Hai... ^^ Ryuu buat cerita tentang cinta-cintaan~(lagi). Ini cerita Ryuu buat terinpirasi dari cerita temen-temen Ryuu, yang ceritain First Love nya... Banyak dari cerita mereka yang buat Ryuu nganga gak elit. Karena ceritanya pada angst semua rupanya#plaak!

Oke dah... Ryuu buat 3 chapter... Chap pertama SasoDei, kedua ItaKyuu, dan yang ketiga SasuNaru... Yang Ryuu utamain di fic ini adalah SasuNaru, walaupun gak terlalu keliatan...

Untuk chap ini adalah Sasori dan Deidara plus... *Jeng! Jeng! Jeng!* Tobi! *prok prok*

Enjoyed…~

.

First Love

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Genre: Romance

Rate: T apa M ya? Liat aja nanti…

Pair: SasuNaru, ItaKyuu, SasoDei

Warning: Yaoi, boyxboy, Sho-ai, alur kilat, gajenhess, Pair POV, kemungkinan Lemon sepet ada, miss Typo(s), Bahasa sesuka hati Author#plaak, dan lain-lain…

Gak suka yaoi or ama pairnya atau ceritanya gak usah baca…!

Summary: Kisah First Love Deidara, Kyuubi, dan Naruto. Yang mempunyai jalan cerita berbeda dalam kisah First Love nya.

.

.

.

~oO0Oo~

.

Deidara: 23 tahun Flashback 15 tahun

Kyuubi: 20 tahun Flashback 12 tahun.

Naruto: 15 tahun Flashback 7 tahun.

.

Deidara POV

.

.

Aku Deidara Namikaze anak laki-laki pertama dari pasangan Minato Namikaze dan Kushina Uzumaki. Aku mempunyai 2 adik laki-laki, yang pertama Kyuubi dan yang terakhir Naruto. Sekarang umur ku 23 tahun, aku seorang mahasiswa di salah satu Universitas di Tokyo.

Sekarang aku tengah duduk di sebuah café yang berada di depan taman kota. Tidak salah, aku sudah duduk di dalam café ini selama sekitar 4 jam, entah lah mengapa… tapi satu alasan aku lama di sini, karna di café ini banyak sekali foto-foto da poster 'orang itu'. Yang sudah membuat ku jatuh cinta sejak dulu, sebelum dia menjadi seorang selebriti terkenal, dan melupakan aku.

"Pemirsa, sebuah desas-desus mengatakan bahwa Asuna no Sasori, artis yang sedang menjalin asmara dengan seorang diva Sakura Haruno akan menikah… kami sempat mendatangi kediaman Sasori, dan menejernya mengatakan bahwa desas-desus itu memang benar ada nya…."

Sial…!

Kenapa seperti ini? Apa benar yang di bilang oleh presenter gosip di tv itu benar? Jika benar….

Kini harapan ku sudah hancur…

Dia memang melupakan aku…

Tak mau mendengar ocehan presenter itu lebih banyak, aku pun memasang earphone di telinga ku, dan membesar kan musik nya. Aku pun memandang keluar café, bunga sakura… di musim semi… dan di sini pertama kali nya aku bertemu dengan Sasori… My First Love…

.

.

8 tahun yang lalu…

.

.

"Hosh… hosh… sialan guru itu…! Sudah jauh juga masih mengejar aku… gila…!" gumam ku saat berhasil lari dari guru killer itu. Aku minggat dari sekolah, sungguh aku sangat malas sekolah di Konoha High School itu. Terlalu banyak peraturan…! Aku pun berjalan ke arah sebuah pohon sakura yang sedang bermekaran itu. Sepertinya duduk di bawah pohon sakura tidak buruk juga.

Ha-ah… angin nya sejuk…~ andai saja kalau hari ini libur aku bisa mengajak Kyuubi dan Naruto untuk duduk di sini.

"Oi…" sial…! Siapa yang berani mengganggu ku hah? Aku pun menoleh ke belakang pohon, arah suara orang yang memanggil ku.

"Apa?" tanya ku ketus, dia malah tersenyum pada ku. Apa dia anak smp? Wajah nya baby face, tapi dia memakai seragam Suna high school. Dia pun berjalan ke arah ku.

"Boleh aku duduk di sini?" tanya nya. Aku pun mengangguk dan mengeser badan ku agar ia bisa duduk di samping kanan ku.

Beberapa menit kami diam sampai ia angkat bicara.

"Hei, aku Asuna no Sasori… aku sekolah di Suna high school, dan aku angkatan kedua di sana. Siapa nama mu nona cantik?" apa? Aku tak salah dengar? Cantik? Nona? Aku pun memberi kan death glare ku pada nya.

"Aku bukan perempuan. Aku laki-laki un,…"

"Hah? Apa? Laki-laki? Ja-jadi benar kau laki-laki?" tanya nya heran, ia pun menatap ku dari bawah sampai atas.

"Ya un,…. Ada masalah?"

"Ti-tidak… aku hanya kira kau perempuan. Karna wajah mu manis dan rambut mu juga panjang, apa lagi kau kuncir rambut pirang mu setengah. Jadi sangat mirip perempuan… hehe."

"Heh… jika kau hanya mau menghina ku aku mau pergi saja." Aku pun berdiri dan berniat pergi tapi dia menarik tangan ku sampai aku terjatuh ke arah nya. Mata ku tak berkedip saat wajah ku sangat dekat dengan wajah nya… dia tampan… "Eh, maaf…" Aku pun berdiri dan kali ini memang berniat untuk pergi.

"Tu-tunggu jangan pergi!" dia kembali menahan ku. "Mau ke café itu? Temani aku sebentar saja, aku yang bayar deh…" aku pun hanya mengangguk dan mengikuti nya ke arah café yang dia maksud.

Tring~

Kami pun masuk ke dalam café. Mata Sasori langsung tertuju ke arah seorang nenek yang sedang menyapu café.

"Baa-chan…"

"Ya, Sasori…?"

"Bisa buat aku dan teman ku menu spesial…? Hehe…"

"Ya sayang… duduk lah di meja sudut sana."

"Ha'i…"

Kami pun duduk di sebuah meja yang berada di sudut café, di sebelah kanan ku terdapat sebuah jendela yang sangat besar. Aku bisa melihat pohon sakura yang tadi aku temapati dan taman di seberang jalan sana.

"Hey, tadi aku bertanya pada mu siapa nama mu?" dia mengaget kan aku saja.

"Aku Deidara Namikaze un,…" jawab ku seperlu nya.

"Anak Konoha high school?"

"Bukan. Aku anak Minato Namikaze un,…"

"M-maksud ku, kau siswa dari sana ya?"

"Ya begitulah un,…"

"Jutek amat…" gumam nya, aku pun menatap nya tajam.

"Sepertinya kau suka menghina orang ya?"

"Ya, bukan nya seperti itu. Aku itu orang nya reflek aja kalau ngomong jadi maaf ya…"

"Ya ya…"

"Kelas berapa?"

"Satu un,…"

"Beda setahun dengan ku…"

"Kau kelas dua? Gak salah un,?"

"Gak memang kenapa?"

"Wajah mu saja seperti anak smp… umur mu berapa sih?"

"16 lah…"

"Oh…"

"Sasori… ini makanan nya," apa orang-orang di sini tidak bisa buat orang jantungan apa? Datang kayak hantu aja.

"Ya, baa-chan… arigatou… baa-chan kenalin ini Deidara. Temen baru Sasori…"

"Wah manis sekali nona ini…" nona? Grrr…

"Err, Baa-chan, Deidara itu laki-laki…"

"Oh… hehe maaf kan aku, tapi kau memang mirip perempuan… yah sudah silahkan nikmati hidangan yang wanita tua ini buat…" nenek itu pun kembali kedalan café, ya mungkin dapur.

Aku pun menatap hidangan di atas meja, 2 buah potong kue tar coklat dan 2 gelas cola. Aku pun mengambil sendok memotong kue itu dan aku pun memakannya. Enak… sungguh enak! Aku pun memakan kue itu dengan lahap.

"Bagaimana? Enak? Itu resep ibu ku loh…"

"Um, ibu mu hebat un,pasti ibu mu pengusaha yang sukses un"

"Ah, ibu ku sudah meninggal Dei, waktu aku umur 3 tahun…"

"Maaf, tak seharus nya aku bicara begitu un,"

"Tak apa… dan ini juga bukan café milik keluarga ku."

"Terus, kenapa kau panggil wanita tua itu dengan sebutan baa-chan un?"

"Haha, karna dia bos ku Dei,"

"Kau kerja di sini un?"

"Ya begitulah…"

"Apa ayah mu tidak marah kau kerja sambilan un?"

"Ah, ayah ku juga meninggal Dei…"

"Maaf… maaf…"

"Tak apa… hmp… cepat habiskan kue nya nanti kita ke taman depan sana… ada sebuah tempat rahasia yang mau aku tunjukan pada mu,"

"Kenapa harus aku un?"

"Kau yang menarik perhatian ku habis nya…" kenapa wajah nya memerah?

"Yah, baiklah…" aku pun menghabiskan kue dan cola itu.

Drtt… Drrrtt…

"Moshi-moshi…?" tanya ku saat ponsel ku ada panggilan masuk.

"NII-CHAN…! KAU ADA DI MANA?!" reflek aku menjauh kan ponsel itu dari telinga ku, ternyata Naruto yang menelpon.

"Nii-chan lagi di café sama temen nii-chan, Naru…"

"Nii-chan, café nya di mana? Biar aku dan Naruto menyusul…" kali ini Kyuubi yang bicara.

"Di depan taman kota, di balik pohon sakura…"

"Kami akan ke sana –ttebayo!"

"Ya, hati-hati nyebrang nya…"

"Ya." Aku pun mematikan sambungan telpon ku.

"Siapa?" tanya Sasori.

"Adik-adilk ku un,"

"Oh… jadi apa kau mau pergi?"

"Ya, tapi bolehkan aku ajak adik ku un?"

"Ya, tentu saja lagi pula di sana ada beberapa mainan anak-anak."

"Terima kasih un."

Aku pun menunggu Kyuubi dan Naruto untuk menyusul. Setelah sekitar 10 menit aku melihat Kyuubi dan Naruto ada di sebrang jalan karna baru turun dari bus. Aku pun keluar café untuk membantu mereka menyebrang. Setelah itu aku kembali ke café dengan Kyuubi dan Naruto.

"Perkenalkan diri kalian un," perintah ku pada mereka sebelum duduk.

"Aku Kyuubi Namikaze yoroshiku ne,…" ujar nya malas, aku pun mendelik ke Kyuubi bertanda dia tidak sopan dan malah di balas dengan death glare nya. Aku pun hanya bisa menghela nafas dengan adik ku yang satu ini. Dengan tidak sopannya lagi dia duduk tanpa di persilahkan oleh Sasori.

"Tidak apa-apa Dei…" bujuk nya sebelum aku menjitak Kyuubi.

"Oi…! Nama ku Naruto Namikaze –ttebayo…!" teriak Naruto, aku melihat Sasori yang langsung menutup telinga nya. Ha-ah kebiasaan Naruto jika bicara seperti berteriak.

"Baiklah sekarang giliran ku memperkenalkan diri… nama ku Asuna no Sasori yoroshiku ne,…"

"Ya" jawab mereka.

"Nah, sekarang apa kalian mau makan?" tanya nya pada adik-adik ku.

"RAMEN…/Apel…" jawab Naruto dan Kyuubi.

"Haha… baiklah… tapi maaf Naru-chan di sini tidak ada ramen… hmp bagaimana kalau pie apel?"

"Ya mau…" Naruto pun akan menghambur ke arah Sasori dan dengan cepat aku menarik kerah baju nya dari belakang.

"Naru-chan. Kau membuat teman ku ketakutan saja…" ucap ku. Naruto pun kembali duduk dengan tenang dan menampakan ceringan lebarnya.

"Nah tunggu sebentar ya…" ujarnya lalu pergi meninggalkan kami.

Tak berapa lama Sasori kembali lagi dengan nampan berisikan 2 potong pie apel. Nampan itu di taruh di meja depanku. Dengan semangat, (apalagi Naru-chan) langsung mengambil sendok dan kue tersebut dan memakannya lahap.

Sasori hanya tersenyum. "Apakah punya saudara itu enak?" Aku menatapnya lekat. Dia seperti sedang sedih.

"Ya, tapi kadang juga mengesalkan un," Aku melirik Kyuubi dan Naruto.

Sasori hanya tersenyum canggung pada ku. "Tapi harusnya kau bersyukur…"

"Aku selalu bersyukur un,"

"Baiklah. Setelah makan, apa kalian mau ikut aku dan Deidara ke taman?"

Kyuubi dan Naruto saling pandang dan mengangguk lalu melanjutkan makannya lagi.

.

.

.

"Jika lulus kau mau ngapain?" Aku menoleh ke Sasori. Dia mengayunkan ayuanannya pelan.

"Hmp… Mungkin meneruskan perusahaan milik ayah ku un," dia mengangguk,

Sasori menggadahkan kepalanya angin yang berhembus membuat surai merahnya terayun dimainkan oleh angin. "Kalau aku… Aku ingin jadi artis terkenal. Keinginan kedua orang tua ku."

Aku tersenyum. "Semoga terkabul un,"

Sasori menoleh kepada ku dan tersenyum. "Jika aku menjadi artis terkenal aku takkan melupakan mu Dei…"

Aku membeku mendengar kata-katanya. Lalu aku terkekeh pelan mencoba menghilangkan rasa aneh yang datang pada ku. "Dilupakan juga tak apa. Tapi jika kau memang ingat pada ku jangan sekali-sekali mencoba melupakan aku un."

"Gak akan Dei…" Beberapa saat kami terdiam dengan saling pandang. Tak tau siapa yang mengawalinya bibir ku dan bibir Sasori sudah menyatu.

"Dei-nii…" Aku langsung melepaskan ciuman ku dengan Sasori dan menoleh ke Kyuubi.

"K-Kyuu?" Aku kaget bukan kepalang. Kyuubi yang datang bersama Naruto yang kini matanya sedang ditutupi oleh Kyuu.

"Dei-nii… Ayo pulang…" Pinta Kyuubi. Dia menjauhkan tangannya dari mata Naru.

"Err… Baiklah… Aku pulang dulu un," Aku menunduk hormat pada Sasori yang kini menatap ku sambil tersenyum.

Gara-gara senyumannya, aku menjadi salah tingkah.

"Besok kesini ya! Aku belum menunjukan tempat rahasia ku…" Ujarnya, aku hanya mengangguk mengiyakan.

Setelah itu kami langsung pulang…

"Ne, Dei-nii…Bisakah kita ke toko buku?" Aku menoleh ke Kyuubi yang lebih pendek dari ku.

"Baiklah… Jangan lama-lama un, aku takut kaa-san akan khawatir…"

"Ne, tidak lama kok!" Kami pun berbalik arah.

Naruto yang ku gendong terus saja mengoceh membicarakan sekolahnya. Setelah agak lama berjalan, akhirnya kami sampai di toko buku.

Kyuubi langsung masuk ke dalam, begitu pun aku mengikutinya dari belakang. Dengan perlahan aku menurunkan Naruto dari gendongan ku.

Saat aku ingin mengambil salah satu komik, aku melihat Kyuubi sedang berbicara dengan anak laki-laki seusianya dengan ciri-ciri rambut ravennya dikuncir. Dari baju yang dia pakai, aku sudah tahu kalau anak itu berasal dari keluarga Uchiha.

"Hai…" Aku menoleh ke samping kanan ku. Seorang anak dengan baju berlambang Uchiha sedang menatap Naru-chan. Lalu dia mendonggakan kepalanya menatap ku. "Aku Sasuke… Boleh aku berteman dengan nii-san?" ujarnya, aku melirik Naruto yang memegang seragam ku seperti takut.

"Kau mau kenalan dengan ku un? Gak salah? Bukan dengan Naruto?" Aku langsung menarik Naruto dan menyodorkannya ke anak Uchiha itu.

Beberapa saat mereka berdua saling tatap dan diam. Aku mendengus kecil melihat kelakuan mereka yang cukup imut itu.

"Ha-ah, kalian ini… Ne, Naru-chan… Itu Sasuke… Dia mau berteman dengan mu un," Naruto menoleh ke arahku lalu mengalihkan pandangannya ke Sasuke.

Seketika wajah Naruto memerah begitu juga Sasuke. Aku hanya heran dengan dua anak ini…

"Nii-chan…" Aku membalikan badan ku.

Kyuubi bersama Uchiha satu lagi menatap ku cukup serius, mereka juga berpegangan tangan. Aneh… Kenapa dua adik ku sedang seperti punya kekasih saja.

"Ada apa un?" tanya ku.

"Aku hari ini mau menginap di rumah Itachi… Boleh?" Aku mengernyitkan dahi tak biasanya Kyuu mau menginap di rumah temannya. "Aku sudah bilang kaa-san tadi pagi… Hanya saja kaa-san tak menjawabnya karna sibuk."

"Baiklah… Tapi besok pagi kau harus sekolah…" ujar ku. Wajah Kyuubi langsung tersenyum senang.

"Tentu saja nii-chan. Ayo Itachi…" Kyuubi langsung menarik tangan anak bernama Itachi tersebut.

"Sasuke, ayo pulang…" aku menoleh ke Sasuke.

Dengan perlahan Sasuke mengikuti Itachi, tapi matanya tetap mengarah ke Naruto. Dan Naruto hanya tertunduk malu. Astaga… Sebenarnya apa yang terjadi hari ini.

.

.

~oO0Oo~

.

.

Seperti janji ku kemarin aku kembali datang ke café itu dan bertemu dengan Sasori. Makin lama kami makin sering bertemu, bahkan aku sampai pernah menginap di café untuk membantu Sasori yang dapat order besar saat itu.

Satu hal yang tak bisa ku tahan lagi saat bersama dengan Sasori.

Aku jatuh cinta… Jatuh cinta untuk pertama kalinya…

Ya, aku mencintai Sasori sangat mencintainya.

.

.

"Dei!" Aku yang sedang bermain sepak bola bersama teman-teman ku disekolah langsung berhenti bermain.

Aku langsung berlari menghampirinya. Aku senang, sangat senang… Orang yang sangat ku cintai datang kesini.

"Ada apa?" Sasori mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Aku hanya mengernyitkan dahi, apa yang didalam genggaman tangannya?

"Kau ingat? Kemarin yang kukatakan aku ikut casting?" aku hanya mengangguk mengiyakan, aki ingat saat itu Sasori sangat deg-degan saat mengikuti casting itu. "Aku diterima di sana Dei! Menjadi pemeran utamanya pula!" dengan sangat gembira, reflek aku memeluk Sasori.

"Selamat! Akhirnya impian terkabul un!" aku melepaskan pelukan ku.

Aku heran saat Sasori yang sedikit sedih. "Kenapa?" Sasori menggelengkan kepalanya, seketika dia kembali tersenyum.

"Aku hanya, berpikir… Kita tak bisa sering bersama Dei…"

"Ya, kau benar un…"

"Tapi aku janji! Saat aku libur kerja aku akan terus mengingat mu Dei!" Aku tersenyum saat itu. Ya senyuman yang terakhir kalinya…

Sejak itu, Sasori sangat sibuk. Bertahun-tahun, dia menjadi artis yang sangat laris… Sasori sering main di film, dan drama bahkan dia juga bernyanyi. Dia sangat multitalent, makanya banyak rumah produksi yang mengincar Sasori.

Tapi, dia tak pernah menghubungi ku. Aku sedikit kecewa saat aku pernah dan dia saling bertatapan di salah satu acara dan aku sebagai crew di sana. Dia tak menyapa ku, dia bahkan tak tersenyum pada ku.

Tetapi aku tetap menerima kelakuannya yang berubah. Bagaimana pun Sasori cinta pertama ku.

.

End Flashback.

.

'Drrrtt… Drrtt…'

"Halo un,"

"Dei-nii…"

"Na-Naru… Kenapa? Hei? Katakan! Ada apa dengan mu un,!"

"Dei-nii… Sasu-Sasuke… Hiks…"

"Naruto! Halo! Halo!" dengan sigap aku langsung berlari keluar dari café itu dan pergi mencari kemungkinan dimana Naruto.

Sungguh aku sangat khawatir pada Naruto. Kami-sama… Tolong… Tolong… Lindungi adik ku.

"Deidara!" itu…

"Deidara!" aku langsung menghentikan langkah ku di depan taman. Aku lihat seseorang yang sangat ku kenal di sana. Duduk di ayunan…

"Sasori…" Apa yang harus ku lakukan? Naru membutuhkan ku. Aku langsung mengambil ponsel ku dan mengirim pesan ke Kyuubi. Semoga anak itu bisa membantu Naru…

"Dei…" saat aku mendonggakan kepala ku Sasori sudah ada di depan ku. "Bisa kita bicara sebentar?"

Aku hanya mengangguk, setelah itu aku mengikuti Sasori dari belakang.

Sasori mengajak ku ketempat rahasia miliknya. Sebuah danau di belakang taman. Kami duduk di bawah sebuah pohon sakura. Beberapa lama aku hanya berdiri memandang paras tampan Sasori.

"Dei…" Sasori menggadahkan kepalanya menatap ku.

"Ya un?" perlahan aku berjalan kearahnya dan duduk disamping Sasori.

"Maaf aku melupakan mu…" aku hanya menganggukan kepala ku.

Hening menyelimuti suasana hari yang mulai sore ini. Di sebelah kanan ku Sasori terus menatap lurus ke arah danau.

"Kau tau berita tentang ku…" Lagi-lagi aku hanya mengangguk. "Maaf…" aku mendonggakan kepala ku melihat Sasori yang tiba-tiba berdiri.

Aku pun berdiri, Sasori menoleh ke arah ku. Dan dengan sangat tiba-tiba saja dia menarik ku dan mencium ku.

Aku menutup mata, menikmati hal ini. Hal yang ku tunggu sejak dulu. Apa kah perasaan cinta ku terbalas?

"Dei…" aku membuka mata ku saat ku rasa Sasori menjauhkan wajahnya dari ku.

"Danna…" Sasori tersenyum saat ku panggilkan panggilan akrab ku dengannya dulu.

"Kau tau kan? Tempat ini?"

"Tentu un…"

"Dan mitos saat baa-chan menceritakan mitos itu?"

Sejenak aku terdiam. Mitos itu…

"Aku mencintai mu Dei… Tapi, Sakura membutuhkan ku… Begitu juga dengan ku…"

Senyum. Bukan senyuman bahagia saat ku dengar kata-kata yang keluar dari mulut Sasori. Senyum miris, hati ku sungguh sakit.

"Mitos… Siapa yang berciuman di depan danau ini di saat bunga sakura mekar adalah akhir dari sebuah hubungan…" aku mengucapkan cerita yang kudengar dari baa-chan –nya.

Ya, seharusnya dengan suasana yang sangat romantis ini pasti menjadi awal dari segalanya. Tapi, di sini adalah sebuah tempat dimana akhir itu datang.

"Kau harus melupakan ku…"

Senyum. Aku tersenyum kembali. Rasa cinta ku yang sejak dulu ku pendam hancur sudah. Bahkan sebelum aku tau rasanya dicintai dari orang yang kucinta.

"Aku yakin kau pasti bahagia dengan seseorang nanti. Mungkin kau akan berpikir bahwa aku ini aneh… Mencintai seorang pria eh? Tapi itu memang benar Dei… Aku mencintai mu… Tapi, kini aku tak bisa… Sakura sudah bagian dari hidup ku… Dia bagaikan nafas ku…" Aku diam, Sambil terus memandang wajahnya yang sedang tersenyum di terangi sinar matahari yang mulai sore. Aku tak pernah melihatnya tersenyum seperti itu, sangat lembut. Sangat tulus.

"Ya, tak apa-apa un," Aku tersenyum padanya. Walau sakit, ini lah kosekuensi yang sejak dulu ku pikirkan. Tak bisa bersama. Walau ku tau dia mencintai ku… Tapi hatinya tidak untuk ku.

"Maafkan aku…" setelah itu Sasori pergi. Pergi dari hidup ku… Tanpa sempat ku katakan 'Aku mencintai mu'.

'Bruk'

Aku terduduk… Kaki ku tak bisa lagi menompang tubuh ku. Sakit… Sungguh sakit… Tapi… Tapi kenapa bibir ini sempat saja tersenyum?

Aku menutup mata ku. Membiarkan air mata ku jatuh. Membiarkan kata-kata ku sendiri yang dulu selalu ku ucapkan 'aku tak akan menangis jika Sasori melupakan aku'.

Kata-kata bodoh… Harapan bodoh… Sasori bodoh!

"AKU MENCINTAI MU SASORI!"

.

.

.xXOXx.

.

.

"Tadaima…" ku langkahkan kaki ku masuk ke dalam rumah.

"Dei-chan!" ku lihat kaa-san yang sangat cemas pada ku. Dia menghampiri ku dan memeluk ku. Mungkin karena sekarang penampilan ku sangat kacau. "Dei? Kau kenapa?" kaa-san membingkai wajah ku dengan kedua telapak tangannya.

"Tidak ada kaa-san, aku tidak apa-apa un." Kaa-san menyeka poni ku yang menutupi wajah.

"Jika kau ada masalah cerita pada kaa-san sayang…" aku hanya memeluk kaa-san. Aku tak sanggup bercerita tentang Sasori.

"Nah, baiki penampilan mu. Dan temui seseorang di ruang tamu nanti." Aku mengangguk melaksanakan perintah kaa-san. Saat aku berjalan ku lihat kaa-san yang sedang tersenyum.

.

Aku berjalan dengan pelan ke ruang tamu. Aku sungguh malas… Gara-gara… Aiish! Aku tak mau mengingat masa lalu ku lagi!

"Ah, orangnya datang!" Aku terkejut saat tou-san berseru saat ku masuk ke ruang tamu. "Coba tebak… Siapa yang di balik topeng itu…" Aku menoleh ke orang yang ditunjuk tou-san.

Seorang laki-laki dengan topeng berwarna orange. Aku mengernyitkan dahi… Siapa?

"Sekarang kau bisa buka topeng mu…" Aku menoleh ke kaa-san, siapa? Siapa orang bertopeng itu.

Perlahan dia membuka topengnya… Mata ku membulat sempurna.

"To-Tobi!"

"Hai~ Deidara-senpai… Tobi anak baik di sini…"

Aku tersenyum padanya, orang yang selalu menghibur ku, selalu mendukung ku untuk mendapat cinta Sasori.

"Tadaima Dei-chan…" Aku tersenyum, aku tak tau kenapa… Tapi saat melihat wajah Tobi, aku merasa bahwa beberapa menit yang lalu itu hanya khayalan ku saja.

"Haha… Okaeri Tobi, si anak baik."

.

.End of First Love Deidara.

.

.

.

Omake.

.

Tobi POV.

.

"Tobi!" aku menoleh ke belakang dan melihat Deidara-senpai. Orang yang ku cintai… Dia cinta pertama ku.

"Ada apa Senpai~?" goda ku dengan menyenggol-nyenggol tubuhnya yang seperti anak peremupan.

"Ne, un. Aku mau bicara degan mu…" Aku menatap heran Deidara. Dia seperti sangat senang.

"Bicara saja senpai…"

"Aku jatuh cinta un,!"

"Dengan siapa senpai? Wanita mana?"

"Eh, itu dia un. Aku jatuh cinta pada laki-laki un,"

"Eh? Siapa senpai?"

"Namanya Sasori, dia siswa Suna High School un." Aku terdiam. Tak terbalas rupanya.

"Wah~ Sekali-sekali kenalin ke Tobi donk, senpai!"

"Iya un! Tenang aja…"

"Janji ya!"

"Ya! Tobi kan anak baik…" aku tersenyum lebar. Senyuman itu sebenarnya sangat miris. Tapi demi Deidara, asalkan dia bahagia… Aku senang… Karna dia selalu tersenyum untuk ku. Untuk adik kelasnya ini, Sahabatnya.

.

.

.

"Senpai! Opor ke Tobi!"

"Deidara!" aku menoleh ke orang yang memanggil Deidara-senpai. Laki-laki dari Suna High School. Apa itu yang namanya Sasori?

Ku lihat senpai berlari ke laki-laki itu. Beberapa saat senpai berbicara dengannya, dan berakhir dengan senyuman senpai yang sangat tulus pada laki-laki itu.

"TOBI! AWAS!" aku menoleh ke seruan teman ku.

'DUAAK'

Sebuah bola menghantam wajah ku dengan keras. Sesaat aku merasa aku terjatuh ketanah dan setelah itu aku tak tau lagi… Karna semuanya gelap.

.

"Senpai?" aku mendonggakan kepala ku melihat Deidara-senpai.

Dia membawakan sebuket bunga.

"Apa sudah baikan un?" dia mengambil kursi dan duduk di dekat ranjang rumah sakit tempat ku dirawat.

"Belum. Aku masih merasa sakit di wajah sebelah kiri ku."

"Aku harap kau cepat sembuh un,"

"Sudah lah… Senpai, lagi pula perban ini juga sudah membantu sedikit."

"Bagaimana bisa un?"

"Ya, dengan perban yang dibalut sebelah wajah. Membuat senpai tak perlu melihat wajah seram ku."

"Jangan bicara macam-macam un!"

"Haha… Senpai jangan marah… Aku hanya menggoda senpai saja kok!"

"Tapi kau membuat ku sedih jika kau bilang seperti itu!"

"Ya, ya maafkan aku ya senpai…" aku tersenyum, ya… Walau hanya sebelah wajah ku yang tampak tersenyum.

Karna peristiwa bola itu. Sebelah wajah ku bagian kiri retak, dan butuh operasi. Dan ibu ku bilang, aku akan pindah ke luar negeri untuk mempermudah operasi ku di sana. Berarti aku tak bertemu dengan senpai lagi.

"Tobi…"

"Ya senpai?"

"Boleh aku curhat un?"

"Silahkan senpai…"

"Sasori menjadi artis un! Orang yang ku cinta menjadi artis un!"

Aku terdiam. Dia curhat tentang Sasori… Lagi.

"Dei-senpai…" senpai, berhenti berbicara.

"Ada apa un?"

"Besok aku pindah ke luar negeri untuk operasi ku senpai." Lirih ku.

"Be-benar kah?" aku mengangguk. Sejenak wajahnya sedikit kecewa.

"Jangan lupakan aku ya senpai…"

"Tidak akan un,"

Semoga, dengan aku pergi dari sini membuat ku melupakan mu senpai. Aku sungguh mencintai mu senpai… Sungguh mencintai mu… Tapi biarlah… Biarlah aku pendam…. Karna aku tau, kau pasti akan berpaling pada ku…

.

.

.

Hari ini aku baru pulang dari New York. Wajah ku sudah di operasi, dan semua itu berhasil. Wajah ku sebelah kiri kembali seperti semula. Tapi aku sengaja menggunakan topeng, karna aku senang membuat orang penasaran dengan ku… Haha… Lupakan…

Aku menghentikan laju mobil ku di depan sebuah café. Saat aku membuka pintu mobil ku, ku lihat seseorang yang ku kenal sedang berlari terburu-buru.

"Deidara!" teriak ku, semoga saja ia mendengarnya. Pikir-pikir lebih baik ku kejar saja dia.

"De-

"Deidara!" langsung saja aku menghentikan langkah ku… Di taman sana… Sasori berdiri. Ku lihat Deidara membeku saat melihat Sasori.

Aku berdiam diri. Saat melihat Deidara dan Sasori masuk ke dalam taman. Aku pun mengikuti mereka.

Aku berdiri tak jauh dari Deidara dan Sasori. Aku melihat mereka yang tengah duduk berdua. Aku sedikit terpaku dengan suasana di sini. Sangat romantis.

Aku sedikit panik saat Sasori berdiri, lalu dikuti Deidara.

Tiba-tiba Sasori mencium Deidara, tangan ku terkepal erat menahan amarah. Lalu aku pun menangkan diriku.

Samar-samar aku mendengar percakapan mereka.

"Kau harus melupakan ku…" Aku membelalakan mata ku saat mendengar kata-kata Sasori.

"Aku yakin kau pasti bahagia dengan seseorang nanti. Mungkin kau akan berpikir bahwa aku ini aneh… Mencintai seorang pria eh? Tapi itu memang benar Dei… Aku mencintai mu… Tapi, kini aku tak bisa… Sakura sudah bagian dari hidup ku… Dia bagaikan nafas ku…" Aku sedikit tersenyum saat Sasori mengatakan itu. Ya, Deidara akan bahagia dengan seseorang. Yaitu aku…

"Ya, tak apa-apa un," Hati ku seperti teriris saat Deidara mengatakan itu sambil tersenyum. Aku tau itu bukan senyumannnya. Aku tau kau sedang tersakiti Dei…

"AKU MENCINTAI MU SASORI!" aku menutup mata ku. Aku meremas dadaku.

Sakit… Sakit saat melihat mu seperti itu Dei…

Dengan langkah pelan, aku keluar dari taman tersebut. Pergi kesuatu tempat.

.

.

'Ting Tong'

"Ya tunggu sebentar…"

'Ceklek'

"Eh? Maaf siapa ya?" aku tersenyum dibalik topeng saat melihat wajah bibi Kushina bingung dengan ku.

Perlahan aku membuka topeng ku. "Apa sekarang sudah ingat?" tanya ku sedikit menggodanya.

"Tobi!"

.

"Tadaima…" terdengar suara Deidara dari luar.

"Ah, sepertinya Dei-chan sudah pulang." Aku hanya mengangguk membiarkan bibi Kushina menghampiri Deidara.

"Hei, kenapa kau pakai topeng Tobi?" aku menoleh ke paman Minato.

"Hehe… Seperti tidak kenal Tobi saja paman…" kekeh ku.

"Ya, anak yang selalu membuat orang penasaran. Bahkan saat kau pergi saja, kau sukses membuat semuanya penasaran kau pergi kemana." Aku hanya tertawa mendengar pernyataan paman.

"Ha-ah… Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Dei-chan…" aku menoleh ke bibi Kushina yang sangat lesu.

"Memang kenapa dengan Dei, sayang?" Paman Minato merangkul istrinya yang duduk di sebelah kirinya.

"Entahlah, tapi dia seperti habis menangis…" Aku terdiam. Aku tau jika dia menangis, sangat tau…

Setelah beberapa lama aku terdengar suara langkah kaki pelan yang akan ke sini.

"Ah, orangnya datang!" Seru bibi Kushina, aku langsung mengalihkan perhatian ku dari bibi ke Deidara yang sudah datang. "Coba tebak… Siapa yang di balik topeng itu…" Goda bibi.

Aku hanya tersenyum simpul di balik topeng saat Deidara mengernyitkan dahi heran.

"Sekarang kau bisa buka topeng mu…" Aku melirik bibi Kushina yang tersenyum pada ku.

Perlahan aku membuka topengku.

"To-Tobi!"

"Hai~ Deidara-senpai… Tobi anak baik di sini…" Aku tersenyum lebar saat melihat wajahnya yang benar-benar kaget.

Wajah Deidara perlahan melembut dan senyuman yang kurindukan sejak dulu pun mengembang diwajahnya yang cantik itu. "Tadaima Dei-chan…" Ujarku sedikit menggoda pemuda cantik itu.

"Haha… Okaeri Tobi, si anak baik." Aku bersyukur, sungguh bersyukur… Senyuman orang yang ku cinta kembali lagi.

Demi apa pun didunia ini, aku akan menjaga senyuman manis itu. Walaupun nanti senyuman itu tak menjadi milik ku. Asalkan senyuman itu tetap mengembang di wajahnya, itu sudah cukup.

Deidara… Kau cinta pertama ku… My First Love…

.

.To Be Continue.

.

.

.

Bagaimana? Aneh? Gak jelas?

Mohon reviewnya ya minna~

.

Besok…

Jeng….

Jeng,,

Jeng…

Jeng,,

Jeeeenggg~

ItaKyuu!