Prosaic
By : Dara
Summary : "Aku ini biasa saja, Mingyu." Mingyu memang terkecoh awalnya, namun kali ini tidak. Mingyu yakin bahwa penilaian Wonwoo akan dirinya sendiri salah, karena apa yang dinilai biasa saja oleh seseorang belum tentu biasa pula menurut penilaian orang lain. "Tidak, kau jauh dari kata biasa, Wonwoo." You aren't prosaic, you're totally shocking! Meanie, Jeon Wonwoo Kim Mingyu SEVENTEEN FF, GS.
Cast : Kim Mingyu – Jeon Wonwoo. Meanie – Minwoo. Genderswitch. Don't Like Don't Read.
Chapter 1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mingyu memang sudah menanti ini sejak lama. Ia bahkan telah melingkari tanggal hari ini sebagai hari terbaik dalam satu tahun kehidupannya yang biasa-biasa saja. Pesta reuni sekolahnya adalah acara paling menyenangkan, tempat di mana Mingyu bisa melepaskan segala beban pekerjaannya dengan berbincang sepuasnya, sampai mulutnya berbusa kalau perlu.
Pesta reuni adalah ajang bagi Mingyu tebar pesona dihadapan para wanita. Sebagian dari mereka yang dahulu merupakan para idola, tetap tampil menawan layaknya masa sekolah dulu, sementara sisanya yang Mingyu kenal culun tampak telah bertransformasi menjadi sosok wanita idaman seiring bertambahnya usia.
Tak terkecuali Jeon Wonwoo.
Kehadirannya malam ini saja sukses membuat Mingyu sesak napas. Ia adalah pengunjung tetap acara tahunan ini dan berbanding terbalik dengan Wonwoo. Mingyu sangat yakin bahwa kedatangan Wonwoo hari ini adalah yang pertama kalinya.
Secara pribadi Mingyu memang telah lama memperhatikan Wonwoo. Namun tak sampai hati untuk mencari tahu dan memilih untuk menelan bulat-bulat rasa penasarannya selama selama tiga tahun berturut-turut.
Jeon Wonwoo sebenarnya adalah gadis yang kelewat biasa. Seragam sekolahnya dahulu tidak ketat, terlihat longgar dan nyaman. Rambut panjangnya selalu diikat satu ke belakang, tak pernah berganti model dan warna. Selalu mengenakan tas sekolah yang sama, warna hitam dengan merek ternama berlogo centang.
Ia juga tidak terlihat mengikuti kegiatan ekstra apapun di sekolah, apalagi sampai menjadi anggota kesiswaan atau apapun itu.
Ia juga bukan gadis yang ramah. Wajahnya yang cantik namun emo itu semakin mendukung pribadi Wonwoo yang terkesan dingin, angkuh dan tertutup. Banyak teman sekelas Mingyu terlihat segan dengan Wonwoo karena citra yang melekat pada dirinya itu. Wonwoo seperti rumah angker yang enggan didekati kebanyakan orang.
Kalaupun ada yang mau mendekati, mereka pasti hanya orang-orang nekat yang kurang kerjaan. Jadi jika sudah seperti ini jangan bayangkan bahwa Wonwoo adalah korban bullying di sekolah.
Kebiasaannya di kelas hanya dua, pertama belajar dan kedua tidur. Saat guru mereka tak datang, Wonwoo akan memilih melipat tangannya di atas meja lalu tidur. Begitupun di waktu istirahat setelah menghabiskan bekalnya, gadis itu kembali tertidur.
Hanya sesekali Mingyu pernah mendapati Wonwoo tengah tertawa dengan teman sebangkunya di kelas. Wonwoo terdengar melempar guyonan-guyonan yang tak semuanya lucu. Namun yang pasti mayoritas waktunya di kelas hanya untuk belajar dan tidur. Sangat jelas terlihat bahwa Wonwoo tak menyukai keramaian hingga ia memilih tertidur setelah belajar.
Kesimpulannya menurut Mingyu, Wonwoo adalah seorang gadis yang datar sekali kehidupan sekolahnya, sehingga cukup mengejutkan bukan jika gadis yang telah menjelma menjadi wanita dewasa itu kini hadir dalam pesta reuni yang Mingyu yakini sebelumnya tak pernah ia datangi setelah tujuh tahun mereka lulus sekolah menengah atas.
Tak hanya kehadiran Wonwoo saja yang membuat Mingyu sesak napas, tapi penampilannya.
Wonwoo tampil luar biasa dengan balutan blus hitam tanpa lengan yang dipadukan dengan rok ketat selutut warna hitam. Entah apa visi misinya memakai pakaian seperti itu di saat hampir semua wanita memilih gaun malam berwarna cerah yang memang sesuai dengan dress code yang diumumkan.
Namun demikian Mingyu bersumpah bahwa warna hitam sangat cocok dengan kulit putih bersih Wonwoo.
Bahan blusnya yang lembut dan jatuh itu terlihat mengikuti arah gerak tubuhnya. Kerah blusnya memang tidak terlalu rendah, namun kalung rantai rumit yang mengikat leher Wonwoo itu sukses membuat otak kotor Mingyu bekerja dengan giatnya.
Mingyu masih menikmati minuman yang disajikan oleh penyelenggara. Ia fokus memperhatikan Wonwoo yang tengah sibuk berbincang dengan beberapa orang wanita. Mingyu sendiri tak yakin jika para wanita itu dahulu merupakan teman Wonwoo, atau bahkan mereka mengenal Wonwoo saja Mingyu ragu.
Namun kini mereka justru terlihat sangat akrab, saling melepas rindu lewat canda seolah telah mengenal lama. Ekspresi wajah Wonu yang khas saat tengah tertawa terlihat. Ekspresi yang dahulu hanya Wonwoo tujukan pada teman sebangkunya.
Lalu tak lama setelah itu, Mingyu tak bisa menyembunyikan senyumnya saat ia bisa menangkap gerak-gerik Wonwoo yang sesekali melirik ke arahnya, seperti tengah curi-curi pandang.
Gestur tubuh Wonwoo mengisyaratkan bahwa ia berniat menarik perhatian Mingyu, dan wanita itu mendapatkannya. Mingyu berjalan ke arahnya, menghampirinya dengan senyum tipis yang sangat menunjukan ketertarikannya pada Wonwoo.
Kehadiran Mingyu di hadapan Wonwoo kini sukses membuat perhatian para wanita yang tengah berbincang dengannya tertuju pada pria tampan ini.
Mingyu sempat terkekeh pelan sambil memainkan gelas minumannya, mengalihkan sedikit atensinya dari Jeon Wonwoo yang sempurna.
Sungguh, Wonwoo itu seperti Dewi yang jatuh dari langit. Pada jarak yang sudah lebih dekat ini, Mingyu baru sadar bahwa Wonwoo merias tampilan matanya. Tidak berlebihan namun cukup membentuk dimensi yang lebih dalam dan memanjang pada matanya yang tajam itu.
Gairah Mingyu meningkat berkali-kali lipat.
Wonwoo menatapnya intens dan seketika Mingyu kehilangan kemampuannya untuk berbasa-basi, padahal Mingyu itu rajanya basa-basi. Mingyu blank hanya karena melihat riasan mata Wonwoo dan tampilan rambutnya yang digelung berantakan ke atas.
"Jeon Wonwoo.."
Mingyu jelas kehilangan ide tentang bagaimana seharusnya menyapa Wonwoo, hingga ia hanya membisikan namanya layaknya mantra.
Namun semuanya di luar dugaan Mingyu saat Wonwoo mengulurkan tangannya, dan Mingyu tentu tak kuasa menolak.
"Kim Mingyu.."
Suaranya dalam sekali dan hampir saja Mingyu terhipnotis. Wonwoo masih menatapnya, tepat di kedua bola mata Mingyu hingga pria itu menyadari sesuatu.
Wonwoo terlihat tak kuasa menahan senyumannya saat Mingyu mulai mengajaknya ke tempat yang lebih sepi, mengundang desahan kecewa dari wanita-wanita yang menjadi teman bicara Wonwoo sebelumnya.
Mingyu telah meletakan gelasnya asal di meja yang mereka lewati. Keduanya terus berjalan menjauhi keramaian, tidak keluar dari arena pesta memang tapi bagian dari ruangan ini nampak lebih nyaman untuk mereka berbincang saling mengakrabkan diri, atau lebih tepatnya membantu Wonwoo menghindar dari teman-temannya.
"Kupikir kau nyaman dengan mereka.." Mingyu sempat terkekeh pelan selagi Wonwoo menatapnya dengan penuh rasa syukur.
"Mereka membicarakan banyak hal yang aku sendiri malas menanggapinya." Penjelasan Wonwoo membuat Mingyu semakin tak mengerti jalan pikiran wanita.
Wonwoo sama sekali tidak menunjukan gestur malas-malasan tadi. Ia terlihat cukup antusias dengan tawa di mana-mana. Beruntung Mingyu menghampirinya dan menyadari sinyal dalam tatapannya yang seolah mengatakan 'bawa aku pergi Mingyu, kumohon'.
Mingyu merasakan ada sedikit perasaan bangga dalam hatinya. Ia merasa hebat karena berhasil menyelamatkan seorang wanita yang memang telah menarik perhatiannya sejak masa sekolah dulu dari situasi yang tidak disukainya.
"Tak banyak waktu untuk berbincang denganmu Wonwoo-ya.."
Kali ini giliran Wonwoo terkekeh pelan. Ia sadar betul bahwa sepertinya kemampuan basa-basi Mingyu telah kembali, atau mungkin kali ini bukan sekedar basa-basi karena kenyataan yang terjadi di masa sekolah mereka dahulu.
Mereka memang teman sekelas namun Mingyu tak cukup beruntung untuk bisa mengetahui lebih jauh tentang Wonwoo yang membuatnya penasaran. Sebaliknya, Wonwoo juga tak cukup beruntung untuk bisa akrab dengan Mingyu yang merupakan idola para gadis.
"Mungkin aku punya banyak waktu sekarang Mingyu-ya.."
Mingyu cukup terkejut dengan jawaban itu. Ia pikir tak akan semudah itu mendapatkan sinyal positif dari seorang Jeon Wonwoo. Setidaknya Wonwoo bisa menunjukan ekspresi tidak berminatnya pada pria jangkung dengan setelan jas hitam dan kemeja merah maroon sebagai dalamannya itu.
Wonwoo tersenyum lembut sambil menatap tautan tangan mereka, dan seperti ada makna tersirat dalam tatapannya. Jemari Wonwoo yang dingin membuat Mingyu berpikir tentang sesuatu yang mungkin tidak beres dari wanita ini.
Begitu pula dengan sikap Wonwoo yang seperti telah terbiasa dengan interaksi mereka. Padahal Mingyu yakin bahwa tak banyak waktu yang mereka habiskan dahulu. Pertemuan mereka di sekolah tak ada apa-apanya. Mereka hanya saling mengenal wajah dan nama secara sekilas. Hanya bertemu saat berpapasan saja, itupun jarang sekali terjadi.
Rasa canggung itu seharusnya ada, namun Wonwoo tak menunjukannya. Jujur Mingyu bingung. Ia hanya bisa balas tersenyum, menatap Wonwoo yang semakin lama semakin menunjukan sinyal keterbukaan yang sangat kuat.
Posisi mereka cukup intim, Mingyu bersandar pada tembok di belakangnya, sementara Wonwoo berdiri tepat disampingnya. Sangat dekat hingga lengan telanjang Wonwoo bersentuhan dengan dada Mingyu dan jangan lupakan tangan mereka yang masih saling mengenggam satu sama lain.
Jauh dari keramaian dengan suasana yang dingin dan temaram membuat adrenalin Mingyu berpacu dengan kerasnya, hingga ia hampir saja mati berdiri saat tangan kiri Wonwoo mulai bergerak terlalu aktif.
"Oh Wonwoo, tunggu. Kau yakin?"
Ini seperti tidak benar, rasanya terlalu cepat dan mendadak!
Mereka sebelumnya hanya saling mengenggam tangan, tak terlibat perbincangan panjang, dan Wonwoo tiba-tiba sudah bergerak maju untuk mencium Mingyu.
Ya, berciuman dalam arti yang masih sama yaitu menempelkan bibir satu sama lain. Mingyu seperti berusaha menarik kesadaran Wonwoo yang bahkan telah meraih tengkuknya.
Jeon Wonwoo jelas terlalu ekstrim.
Sebagai pria yang sebelumnya mengenal Wonwoo sebagai sosok yang pendiam dan terkesan dingin, tentu Mingyu merasa perlu untuk memastikan tak ada yang salah dengan Wonwoo, mungkin saja wanita ini mabuk hingga sampai hati main cium begini.
"Apa aku kurang cukup meyakinkanmu?"
Mingyu mengerjapkan matanya berulang kali menanggapi pertanyaan aneh itu. Sementara Wonwoo yang telah menyadari gestur menolak Mingyu, memilih untuk menarik diri sebagai respon dari penolakan tersebut.
"Wonwoo-"
"Aku harus pulang."
Kepala Mingyu pening. Bahkan belum ada sepersekian detik dan Wonwoo sudah akan beranjak meninggalkannya layaknya ia idiot.
"Hey, tunggu.."
Mingyu menarik lengan kurus itu cepat dan menatap Wonwoo.
"Kita baru bertemu… dan ya… kau tahu aku hanya terkejut." Jelas Mingyu terlihat tak ingin membiarkan Wonwoo pergi begitu saja.
"Aku harus pulang.."
"Won-"
"Pada jam-jam seperti ini anakku biasanya terbangun."
Pertemuan singkat mereka pun selesai. Mingyu sibuk mematung di tempat selagi Wonwoo pergi meninggalkannya.
Sungguh sepertinya Jeon Wonwoo memang berniat membuat Mingyu mati berdiri malam ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
End of Prosaic Chapter 1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Udah lama ga nulis ff, terakhir bulan Maret dan kali ini masih tentang Meanie, karena makin cintaaa sama couple ini dan terima kasih atas respon-respon positif yang reader tunjukan di ff meanie aku yang Obsessive Compulsive to Love *peluk satu-satu*
Semoga untuk judul baru Prosaic kali ini berkenan di hati yaaa wkwkwkwk
Salam
Dara
