru yang indah"
