Ini ff terinspirasi dari tv series white collar, plot dan karakter udah kumodifikasi. Intinya nyeritain con artist(disini JK) yang jadi criminal informant bagi FBI buat bantu nyelesaiin kasus kasus kejahatan. Disini aku juga pake karakter VIXX 'cause seriously karakter tv series itu banyak banget:)
Maaf kalo penjelasan kasusnya ga jelas(?) huhu:"
MAIN CAST: Jeon Jungkook/Kim Seokjin/Cha Hakyeon/Jung Hoseok/Lee Jaehwan
OTHER: member BTS, VIXX yang laen
SHIP: Taekook/Jinkook/Kenjin(cross)
RATE: M
Happy Reading!
AU REVOIR
I
Jeon Jungkook melangkah dari control unit1 di penjara federal ADX Florence, Amerika Serikat. Ia mengabaikan narapidana yang sedang melaksanakan tugas kebersihan sembari mengamatinya asing. Jungkook tersenyum singkat kepada sipir penjara yang tidak menggubrisnya dan kembali menggiring tahanan yang berkelahi pada jam makan siang.
Jungkook pun berjalan santai menuju pintu utama penjara supermax. Ia menyambut sinar matahari dengan senyum yang merekah pada wajahnya. Dengan cepat, Jungkook melepas seragam petugas penjara dan berganti dengan jaket kuning yang menyamarkan identitasnya menjadi petugas jasa layanan valet parking2.
1Control unit: area penjara yang sangat aman, di mana tahanan ditempatkan di sel isolasi untuk memisahkan mereka daritahanan lain.
2Valet parking: layanan parkir yang disediakan di restoran, klub, atau bandara di mana petugas memarkir kendaraan pelanggan.
"Sir!", Kini, Jungkook berada di bandara JFK, New York. Ia melambai sembari berlari kearah pria berjas mahal yang menggeret kopernya terburu buru. Para petugas berjaket kuning siap siaga sepanjang drop zone bandara.
"Aku akan kembali dalam seminggu, jaga mobilku dengan baik. Mengerti?".
"Dimengerti, Sir", Jungkook tersenyum sopan, menerima kunci mobil Rolls-Royce Phantom VIII sementara pemiliknya bergilir masuk ke dalam bandara.
Tidak ada yang lebih memuaskan dari sebuah kebebasan.
Jungkook pun mengendarai Rolls Royce Phantom VIII menjauhi John F. Kennedy Airport dengan kecepatan tinggi, menuju kehidupan yang dirampas darinya selama empat tahun dipenjara.
Sekarang, hanya satu tujuan yang Jungkook miliki.
Ia harus menemui Kim Taehyung dan meminta sebuah penjelasan.[]
Seokjin memperhatikan dua agent yang sedang bekerja membuka security vault di lokasi terakhir seorang kriminal yang telah diinvestigasi oleh FBI selama dua tahun. Seokjin bekerja dengan Federal Bureau of Investigation di New York City pada divisi white collar3.
3White Collar division: Divisi kejahatan yang mencakup pencurian, penipuan, penyuapan, penggelapan, pelanggaran hak cipta, pencucian uang, pencurian identitas, dan pemalsuan.
Sekarang, Seokjin sedang melakukan penyelidikan terhadap seorang kriminal yang disebut 'The Dutchman', buronan yang dituduh akan pencurian sebuah karya seni bernilai tinggi serta memalsukan dan menjualnya kembali ke black market.
"Drop three", seorang agent menyebutkan kombinasi pertama security vault ketika mendengar suara klik metal bar dari dalam safe yang sudah dipasangi alat pendengar. Security vault ini menyimpan barang bukti yang akan mengarahkan FBI semakin dekat dengan 'The Dutchman'.
"Drop two", agent itu kembali bersuara setelah memutar kombinasi vault ke kanan dengan jemarinya yang dilapisi sarung tangan lateks. Mereka hanya membutuhkan kombinasi terakhir sebelum mendapatkan semua petunjuk yang akan menyelesaikan kasus The Dutchman.
"Drop four, all pins down. Bersiap untuk membuka".
Seokjin mengernyitkan dahi ketika dua agents bergegas untuk membuka safe. Kombinasinya adalah 3-2-4, Seokjin melebarkan bola mata ketika sebuah pemikiran menampar wajahnya keras.
3-2-4….
"Tunggu!", Seokjin menyeru ketika dua agents menarik pintu besi hingga terbuka.
Seketika, sebuah ledakan menghempaskan para agents yang mengelilingi lokasi. Seokjin terbatuk keras diantara teriakan dan debu yang berterbangan disekelilingnya. Ia menggeleng tak percaya melihat semua barang bukti di dalam vault yang hancur akibat peledak yang terpicu.
"Aku sudah bilang tunggu!", Seokjin menghardik marah ketika anggotanya berjalan mendekat.
"Bagaimana kau bisa tahu membuka vault ini akan memicu ledakan, Boss?".
"3-2-4, cek ponsel kalian dan katakan kepadaku apa tulisannya!".
Salah seorang agent meraih ponselnya gelisah, membaca huruf yang tertera pada digit keypad 3, 2, dan 4.
"F-B-I", pria itu melebarkan bola matanya tak percaya. "Ia tahu kita akan datang".
Seokjin mengangguk tak habis pikir, meraih sebuah benang berwarna merah yang berserakan di lantai lokasi. "Ada yang tahu ini apa?", tak ada jawaban. Mereka berhasil mengejar The Dutchman begitu dekat dan sekarang mereka tak memiliki apa apa. Semua barang bukti sudah hangus.
"Hebat", Seokjin mendengus kesal. Ia hendak berbalik badan ketika seorang agent menghampirinya dengan wajah serius. Cha Hakyeon berdeham dengan raut resah, "Seokjin, kita mempunyai masalah lain. Aku baru saja mendapat kabar dari U.S Marshal4".
4Marshal: seorang federal berpangkat paling tinggi di angkatan bersenjata beberapa negara.
"Ada apa?".
Hakyeon menghela napas panjang, "Jeon Jungkook baru saja kabur dari penjara".[]
"Special Agent Kim. Aku Thompson, U.S Marshal", Thompson menyalami Seokjin dan Hakyeon yang tersenyum profesional kepadanya di penjara ADX, Florence.
"Kau adalah agent yang menangani kasus ini sebelumnya, benar? Kami membutuhkan bantuanmu", ujar Thompson tegas.
"Untuk apa Jeon Jungkook kabur ketika ia mempunyai sisa waktu 4 bulan di penjara?", Hakyeon bertanya tanya, namun, Seokjin tampak tegang. Ia menganggap kasus ini terlalu pribadi, bahkan menghabiskan dua tahun untuk mempelajari Jungkook dan menempatkannya dibalik jeruji.
"Apakah Jungkook pernah mendapat kunjungan?", tanya Hakyeon.
"Ya. Orang yang sama, setiap minggu", Thompson menjelaskan, memberikan data pengunjung selama empat tahun Jungkook dipenjara. Seokjin mendengus ketika membaca nama seorang pria yang selalu tercantum pada tiap minggu.
"Kim Taehyung".
"Kau mengenalnya?", tanya Hakyeon.
"Ya, bisa kami lihat rekaman ketika ia berkunjung?".
Mereka memperhatikan rekaman tanpa suara yang menayangkan Taehyung, memandangi Jungkook dengan wajah gelisah. Jungkook menekan jemarinya pada kaca yang memisahkan mereka berdua, namun, Taehyung tak pernah mendekat lagi.
"Berapa lama kita bisa mendapatkan lip-reader untuk rekaman ini?", Seokjin bertanya, namun dipotong dengan gelengan Hakyeon yang menghela napas panjang.
"Goodbye, Jungkook. It's been real".
"Apa?", tanya Seokjin sembari menoleh.
"Itu yang ia katakan", Hakyeon menyilangkan kedua tangan sembari memperhatikan gerak bibir Taehyung. "Ia mengucapkan selamat tinggal".[]
FBI telah mengelilingi sebuah apartemen milik Kim Taehyung. Menemukan Taehyung sama saja dengan menemukan Jungkook dan Seokjin bersumpah ia akan menangkapnya lagi, berapa kali pun Jungkook lari, Seokjin akan kembali menemukannya.
Seokjin berjalan memasuki sebuah kamar apartemen yang sudah dikosongkan beberapa hari. Ia menghela napas ketika melihat Jungkook yang terduduk sembari memainkan botol alkohol ditangannya.
"Tidak perlu basa basi. Jeon Jungkook, kau ditangkap".
Jungkook menoleh pelan, mengamati Seokjin yang balas menatapnya sangat tajam. "Ya, aku tahu", Jungkook bangkit dan tersenyum muram, meletakkan botol kosong yang ditinggalkan Taehyung untuknya.
Sebuah botol yang mengatakan satu hal.
'Goodbye'.
Apakah Taehyung benar benar pergi?
"Kau tahu kau akan dipenjara empat tahun lagi karena ini, kan? Hei", Seokjin memecah lamunan Jungkook sembari mendekati buronan yang hanya mengangguk singkat, tampak tak berencana untuk melarikan diri lebih jauh lagi.
"All clear. Suspect identified and unarmed", Seokjin berbicara melewati comms, diikuti dengan langkah FBI yang menaiki tangga dengan kecepatan kilat. Jungkook menerawang melihatsirene polisi yang menari nari diluar jendela apartemen.
"Selamat menikmati penjara, kurasa", Seokjin hendak berbalik ketika Jungkook menjulurkan jemarinya pada pundak pria yang langsung menarik pistol.
"Hei, tenang", Jungkook berujar geli, memungut benang merah pada jas Seokjin yang sedikit berdebu.
"Aku rasa kau tak tahu ini apa?".
Benang merah yang bertebaran saat security vault The Dutchman meledak.
Seokjin mengernyitkan dahi, "Memangnya kau mengerti?". Benang itu adalah satu satunya petunjuk yang akan mengarah ke The Dutchman, dan jujur saja, Seokjin tidak mengerti apa apa. Seokjin menahan geram ketika Jungkook tersenyum puas. Sepertinya, bajingan itu tahu informasi ini akan memberinya keunggulan.
"Jika kuberitahu, apa gantinya?".
"Kau kira aku akan membuat sebuah kesepakatan dengan orang sepertimu, hah?", tanya Seokjin dingin.
"Ini adalah security fiber untuk 100 dolar Kanada baru. Temui aku satu minggu lagi dipenjara".
"Ap‒".
"Seokjin!", Hakyeon mendekat sembari menyiagakan pistolnya gesit. Ia mendekati Jungkook yang masih tersenyum lebar kearah Seokjin.
"Jeon Jungkook, you're under arrest. Put your hands behind your back", Hakyeon memborgol kedua tangan Jungkook yang tidak melawan.
"Satu minggu lagi", Jungkook tertawa kecil kepada Seokjin sebelum Hakyeon mendorongnya kearah agent yang lain.
"Apa yang dia bicarakan?", Hakyeon menoleh, mengerti bahwa sesuatu telah terjadi diantara Seokjin dan Jungkook sebelum ia sampai ke lantai atas. "Apapun yang ia inginkan, kau tidak boleh menurutinya", Hakyeon berucap tegas. "Kau tahu Jungkook itu seperti apa, kan? Dia akan menemukan segala cara untuk menguntungkan dirinya sendiri".
Seokjin memejamkan mata sekilas, "Ya, ya aku tahu", ia nyaris tak merasakan remasan Hakyeon pada pundaknya ketika pikirannya kembali melayang kepada Jungkook.
'This is a security fiber for the new Canadian 100 dollar bill'.
'Meet me back in prison in one week'.
Seokjin telah membuat kesepakatan, tidak, Jungkook memberinya sebuah informasi yang sangat penting bagi penyelesaian kasus FBI. Mau tidak mau, sekarang Seokjin harus menemui kriminal itu dipenjara.
'One week'.
"Hei", Hakyeon menyadarkan Seokjin dari lamunan.
"We don't know what angle he's playing", Hakyeon menghela napas muram. "Kau bertemu dengannya satu menit saja dan ia akan membuatmu membebaskannya".
"Tidak", Seokjin menggeleng tegas. "Itu tidak akan pernah terjadi".[]
Seokjin memperhatikan narapidana itu dalam diam, sinar mentari menerobos memasuki jendela ruang kunjungan penjara Florence. Ia mengetukkan jemarinya berulang kali pada meja besi, mengerti betul bahwa keputusannya untuk menemui Jungkook sangatlah salah.
Seokjin teringat peringatan Hakyeon satu minggu silam. Namun, disinilah Seokjin, duduk berhadapan dengan Jungkook yang kembali tersenyum manis. Seokjin begitu membenci bagaimana kriminal itu membuatnya merasa gelisah, seperti Jungkook yang mengendalikan permainan kecil mereka alih alih Seokjin.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?", tanya Seokjin kaku.
"Aku akan membantumu menangkap The Dutchman".
"Dan darimana kau tahu tentangnya?".
Jungkook mengangkat bahu, "You know my life, don't you think I know yours?", Seokjin memainkan jemarinya resah, membenci perasaan khawatir akan bayangan Jungkook yang kembali terlepas dari cengkeraman FBI dan berkeliaran diluar sana, tidak pernah tertangkap.
"Apa kau akan membiarkanku membantumu, Agent Kim?".
Seokjin menggeleng tegas, "Sangat disayangkan, aku mengerti kau, Jeon. Begitu aku membebaskanmu, kau akan melarikan diri".
"Oh, bagaimana dengan ini?", Jungkook menyerahkan folder data yang menyangkut informasi akan sebuah alat pelacak. "GPS tracking anklet6, kau bisa memonitor setiap gerakanku, setiap waktu", Seokjin membalas senyuman Jungkook dengan dengusan pahit.
"Tidak".
6Tracking anklet: alat pelacak yang dikenakan kirminal dalam house arrest atau pembebasan bersyarat. Tracking anklet akanmengirimkan sinyal berisi lokasi dan informasi lainnya ke receiver. Jika pelaku bergerak di luar rentang radius yang diizinkan, pihak berwajib akan diberi tahu.
"Tracking anklet ini tidak bisa diutak atik, kau masih tidak percaya?".
Seokjin kembali mengingat Hakyeon, peringatannya akan tawaran yang mungkin akan diberikan Jungkook. Seokjin sadar ia sangat terdesak, namun, Hakyeon yang membantu Seokjin menangkap Jungkook dua tahun lalu, menjernihkan pikirannya yang terlalu terobsesi pada kasus.
"I said no but nice try", Seokjin bangkit dari kursi dan untuk sepersekian detik, ia dapat melihat wajah Jungkook yang memucat dan frustasi, sebelum wajah itu kembali datar dengan senyuman yang menyembunyikan pikiran berkecamuk pria itu.
"Goodluck finding The Dutchman then".
Seokjin mengangguk, menghindari bola mata Jungkook yang terus saja memandanginya dalam, "Goodluck spending the next four years in prison".[]
Jungkook meremas rambutnya di dalam sel penjara malam itu, ia melihat garis hitungan hari yang ia habiskan selama empat tahun. Sekarang, ia akan menghabiskan empat tahun lagi membusuk tanpa jawaban. Sendirian di balik jeruji dengan Taehyung yang meninggalkannya tanpa alasan jelas. Jungkook berteriak dan membanting meja sembari mencoret semua hitungan hari yang ia guratkan di dinding sel.
Seokjin menolak tawarannya, memutuskan bahwa Jungkook hanya kriminal yang pantas mendapatkan hukuman di penjara. Sekarang, Jungkook tidak bisa mencari tahu tentang keberadaan Taehyung. Ia hanya bisa berdiam diri sembari menunggu waktu pembebasannya datang.
Jungkook tercekat ketika jemarinya mulai bergetar, bersamaan dengan lampu sel yang terguling jatuh dan pecah berserakan di lantai. Jungkook tak mempunyai kebebasan. Ia telah kehilangan Taehyung.
Ia tak memiliki apa apa.[]
"Hei, kenapa kau sangat lesu?", Lee Jaehwan menyambut Seokjin di apartemen mereka, tersenyum cerah dan memeluk pria yang mendudukkan diri kelelahan. Seokjin tersenyum tipis kearah kekasihnya yang setia menunggu. Jaehwan adalah satu satunya orang yang ia percaya selain Hakyeon, bahkan sering memberi nasihat kepada Seokjin mengenai kasus yang sedang ia tangani.
"Apa kau sudah bertemu Jeon Jungkook?", tanya Jaehwan lembut, Seokjin hanya mengangguk kecil, terus teringat pria yang terlihat frustasi di penjara Florence. Apakah Jungkook memang berniat membantunya? Atau dia hanya akan kabur ketika mendapatkan kesempatan?
"Jin", Jaehwan tersenyum sembari mengusap pundak Seokjin sehalus mungkin. "Kau sedang memikirkan tawarannya, kan?".
Seokjin menghela napas sebelum mengangguk, "Aku tahu ini salah, Jae. Kemungkinan besar, Jungkook hanya berusaha menipuku, seperti ia menipu semua orang".
"Bagaimana kalau memang ia membutuhkan kesempatan untuk memperbaiki hidupnya?", tanya Jaehwan yang hanya dibalas dengan dengusan sengit Seokjin.
"Tidak", Seokjin tersenyum pahit.
"Once a con always a con".
Jaehwan memberikan jeda panjang, merangkul Seokjin dan mengusap tangannya lembut, "Mengapa sangat sulit bagimu untuk percaya dia hanya ingin mencari kekasihnya, hm?".
Seokjin tersenyum kaget, "Maksudmu Kim Taehyung? Tidak", ia mendengus geli sebelum melanjutkan. "Apa menurutmu Jeon Jungkook akan kabur dari penjara berkeamanan maksimal hanya untuk sebuah cinta? Tidak mungkin", Jaehwan hanya mengedikkan bahu sebagai balasan, mendudukkan dirinya disamping Seokjin yang masih mengenakan jas kantor.
"Dia tahu kau akan menangkapnya lagi, Jin. Untuk apa Jungkook kabur dengan sisa waktu penjara empat bulan? Why take the risk?", Seokjin memikirkan pertanyaan itu berulang kali. Ini salah. Bahkan Hakyeon sudah memperingatinya bahwa ada sesuatu yang tidak mereka mengerti dari Jungkook.
"It can't be Taehyung", Seokjin menggeleng. "There's some angle to this, Jae. Tidak mungkin Jungkook melarikan diri hanya untuk kekasihnya".
Jaehwan tersenyum tipis, "Iyakah? Bagaimana denganku kalau begitu?", Seokjin mengernyit bingung, Jaehwan hanya membalasnya dengan tawa kecil. "Kalau aku yang berada diluar sana‒".
Jaehwan memeluk Seokjin hangat, "Wouldn't you run for me?".
Seokjin terengah kalut, tidak bisa berkata kata ketika Jaehwan bangkit dan berjingkat jingkat kelantai atas. Apakah mungkin Jeon Jungkook memang hanya ingin bertemu dengan Taehyung?
Apakah mungkin seseorang sepertinya berkorban untuk cinta?[]
"Biarkan aku melihatnya", Seokjin menyidekapkan tangan, mengernyit ketika matahari menyilaukan matanya di depan gerbang penjara Florence. Gerbang besi menggeser dengan dengung lembut, memperlihatkan Jungkook yang berjalan kearahnya sembari tersenyum puas. Jungkook pun mengangkat celananya, memperlihatkan tracking anklet yang berkedipan hijau.
"Begini peraturannya", Seokjin menyuara ketus, meksi ia harus mengakui bahwa ia sudah kalah. Ia berakhir menerima tawaran Jungkook yang kini menyeringai kecil di sampingnya. "Kau hanya memiliki radius 200 mil, oke? Kalau kau kabur, kau tidak akan kembali dengan waktu penjara 4 tahun", Seokjin memelotot tajam.
"You're back here for good".
Jungkook mengangguk mengerti.
"Kau akan tergoda untuk mencari Taehyung‒Don't", Seokjin melirik Jungkook tajam ketika pria itu hanya mengangguk lagi. "Bantu kami menangkap The Dutchman, dan kau akan bekerja dengan FBI secara permanen".
"Anything else I'm missing?", Jungkook mendekat kepada Seokjin sembari memasukkan tangannya pada saku. Rasanya, sangat puas melepas seragam oranye penjara Florence.
Seokjin mengamatinya dalam diam sebelum berbalik badan kaku.
"Masuk ke mobil".[]
"Selamat pagi, Jin", Hakyeon menoleh dari tumpukan kasus yang sedang ia pelajari di meja kerjanya ketika Seokjin berjalan keluar dari lift gedung Federal Bureau of Investigation. Hakyeon mengernyit melihat Seokjin yang tetap termangu di pintu kantor.
"Jin, ada apa?", ia membeku ketika melihat seorang pria lain yang berdiri di belakang Seokjin. Hakyeon hanya bisa mengamati dalam diam ketika ia mengenali pria itu sebagai Jeon Jungkook.
Jungkook pun berjalan masuk ke dalam kantor FBI, tracking anklet tersemat di kaki kirinya. Ia mengamati sekeliling dengan para agents yang mengawasinya tajam.
"Mulai hari ini‒", Seokjin menarik napas panjang. "Jeon Jungkook resmi menjadi C.I7 dalam unit kita".
7Criminal Informant(CI): Orang yang memberikan informasi khusus tentang seseorang atau organisasi kepada penegak hukum.[]
Hakyeon tidak bisa berkata kata lagi ketika Seokjin menghela napas dengan raut menyesal. Hakyeon hanya menatap penuh tanya dan kekecewaan, ia sudah memperingati Seokjin akan hal ini. Bukankah semua yang ia katakan benar terjadi sekarang? Jungkook telah dibebaskan dan diresmikan menjadi Confidental Informant mereka.
Tidak ada penjara, Jeon Jungkook justru menjadi sebuah aset bagi FBI.
"Sudah kubilang, berhati hati dengannya", ujar Hakyeon pelan, enggan menatap wajah Seokjin yang terlihat sangat bersalah.
"Ia setuju untuk menjadi CI, aku memberinya tracking anklet dengan radius 200 mil. Tenang saja, ia tidak akan bisa kabur dari pengawasanku, dan kalau ia mencoba, ia akan dipenjara seumur hidup".
"Jadi, sekarang dia justru bekerja bersama kita?", Hakyeon memaksakan seulas senyum ketika Seokjin mengangguk kecil.
"Kau mempertaruhkan karirmu untuknya, Jin", Seokjin tidak menjawab, menghindari tatapan Hakyeon yang mengamati Jungkook dalam diam.
"Percayalah kepadaku. Aku bisa menanganinya".
Jungkook menoleh, tersenyum kepada Hakyeon yang masih mengawasinya tanpa suara.
"Hai, Namaku Jeon Jungkook. Jangan khawatir, aku akan membantu kalian menyelesaikan kasus", Hakyeon berdeham pelan dan menyalami tangan Jungkook tanpa pernah melepaskan tatapan darinya.
"Like they say", Hakyeon tersenyum tipis. "To solve the hardest cases, we need to hire the smartest criminal".[]
