Taemin dan Jonghyun sedang bermain video game di dorm SHINee. Taemin nyaris saja menang telak, tinggal satu kali pencet tombol, saat Minho pulang.

"Aku pulang," Minho melempar sepatunya ke lantai walaupun dia tau nanti bakal dimarahi Key. Tapi serius, dia cuma terlalu gembira akhirnya bisa bertemu sang pacar setelah hari panjang yang penuh dengan schedule aneh yang disusun oleh manajer hyung. Yang benar saja, jadi model sepatu?

Memang sih sepatunya Nike, tapi tetap saja, pose sepanjang hari dengan sepasang sepatu bisa membuat seseorang menjadi gila.

Minho mendekati Taemin dengan gembira saat Taemin melempar remote controller ke arahnya.

"Aduh, sakit."

"Gara-gara kamu aku jadi kalah," dan Taemin langsung beranjak pergi begitu saja. Sekedar kecupan selamat datang saja tidak ada. Minimal pelukan lah, itu saja sudah segalanya buat Minho.

Setelah tiga hari menghadapi kemarahan Taemin yang mendadak muncul.

"Kamu bau keringat. Pergi sana, monster keringat," saat Minho pulang dari jogging pagi.

"Aku mau melatih gerakan dance baruku," waktu Minho mengajak Taemin beli es krim.

"Rasanya tiba-tiba aku udah nggak suka susu pisang lagi," waktu Minho kira banana milk bisa menyejukkan hawa yang panas.

"Tanganku licin," waktu Minho ingin main video game bareng.

"Kamu kayak kodok," waktu Minho ingin foto bareng Taemin.

"Kamu terlalu tinggi," waktu Minho minta dicium.

"Aku lagi diet, jadi aku cuma makan oreo sama minum susu pisang," oh jadi tiba-tiba Taemin suka susu pisang lagi saat Minho membelikan susu strawberry dan kue coklat.

"Tempat tidurku terlalu sempit buat kita berdua," waktu Minho ingin memeluk Taemin di malam hari.

"Kenapa sih akhir-akhir ini Taemin marah banget sama aku?" Tanya Minho pada Onew, member yang paling bijak seisi dorm.

"Mungkin kamu lupa anniversary kalian?"

"Bukan kok, aku sudah cek kalender dua kali."

"Gimana kalau kamu tanya saja pada Taemin kenapa dia begitu?"

"Menurutmu dia bakal jawab?"

Onew melempar bantal ke arah Minho.

"Sekarang jam setengah tiga pagi, sialan. Minho. Ya Tuhan. Biarkan aku tidur."

Hari berikutnya, Minho bangun pagi (dia nggak bisa tidur sebenarnya) dan menunggu Taeminnnya bangun di samping tempat tidurnya. Kemudian saat Taemin bangun, "pagi matahariku," dia menyunggingkan senyum 1000 megawatt kepada Taemin.

"Aku mau mandi," Taemin bangun dan menuju kamar mandi. Meninggalkan Minho yang tercengang.

Setelah Taemin mandi sangat lama ditambah 2 jam kemudian karena Key meminta Taemin membantu dia memasak dan bersih-bersih setelahya, Minho dan Taemin duduk di hall. Atau lebih tepatnya Taemin berjalan dan Minho menggenggam pergelangan tangannya.

"Kamu kenapa marah banget sama aku beberapa hari ini?"

"Menurutmu kenapa aku marah?"

"Entahlah, makanya aku tanya."

"Mungkin ada hubungannya dengan waktu kamu ngobrol sama Sulli beberapa hari yang lalu."

Aku caper sama Sulli? Atau apa? Nggak. Kayanya nggak deh, waktu itu kita ngobrol tentang Taemin, pikir Minho.

"Ingatkan aku, aku bilang apa soalnya kurasa aku nggak bilang apa-apa yang bisa sampe bikin kamu marah."

Taemin mengacungkan jari ke arah Minho.

"Kamu bilang aku kaya anak umur 5 tahun."

"Kamu cute dan enak dipeluk dan imut kaya bocah umur lima tahun."

"Aku nggak kaya gitu," Taemin cemberut.

Minho menarik Taemin dan mendudukkannya di pangkuannya.

"Masa?"

"Iya, beneran. Aku sudah 19 tahun dan aku sudah dewasa."

"Yakin?"

"Iya. Sangat. Aku sudah dewasa. Ingat itu."

"Okelah kalau kamu bilang begitu."

"Memang begitu kok."

Minho mendekatkan wajahnya ke telinga Taemin dan berbisik dengan nada yang seksi.

"Kalau begitu mungkin kita bisa menikmati malam yang dewasa nanti."

Taemin lari dan mengunci diri di dalam kamarnya malam itu.