.

.

.

"Bukankah itu Lee Hyukjae ?"

"Iya benar, itu dia namja miskin yang telah merayu Lee Donghae "

"Mwo ? Lee Donghae putra presdir Lee ?"

"Cih, menjijikan sekali ! Dia kan namja, mana mungkin Lee Donghae menyukai namja"

Berbagai cacian mengiringi langkahnya. Entah sudah yang keberapa ratus kali ia mendengarnya. Namja itu-Lee Hyukjae-terus menundukan wajahnya, tak ingin melihat orang-orang yang memandang rendah dan jijik kepadanya.

Hyukjae tidak menangis, lebih tepatnya tidak ingin menangis. Semenjak dirinya menerima pernyataan cinta dari Lee Donghae, entah sudah berapa banyak air mata yang mengalir dari matanya. Lee Donghae, putra tunggal dari seorang pengusaha kaya, pewaris utama seluruh harta kekayaan keluarga Lee. Pemilik Unniversitas tempatnya menimba ilmu saat ini. Namja yang kini berstatus sebagai 'kekasihnya'

" Saranghae Hyuk-ah " Mata sipit itu terbelalak.

Pasalnya beberapa saat lalu, namja tampan yang kini tengah duduk dihadapannya ini baru saja menyatakan cinta padanya yang notabene adalah seorang namja sama sepertinya.

"Tapi... aku-

" Aku tahu apa yang akan kau katakan Hyuk" Namja tampan itu-Donghae-menyela ucapan Hyukjae.

"Percayalah Hyuk, cintaku bukanlah main-main. Walaupun kita sesama namja tapi aku sungguh mencintaimu Hyuk. Kumohon cobalah,,, cobalah menjalaninya bersamaku. Jadilah kekasihku Lee Hyukjae "

Hyukjae tertunduk, bola matanya bergerak-gerak gelisah. Namja manis itu terpaksa mengangkat wajahnya saat telapak tangan Donghae menyentuh pipinya. Hyukjae memberanikan diri untuk menatap lurus pada sepasang obsidian yang menatapnya sendu. Tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa nyaman saat bersama Donghae. Disaat orang lain menjauhi karna status ekonominya, Donghae justru mengulurkan tangan dan menawarkan pertemanan. Namja tampan itu selalu melindunginya dari orang-orang yang berniat mengganggunya. Namun status merekalah yang menjadi penghalang baginya. Tapi Hyukjae sungguh tak ingin menyakiti hati namja dihadapannya ini. Mata pemuda manis itu terlihat berkaca-kaca kala tak mendapati kebohongan sedikitpun dimata Donghae.

Hyukjae menghembuskan nafasnya pelan, namja manis itu kemudian tersenyum manis yang justru membuat nafas Donghae serasa tersangkut dikerongkongan.

"Baiklah, ayo kita coba"

"Huh ?" Respon Donghae tak mengerti.

Hyukjae berdecak pelan. Selain kekanakan, namja dihadapannya ini juga bodoh ternyata.

"Mari kita coba jalani hubungan ini, aku dan kau, Lee Donghae " Ujarnya lembut disertai semburat merah tipis dikedua pipinya.

Kali ini tak butuh waktu lama agar Donghae mengerti ucapannya. Namja tampan itu tersenyum lebar serta merta menabrakan tubuh tegapnya pada tubuh kurus Hyukjae, mendekapnya erat.

"Gomawo Hyukkie-ah, Saranghae~"

Hyukjae tersentak kaget saat merasakan sesuatu menangkup ditelinganya dari arah belakang tubuhnya. Namun pemuda manis itu tahu betul siapa orang yang melakukannya, orang selalu hadir saat Hyukjae membutuhkannya. Lee Donghae kekasihnya.

" Jangan dengarkan mereka, kumohon dengarkan aku saja" Donghae berbisik lembut ditelinganya yang kini tengah ditutup dengan kedua telapak tangannya.

Hyukjae tersenyum tipis.

"Tentu saja" Suara lembut Hyukjae yang disertai anggukan membuat Donghae ikut tersenyum.

Perlahan Pemuda tampan itu menggengam tangan Hyukjae, menuntun kekasih manisnya untuk beranjak dari tempat mereka saat ini. Menyisakan berbagai macam pandangan dari orang-orang yang melihatnya.

.


.

UNTIL THE END

.

.

a HAEHYUK Fanfiction

DONGHAE X EUNHYUK

.

.

.

Boys Love / Yaoi

Romance Story

It's dedicated for Donghae birthday and for my lovely author Lee Haerieun & Nyukkunyuk

Warning : Typo(s), EYD tidak beraturan, DLDR

*italic = flashback

.

.

.

.

DochiDochi present

.

.

Enjoy~~

.

.


.

Pabila cinta memberi isyarat

kepadamu, ikutilah dia, Walau jalannya

sukar dan curam. Dan pabila sayapnya

memelukmu menyerahlah kepadanya.

Walau pedang tersembunyi di antara

hujung-hujung sayapnya bisa

melukaimu. Dan kalau dia berbicara

padamu percayalah padanya. Walau

suaranya bisa menggetar mimpi-

mimpimu bagai angin utara

membinasakan taman.

.

.

Terhitung ini sudah menit yang ketiga puluh, dua orang lelaki beda usia ini terlihat tetap sibuk pada kegiatan masing-masing.

Yang lebih muda menghembuskan nafasnya jenuh sembari bertopang dagu dengan tangan yang bertumpu pada handlle sofa yang ia tempati.

"Kalau tidak ada yang ingin Aboeji bicarakan lebih baik aku pergi " Akhirnya namja muda itu membuka suaranya seraya berdiri dari sofa yang ia duduki.

"Santailah saja Donghae-ah, Aboeji hanya ingin menyampaikan sesuatu padamu. Jadi duduklah dulu " Pria paruh baya yang terlihat berkharisma itu berseru tenang walaupun terdengar nada tegas dari suaranya. Donghae hanya mendengus dan kembali mendudukan dirinya. Pria paruh baya yang Donghae sebut aboeji tersebut tersenyum kemudian menyesap kopinya yang kini sudah mulai mendingin.

"Minggu depan akqn ada metting dengan relasi bisnis Aboeji "

Kedua alis tebal Donghae bertaut, tak mengerti kenapa ayahnya memberitahunya masalah seperti ini, terlebih ayahnya tahu Donghae tidak pernah tertarik dengan hal yang berbau perusahaan. Namun namja tampan itu tetap diam menunggu kelanjutan ucapan sang ayah.

"Dan Aboeji ingin mengenalkanmu dengan putri rekan bisnis aboeji, jadi Aboeji minta kau hadir pada metting kali ini"

Donghae mendengus mendengar ucapan sang ayah.

"Tak perlu bertele-tele, Aboeji ingin menjodohkanku dengan putri rekan bisnis aboeji itu 'kan ?" Tuan Lee tersenyum mendengar penuturan putra semata wayangnya itu.

"Kau memang cerdas Donghae-ah"

"Tapi maaf, aku menolak. Karna aku sudah memiliki seorang kekasih " Ujar Donghae tegas.

"Eoh, begitukah ? Siapa dia ? Mengapa Aboeji tidak tahu ?" Tukas Tuan Lee masih tetap tersenyum.

"Dia teman kuliahku" Jawab Donghae singkat.

"Begitu ya ?" Tuan Lee menghela nafas pelan

"Bawalah dia kesini,aku ingin mengenal gadis itu " Tambahnya.

Donghae tak menjawab, namun raut wajahnya terlihat menegang.

"Jika tidak ada lagi yang ingin Aboeji bicarakan, aku pergi " Perlahan Donghae bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu namun baru saja tangannya menyentuh handlle pintu sang ayah menginterupsinya.

"Aboeji harap pilihanmu tidak mengecewakan Donghae-ah " Donghae tidak berbalik menghadap Tuan Lee namun genggamanya pada gagang pintu mengerat.

"Tentu saja, dia yang terbaik " Ucapnya dan bergegas meninggalkan sang ayah yang menatapnya penuh arti.

.

.


.

.

Hyukjae terus menerus mengerat ujung baju yang dikenakannya, namja manis itu teramat gugup kali ini. Salahkan kekasihnya yang tampan tapi sangat menyebalkan ini yang dengan seenak jidatnya mengajaknya-menyeret-kesini disaat Hyukjae baru saja menyelesaikan kelas terakhirnya tadi. Dan pemuda manis itu pun harus rela mendapat omelan dari Kim Heechul, pemilik kedai ramyun tempat Hyukjae bekerja part time karna tidak masuk kerja hari ini.

Hyukjae memandang takjub mansion megah tersebut. Pasalnya ini kali pertama pemuda manis itu menginjakan kakinya disini.

Dan kini mereka berdua tengah berdiri didepan sebuah pintu yang akan mengantarkan mereka untuk menemui Tuan Lee-ayah Donghae.

Berbeda dengan Donghae, pemuda tampan itu terlihat lebih tenang. Bukannya Donghae tidak gugup, tentu dia sangat gugup atau takut lebih tepatnya. Bagaimanapun juga Donghae sangat mengenal perangai sang ayah.

Perlahan diraihnya jemari dingin Hyukjae.

"Berjanjilah, apapun yang akan terjadi nanti kau akan tetap bersamaku dan tak kan pernah meninggalkanku, Hyuk. Berjanjilah. Dan aku berjanji semua akan baik-baik saja " Ujarnya lembut sembari mengelus pucuk kepala Hyukjae. Membuat Kekasih manisnya itu mengangguk dan mencoba tersenyum ditengah serangan rasa gugupnya.

Donghae membulatkan tekadnya. Diraihnya handlle pintu dan ketika pintu itu terbuka menampakan sosok Tuan Lee yang tengah duduk disingle sofa ditengah ruangan dengan dua orang disisi kiri dan kanannya yang merupakan bodyguardnya.

Dengan langkah pasti Donghae melangkah mendekat, dapat ia rasakan genggaman Hyukjae pada tangannya mengerat.

"Aboeji"

Mendengar Donghae menyerukan namanya Tuan Lee mengalihkan perhatiannya dari dokumen yang sedang dibacanya. Pria paruh baya itu tersenyum tipis, terlihat berwibawa dan berkharisma namun dingin dan angkuh disaat yang bersamaan.

"Aku datang, sesuai dengan permintaanmu kemarin. Perkenalkan, Ini Hyukjae, dia kekasihku" Donghae berujar setenang mungkin.

Tuan Lee masih tetap tersenyum mendengar penuturan anaknya tentang sosok namja yang dibawanya. Namun rahang pria dewasa itu mengeras begitu melihat tangan Donghae dan Hyukjae yang saling bertautan erat.

"Jadi ini pilihanmu Donghae-ah, seorang namja ?" Donghae tak menjawab pertanyaan ayahnya, karna tanpa ia jawab pun ayahnya itu sudah tahu jawabannya.

"Jadi siapa tadi namamu ?" Sorot mata tajam itu kini beralih menatap Hyukjae yang masih menundukan wajahnya.

"Lee Hyukjae. Nama saya Lee Hyukjae, Tuan" Cicit Hyukjae.

"Apa pekerjaan orang tuamu ?" Kali ini Hyukjae tak langsung menjawab, Donghae yang mengerti kekasihnya tengah diliputi perasaan takut pun berinisiatif menjawab pertanyaan yang dilontarkan ayahnya.

"Aboeji, dia-

"Aku tidak bertanya padamu Lee Donghae"

Namun sang ayah menginterupsinya. Donghae amat tahu bahwa sang ayah kini tengah menyudutkan Hyukjae dengan pertanyaan yang dilontarkannya.

"Jadi Lee Hyukjae-ssi, apa pekerjaan orang tuamu ?"

"Saya... Saya yatim piatu, Tuan " Pemuda manis itu menggigit bibir bawahnya, rasa sesak tiba- tiba menyerang dadanya ketika mengingat kedua orang tuanya yang kini telah tenang disurga.

Donghae menatap sendu sang kekasih, namun seruan sang ayah memaksa Donghae mengalihkan atensinya.

"Aku tak menyangka jika Donghae telah melakukan keasalahan dengan memilih kekasih sepertimu, seorang namja dan yatim piatu" Tuan Lee berujar santai tak mengindahkan raut wajah anaknya yang mengeras.

"Aboeji !" Donghae berseru kesal. Namun Tuan Lee tak menggubris seruannya.

"Kurasa aku tak perlu menjelaskan lagi perbedaan status kalian berdua, pasti kau sudah mengerti 'kan Hyukjae-ssi ?"

Pria paruh baya itu tersenyum meremehkan.

"Aboeji !" Donghae kembali berseru keras, namja itu mengepalkan tangannya. Emosinya benar-benar tersulut karna ucapan sang ayah. Mencoba merangsak maju namun sentuhan Hyukjae dilengannya menghentikan aksinya.

"Tentu saja saya mengerti Tuan. Saya dan Donghae memang sangat jauh berbeda. Anda tidak perlu repot-repot menjelaskannya. Tapi maaf, saya tidak bisa pergi dari Donghae karna saya sudah berjanji padanya "

Seulas senyum ia berikan kepada ayah dari namja yang dicintainya itu. Sedangkan raut muka pria paruh baya itu terlihat kembali mengeras.

"Aboeji, ini bukan sebuah kesalahan. Aku benar- benar mencintainya. Tak bisakah Aboeji merestui kami " Donghae mencoba peruntungannya.

"Kau akan menderita jika meneruskan semua ini"

"Aku tidak takut menderita, asal Hyukkie ada bersamaku" Pemuda itu berujar yakin.

"Kau bukan lagi putraku Lee Donghae, jika kau tetap bersamanya"

Donghae terkejut mendengar ucapan sang ayah, begitu pula Hyukjae.

"Ba-

"Tidak! Akulah yang akan pergi Tuan, asal kau tidak melakukan itu pada Donghae"

Donghae tertegun mendengar seruan Hyukjae yang telah memotong ucapannya.

Raut wajah Hyukjae tak terbaca olehnya saat ini.

"Hyukkie, apa maksudmu ?" Pemuda itu beresu gusar.

"Aku akan melepaskannya asal kau bisa menjanjikan hidup dan kebahagiaannya tanpaku " Suara Hyukjae sedikit bergetar saat mengucapkan kalimat terakhirnya. Bagaimanapun Hyukjae tidak ingin memutus hubungan orang tua dan anaknya jika ia terus mempertahankan cintanya. Dirinya tak boleh egois.

Mendengar ucapan Hyukjae, Tuan Lee pun tersenyum sinis.

"Maaf jika saya mengganggu waktu anda Tuan, saya permisi " Hyukjae membungkuk hormat setelah sebelumnya melepaskan genggaman Donghae pada tangannya. Dan menbalikan badannya hendak meninggalkan tempat tersebut namun Donghae dengan sigap Donghae kembali meraih lengannya.

"Hyukkie~" Donghae menatap Hyukjae dengan pandangan memohon. Namun namja manis itu hanya tersenyum dan kembali melepas genggaman Donghae pada lengannya. Dan dengan tergesa pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Hyukkie, tunggu !" Donghae tak menyadari kapan para bodyguard ayahnya berpindah kesamping kiri dan kanannya, mencengkram kuat lengannya, menghentikan pergerakannya yang berniat mengejar Hyukjae.

"YA ! APA- APAAN KALIAN ? LEPASKAN AKU, BRENGSEK !" Semakin Donghae mencoba berontak maka semakin erat pula cengkraman dilengan dan bahunya.

"ABOEJI, LEPASKAN AKU !" Donghae kembali berteriak.

"Perjodohanmu akan segera dilaksanakan dan mulai saat ini kau tidak bisa keluar dari mansion ini Donghae-ah" Tuan Lee berujar datar.

"Kurung dia dikamarnya" Perintahnya pada kedua bodyguard yang tengah memegangi putranya tersebut.

"TIDAK ! LEPASKAN AKU !" Donghae terus memberontak kala kedua bodyguard tersebut menyeretnya. Tuan Lee hanya memandang datar anaknya yang terus berteriak dan memberontak.

"BRENGSEK ! LEPASKAN AKU !"

Tubuh Donghae tersungkur kelantai kala kedua bodyguard tersebut menghempaskannya.

BRAK

Dan berakhir dengan bantingan keras pada pintu kamar dengan Donghae terkunci didalamnya.

.

.


.


.

Kelas dosen Park telah berakhir lima belas menit yang lalu. Tapi Hyukjae masih betah duduk dibangkunya. Sepasang onyx kelamnya menatap kosong lurus kedepan. Genap satu minggu setelah pertemuannya dengan Tuan Lee, dimana saat itu Hyukjae pulang dengan keadaan basah kuyup.

Dan sudah satu minggu juga Donghae tak menemuinya. Rindu ? Tentu saja. Hyukjae sangat merindukan Donghae. Tapi saat ini dirinya tidak bisa menemui kekasihnya itu karna janjinya pada Tuan Lee untuk meninggalkan Donghae. Entahlah, keputusan yang ia ambil saat itu tepat atau tidak. Yang ada dipikirannya saat itu adalah Donghae akan menderita jika Tuan Lee tak menganggapnya anak lagi. Tapi tanpa ia ketahui keputusannya itulah yang justru menyakiti Donghae dan dirinya sendiri.

Hyukjae sungguh tak tahu apa yang terjadi pada kekasihnya itu.

Hyukjae tersadar dari lamunannya kala mendengar suara asing menembus gendang telinganya.

"Kau Lee Hyukjae ?"

"Ne ?"

Hyukjae cukup terkejut saat mengetahui siapa orang yang berdiri dihadapannya kini. Tentu saja Hyukjae mengenal orang ini, karna Donghae sering menghabiskan waktu dengannya. Sahabat Donghae, Cho Kyuhyun. Namun yang membuat kedua alis Hyukjae bertaut adalah untuk apa Cho Kyuhyun menemuinya ?

"Ada yang ingin kusampaikan padamu "

.

.


.

.

Tepat satu jam sudah Hyukjae terduduk dibangku taman ini, sendirian. Pikirannya kembali melayang pada beberapa waktu lalu, saat Kyuhyun menemuinya.

'Donghae Hyung dikurung dalam kamarnya selama seminggu ini, ayahnya memerintahkab bodyguard untuk menjaganya, karna itu dia menyuruhku menyampaikan padamu bahwa Donghae hyung akan menemuimu hari ini. Aku yang akan membantunya keluar nanti "

Biarlah Hyukjae melanggar janjinya kali ini. Mungkin ini adalah terakhir kalinya ia menemui Donghae sebelum ia benar- benar pergi dari kehidupan pemuda tampan itu. Begitu pikirnya.

Namun sudah lewat dari waktu yang ditentukan, Donghae belum juga muncul. Perasaan khawatir kembali menelusup kedalam hatinya. Apakah ada yang terjadi dengan Donghae ? ataukah kekasihnya itu mengalami kesulitan ? Hyukjae terus bergelut akan kekhawatirannya terhadap Donghae saat dua pasang sepatu hitam mengkilap terhenti dihadapannya. Kedua bola matanya melebar saat mengetahui siapa sosok yang tengah berdiri angkuh dihadapannya.

.

.


.

.

Donghae berlari sekuat yang ia bisa, masih menggunakan setelan jas formalnya. Pikirannya berkecamuk. Bagaimana keadaan Hyukjae sekarang, apakah kekasihnya itu masih menunggunya.

Donghae benar- benar mengutuk tindakan ayahnya yang membuatnya tak bisa menemui Hyukjae. Namun pemuda tampan itu sungguh sangat berterima kasih pada kedua sahabatnya Kyuhyun dan Kibum yang rela membantunya untuk kabur dari acara perjamuan sialan yang diadakan Tuan Lee untuk mempertemukannya dengan gadis yang akan dijodohkan dengannya. Cho Kyuhyun dan Kim Kibum adalah dua sahabat Donghae yang juga putra dari relasi bisnis Tuan Lee. Tak heran jika mereka memiliki akses untuk menemui Donghae yang tengah berada dalam masa pengurungan. Entah bagaimana cara duo jenius itu mengecoh para pengawal yang selalu menempel padanya.

Donghae menghentikan larinya begitu sampai ditempat dimana ia berjanji akan menemui Hyukjae. Nafasnya memburu dengan kedua tangan bertumpu pada lututnya. Pemuda itu mengedarkan pandangannya kesekeliling taman ini. Sepi. Apa Hyukjae sudah pergi ? Mengingat sudah 6 jam berlalu dari waktu yang ia sepakati untuk bertemu.

"Kau dimana Hyuk ?" Gumamnya.

Diraihnya ponsel yang berada dalam saku jas yang dikenakannya, mencoba menghubungi kekasihnya.

Panggilannya tersambung tapi tak ada jawaban, namun telinganya sayup- sayup mendengar sebuah suara yang sangat familiar karna dia sendiri yang memilihkannya untuk ponsel yang ia berikan pada Hyukjae.

Suara itu nada dering dari ponsel Hyukjae.

Jadi, Hyukjae masih disini.

Tapi dimana kekasih manisnya itu ?

Donghae menajamkan pendengarannya, perlahan melangkahkan kakinya ketempat yang ia yakini sebagai tempat suara itu berasal. Semakin dekat, semakin jelas.

Disana, dibalik pohon oak besar seseorang tengah terduduk dengan wajahnya yang terbenam pada lutut yang ia tekuk didepan dada dan ia dekap erat. Donghae semakin mendekati sosok itu, surai coklat madu orang itu membuat Donghae yakin bahwa sosok itu adalah orang yang dicarinya. Lee Hyukjae, kekasihnya.

Donghae ikut berjongkok didepan tubuh Hyukjae dan mengusap helaian surai halusnya pelan.

"Hyukkie~"

Hyukjae mengangkat wajahnya kala merasakan sentuhan lembut dikepalanya dan suara bass lembut itu menyebut namanya.

"Hae~,,,,Donghae " Gumamnya lirih.

Donghae amat terkejut melihat keadaan Hyukjae, mata sipit kekasihnya terlihat sembab, pipi putihnya basah oleh air mata. Donghae yakin namjanya ini sudah lama menangis. Namun dari semua itu yang membuat hatinya sesak bagai diremas adalah adanya darah yang mengalir dari kening Hyukjae juga sudut bibirnya yang membiru dan juga sedikit mengeluarkan darah. Apa yang terjadi, siapa yang melakukan ini pada Hyukkienya.

"Apa yang terjadi Hyuk ?" Donghae bertanya dengan nada khawatir yang sangat kentara. Namun Hyukjae tak menjawab. Perlahan direngkuhnya tubuh rapuh namjanya kedalam dekapannya, masih dengan posisi berjongkok.

Tangis Hyukjae pecah manakala namja manis itu membenamkan wajahnya didada bidang sang kekasih.

"Hae-ya hiks... hiks"

Donghae semakin mengeratkan pelukannya sambil mengusap lembut punggung Hyukjae.

"Tenanglah Hyuk, aku disini... aku disini"

Dapat Donghae rasakan jemari sang kekasih yang mencengkram kuat lengannya.

.

.

.


.

Tubuh kurus nan rapuh Hyukjae kini terbaring lemah diatas ranjang kecil miliknya. Donghae tak beranjak seincipun dari posisinya saat ini, duduk bersila dilantai disamping ranjang Hyukjae. Dengan sebelah tangan menggenggam jemari Hyukjae dan sebelah tangannya lagi mengelus helaian surai coklat madu kekasihnya itu.

"Mianhae Hyukkie-ah... Mianhae " Lirihnya.

"Aku tidak becus menjagamu, aku benar-benar tidak berguna "

"Berhenti meminta maaf Hae-ah, ini semua bukan salahmu "

"Tapi kau ter-

"Hae-ah, kumohon. Ini semua bukan salahmu. Percayalah, aku sungguh tidak apa-apa. Jadi berhentilah meminta maaf, hmm ?!"

Donghae menatap lurus sepasang onyx sekelam malam Hyukjae yang balas mebatapnya sendu, sungguh Donghae merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi pada namja manisnya itu. Donghae tahu, bahkan sangat tahu siapa dalang dibalik kejadian tersebut. Tidak lain adalah ayahnya sendiri. Hanya saja Donghae tidak mengira kalau ayahnya sampai berbuat seperti ini.

Donghae berjanji akan membuat perhitungan pada ayahnya berikut semua para pengawalnya yang dengan tangan mereka telah menyentuh bahkan melukai kekasihnya.

"Saranghae Hyukkie-ah... Saranghae " Ujarnya lembut, kemudian mengecup dahi dan sudut bibir Hyukjae yang terluka.

"Kau tahu aku juga mencintaimu, Hae-ah "

Hyukjae tersenyum lemah.

Perlahan jarak antara keduanya pun terkikis, sebuah kecupan lembut Donghae berikan pada bibir pucat pria manisnya itu. Tak ingin menyakiti, hanya ingin menyampaikan betapa pemuda tampan itu begitu mencintai kekasihnya itu.

Semburat merah tipis tercipta dikedua belah pipi tirus Hyukjae saat Donghae menjauhkan bibirnya.

"Saranghae" Hingga bibir pucat itu menyunggingkan sebuah senyum dengan sendirinya saat mendengar untaian kata cinta yang terucap dengan begitu manis.

Donghae ikut membaringkan tubuhnya diatas ranjang yang hanya cukup ditempati untuk satu orang itu, sehingga mengharuskan Hyukjae menggeser sedikit tubuhnya guna memberikan tempat untuk Donghae.

"Kau tidak pulang Hae-ah ?"

Hyukjae bergumam dalam dekapan Donghae.

"Kau mengusirku ?" Donghae memasang wajah merengutnya.

"Bukan seperti itu Hae-ah, hanya saja aku tidak ingin keadaan menjadi bertambah buruk, karna ayahmu pasti akan semakin marah jika kau tidak pulang "

"Tapi aku masih ingin bersamamu Hyuk " Donghae masih setia dengan wajah merengutnya. Apakah Hyukjae tidak sadar bahwa kekasihnya itu sedang merajuk.

"Hae-ah~~" Namja bergummy smile menawan itu justru ikut merajuk plus tatapan anak anjing terbuangnya.

Siapa yang akan tahan dengan serangan ganda tersebut.

"Arra... arra, aku akan pulang tapi setelah kau tidur " Dan Donghae pun dengan amat sangat teramat terpaksa mengalah. Namun kedua sudut bibirnya tertarik keatas kala sebuah kecupan mendarat dipipinya.

Donghae melonggarkan pelukannya saat merasakan nafas teratur Hyukjae, menandakan bahwa kekasihnya itu telah tertidur pulas. Pemuda tampan itu bangkit dengan sangat perlahan, agar tidak mengusik tidur Hyukjae. Donghae menatap wajah pias kekasihnya dengan pandangan sendu. Gurat lelah dan kesedihan tercetak jelas pada garis wajah yang biasanya selalu berbinar ceria ketika bersamanya itu.

"Saranghae Hyukkie-ah " Bisiknya lembut sembari mengecup kening Hyukjae lama diiringi dengan setetes liquid bening meluncur dari obsidian sendunya.

Dengan langkah berat Donghae berjalan menuju pintu keluar dimana telah menunggu apa yang sedari tadi dihindarinya. Donghae bukan tidak tahu. Donghae sangat tahu bahwa semenjak dirinya dan Hyukjae meninggalkan taman tadi ada yang mengintai mereka atau lebih tepatnya mengikuti mereka. Dan benar saja, begitu pintu itu terbuka beberapa orang namja bertubuh tegap telah menunggunya. Donghae menatap datar beberapa atau lebih tepatnya empat orang didepannya.

"Aku bisa berjalan sendiri, jadi jangan menyentuhku " Suara Donghae bagaikan desisan, membuat keempat pengawal yang awalnya hendak mencekal lengannya segera mengurungkan niatnya. Dan segera mengikuti langkah tuan mudanya memasuki mobil dan meninggalkan rumah kecil Hyukjae.

.

.


.

.

BUGHH

"BRENGSEK !"

Begitu sampai dimansion keluarganya, Donghae lantas melayangkan bogem mentahnya kepada para pengawal- pengawal tersebut yang juga ia yakini yang telah melukai Hyukjae atas perintah ayahnya.

Dihajarnya para pengawal itu dengan membabi buta. Mungkin Donghae akan membunuh mereka kalau saja suara berat Tuan Lee tidak menginterupsinya.

"Kau sudah pulang rupanya " Tuan Lee mencoba berbasa-basi.

Donghae mengepalkan tangannya. Tanpa rasa takut sedikitpun ia menatap tajam sang ayah.

"Apa yang Aboeji lakukan ?" Serunya penuh amarah. Namun sang ayah hanya tersenyum meremehkan.

"Kau kabur pada saat pertemuan dengan kolega demi menemui namja miskin itu. Dan itu cukup membuatku malu. Dan kurasa itu cukup untuk memberinya sedikit pelajaran"

Donghae mengeram. Ingin rasanya pemuda tampan itu melayangkan tinjunya pada wajah sinis sang ayah. Namun Donghae tahu efek apa yang akan diterimanya kelak.

"Jangan gegabah anakku, kau tahu apa yang bisa kulakukan "

"Jangan pernah mencoba untuk melukainya lagi atau kau akan menyesal memiliki anak sepertiku"

.

.

.


.

Hari kelima dimana Donghae kembali terkurung dikamarnya. Dan hari kelima juga namja itu tak menyentuh makanan maupun minuman apapun yang dibawakan para pelayannya. Hingga tubuh yang biasanya berdiri tegap itu tumbang beberapa saat lalu. Dan terpaksa Dokter pribadi keluarga Lee memberikannya infus untuk memberi asupan pada tubuhnya.

Donghae masih berdiri didepan jendela kamarnya saat pintu itu terbuka. Menampakan sosok pria paruh baya yang berstatus sebagai ayahnya. Yang perlahan mendekat kearah Donghae yang masih tak bergeming atas kehadirannya.

"Lusa pernikahanmu dan Ailee akan dilaksanakan. Jadi persiapkan dirimu" Suara pria dewasa itu terdengar memecah keheningan.

"Kuharap kau tidak mencoreng nama keluarga dengan tindakan bodohmu, Lee Donghae"

Donghae memejamkan matanya. Nafasnya tiba- tiba terasa berat.

"Apakah nama baik keluarga lebih penting dibandingkan kebahagiaan putramu, Aboeji ?" Suaranya pelan seakan tertahan ditenggorokan.

"Tidak ada kebahagian antara cinta sesama namja" Tuan Lee berujar sarkastik.

"Segera lupakan cinta bodohmu itu" Kemudian Tuan Lee berbalik dan berniat meninggalkan Donghae sebelum ucapan sang anak membuatnya berhenti melangkah.

"Untuk pertama kalinya aku menyesal telah terlahir didalam keluarga ini. Aku menyesal telah terlahir menjadi anakmu Tuan Lee" Sesaat Tuan Lee nampak terkejut dengan ucapan sang anak, namun pria itu kembali melanjutkan langkahnya tanpa berbalik sedikitpun. Meninggalkan Donghae yang kini tengah mengepalkan tangannya. Pemuda itu tahu cepat atau lambat hal ini pasti akan terjadi. Namun dirinya tak akan menyerah untuk tetap mempertahankan cintanya. Untuk tetap mempertahankan Hyukjae disisinya.

BUGH

Kepalan tangan itu sukses menghantam kaca jendela dihadapannya hingga hancur berkeping- keping. Darah segar menetes dari tangannya yang terluka karna terkena pecahan kaca. Tubuh Donghae kemudian merosot kelantai bersandarkan dinding.

Dan untuk kedua kalinya pintu kokoh itu kembali terbuka, menampakan sosok seorang pengawal berwajah oriental dengan membawa nampan dikedua tangannya.

Kedua bola mata sipit pelayan itu menatap nanar keadaan tuan mudanya yang duduk tertunduk dilantai dengan punggung tangan yang terlihat mengeluarkan darah.

Pengawal tersebut segera meletakan nampan yang dibawanya dan bergegas mengambil obat-obatan untuk mengobati tangan Donghae yang terluka.

"Kenapa menyakiti diri sendiri ?" Dengan perlahan pengawal tersebut menyeka darah pada luka Donghae. Namun tak ada reaksi dari tuan mudanya itu. Padahal ia sangat yakin bahwa Donghae tidak tertidur. Donghae tetap tak bergeming bahkan disaat pengawal itu membalurkan alkohol pada lukanya.

"Donghae yang kukenal tidak seperti ini "

"Apa pedulimu ?" Donghae berujar dingin, kini sepasang onyx yang biasa terlihat teduh itu memandang tajam pada orang yang tengah membalut lukanya.

Menangkap nada dingin pada suara Donghae, pelayan itu justru tersenyum.

Namun kemudian senyum hangat itu berubah menjadi senyuman miris ketika ia mengamati raut wajah Donghae. Jelas sekali terlihat perasaan marah, kecewa, takut dan terluka diwajah pucat itu.

"Tentu aku peduli padamu"

Setelah selesai dengan luka Donghae, diambilnya nampan yang tadi dibawanya.

"Makanlah, kau terlihat sangat menyedihkan " Ujarnya sembari menyodorkan sepiring nasi beserta lauk pauknya.

"Cih... aku memang menyedihkan. Jadi biarkan aku mati " Donghae memalingkan wajahnya kearah berlawanan dari orang dihadapannya itu.

"Mianhae... Maafkan aku Hae-ah" Pengawal itu berujar lirih.

Donghae memejamkan matanya, dadanya kembali terasa sesak mendengar orang itu meminta maaf padanya.

"Maafkan aku, harusnya aku melindungi dan menjagamu. Tapi yang kulakukan justru menyakitimu. Aku sungguh berdosa telah melanggar janjiku pada Eomonim"

Suara pengawal itu terdengar bergetar.

Tanpa disadari setetes luquid bening lolos dari mata Donghae yang terpejam saat nama mendiang sang ibu disebut. Terbersit dipikirannya, seandainya sang ibu masih berada disisinya saat ini pasti ibunya akan memeluknya dan memberikan dukungan padanya. Namun semua itu hanya seandainya. Karna sang ibu telah meninggalkannya beberapa tahun lalu.

Semakin lama semakin deras air mata yang mengalir, namun tanpa isakan. Donghae menangis dalam diam. Pemuda itu berdiri, mencabut jarum infus yang masih tertancap ditangannya dengan paksa sehingga mengakibatkan darah segar menetes dari tangannya.

"Apa salahku ?" Donghae berujar dengan suara bergetar.

"Apa salahnya kami saling mencintai ? Kenapa kalian begitu kejam memisahkan kami ?!" Intonasi suara pemuda tampan itu meninggi.

"Tidakkah kalian mengerti ? aku mencintainya. AKU MENCINTAINYA !"

Pertahanannya runtuh sudah. Donghae menangis dihadapan pengawalnya.

"Hiks bunuh saja aku, hiks sungguh aku tak bisa hidup tanpanya "

Tubuh tegap itu merosot kelantai, bersimpuh dilantai dengan bahu bergetar hebat.

"Hiks aku mencintainya, Hyung. Aku mencintainya hiks"

"Aku tahu Hae-ah, aku tahu "

Pengawal itu mendekapnya erat, seolah memberikan perlindungan pada tubuh dalam

pelukannya itu.

"Menangislah Hae-ah, lepaskan semua bebanmu dongsaeng"

Isakan sudah tak terdengar, namun posisi mereka masih sama dengan Donghae dalam pelukan sang pengawal.

"Sudah lebih tenang, hmm ? Sekarang kau makanlah Hae-ah" ujar pengawal itu seraya melepaskan pelukannya.

Namun hanya gelengan yang Donghae berikan sebagai jawaban.

"Kumohon makanlah Donghae-ah, aku berjanji akan membantumu keluar dari sini"

Donghae sontak menatap pengawalnya itu saat mendengar ucapan tersebut, sorot matanya terlihat penuh harap. Persis seperti saat usianya enam tahun dulu, batin sang pengawal.

"Benarkah ?"

Pengawal itu mengangguk pasti. Membuahkan senyuman lebar dibibir pucat Donghae. Dengan semangat ditubrukan tubuhnya pada tubuh sang pengawal yang mampir membuatnya terjengkang kebelakang.

"Gomawo Hankyung Hyung, gomawo"

"Uljima... sudah Hae jangan menangis lagi. Jika Hae berhenti menangis Hyung janji akan menemani Hae tidur nanti malam" Bujuk Hankyung pada Donghae kecil yang menangis karna terjatuh saat bermain bola.

"Benarkah ?" Dengan air mata yang masih mengalir dan hidung yang memerah Donghae kecil memandang Hankyung penuh harap.

"Hyung janji ?" Donghae mengacungkan jari kelingkingnya yang disambut dengan senang hati oleh Hankyung.

"Ne, Hyung janji akan menemani Hae tidur. Hyung akan menjaga dan melindungi Hae " Dan anggukan penuh semangat dari Hankyung membuat bocah enam tahun itu bersorak girang.

"Yeaay... Eomonim, Hankyung Hyung akan tidur dengan Hae malam ini " Donghae kecil berseru dengan suara cemprengnya.

"Aishh... Donghae jangan berteriak, nanti Tuan besar mendengarnya " Dan diakhiri dengan Hankyung yang berseru protes sambil mengejar Donghae yang berlari menaiki tangga.

Begitulah persahabatan antara Tuan Muda dan anak pengawalnya.

.

.


.


.

Drap Drap Drap

Namja cantik itu terus berlari, menyusuri lorong panjang koridor kampus. Tujuannya hanya satu, mencari seseorang yang menjadi sumber kegelisahannya saat ini.

Namja itu terus menyusuri setiap lorong dan ruangan yang ia duga kemungkinan orang yang ia cari ada disana. Hingga pada akhirnya ia menemukan orang yang dicarinya tengah berkutat dengan seekor anak kucing dibawah sebuah pohon di taman belakang kampus.

"Hyukkie" Namja manis itu berseru memanggil orang sejak tadi dicarinya.

"Heechul Hyung ?"

.

.

Hyukjae membeku ditempatnya. Nafasnya seolah tercekat ditenggorokan. Heechul yang berdiri disampingnya mencoba merengkuh bahu kurus itu. Mencoba memberikan kekuatan kalau-kalau kaki kurus itu tak lagi kuat menopang beban tubuhnya. Namun Hyukjae tak bergeming, tetap pada posisinya bahkan pandangan matanya pun tetap lurus kedepan. Pada mading kampus yang memberitakan pernikahan akbar putra tunggal pemilik unniversitas tersebut. Yang Hyukjae amat sangat tahu fhoto siapa yang tengah terpampang jelas dihadapannya. Lee Donghae, kekasihnya. Bersama dengan seorang yeoja yang mungkin adalah calon istrinya. Hyukjae merasakan dadanya kian sesak.

Donghae itu kekasihnya 'kan ?

Dan didinding mading itu terpampang berita jika kekasihnya akan menikah.

Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, Hyukjae berbalik hendak meninggalkan tempat itu, tepat sebelum seorang gadis cantik berdiri tepat dihadapannya. Bola mata sipit itu sontak melebar, begitu pula Heechul yang merasakan keterkejutan yang sangat, mendapati sosok yang beberapa saat lalu ia lihat fhotonya kini tengah berada dihadapannya. Gadis itu, calon istri kekasihnya.

.

.

Heechul meletakan teh hangat buatannya diatas meja dihadapan Hyukjae. Kemudian mendudukan dirinya disamping namja manis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu. Direngkuhnya bahu sempit Hyukjae dan mengusapnya pelan.

Rangkaian kalimat dari gadis yang mengenalkan dirinya sebagai Ailee itu masih terngiang- ngiang ditelinganya.

"Kami dijodohkan. Perjodohan bisnis keluarga kami. Aku tahu Donghae hanya mencintaimu dan aku pun telah memiliki kekasih. Kumohon tolonglah Donghae, dari yang aku tahu sudah satu minggu ayahnya mengurungnya dengan penjagaan ketat"

"Menangislah jika kau ingin menangis "

Suara lembut Heechul membuat Hyukjae menganggkat wajahnya yang sedari tadi terbenam diantara lututnya, walaupun masih tak menatap Heechul yang berada disampingnya.

"Besok ia akan menikah, Hyung" Gumamnya lirih, masih menatap lurus kedepan.

"Apa yang harus aku lakukan, Hyung ?"

Hyukjae kembali bergumam namun kali ini disertai dengan air mata yang meluncur bebas dari onyx kelamnya.

"Tenanglah Hyukkie" Heechul sendiri bingung bagaimana caranya untuk membantu Hyukjae. Namja cantik itu tahu, bahkan sangat tahu sebesar apa kekuasaan Presdir Lee-ayah Donghae.

Disaat Hyukjae dan Heechul masih bergelut dengan pikiran masing-masing, pintu utama rumah Hyukjae terbuka lebar, menampakan dua sosok pria dengan nafas yang sedikit terengah.

"Donghae ?"

"Hannie ?"

Gumam Hyukjae dan Heechul disaat yang bersamaan namun menyebut nama yang berbeda.

Dengan tergesa Donghae menubrukan tubuhnya pada tubuh kurus Hyukjae, memeluk kekasihnya itu dengan begitu erat, menyalurkan kerinduannya yang membuncah.

"Hae-ah"

"Aku merindukanmu Hyukkie"

Hyukjae tersenyum dalam dekapan Donghae.

"Bagaimana kau bisa berada disini Hae-ah ?" Donghae melonggarkan pelukannya dan pandangannya jatuh pada seseorang yang tadi datang bersamanya. Yang sempat terlupakan keberadaannya. Karna dirinya yang terlalu larut dalam melepas kerinduan dengan Hyukjae. Yang entah bagaimana caranya orang itu bisa mengecoh para pengawal yang berjaga didepan pintu kamar dan jendela sehingga dirinya bisa melarikan diri. Namun belum sempat Donghae menjawab pertanyaan Hyukjae, Donghae justru mengernyit bingung kala mendapati Hankyung tengah merangkul mesra Heechul yang seingatnya adalah sunbaenya dikampus dan pemilik kedai tempat Hyukjae bekerja.

Sang pengawal yang mengerti jika sang tuan muda tengah membutuhkan penjelasan hanya bisa tersenyum kikuk.

"Dia Kim Heechul, istriku" Ucapnya yang membuahkan pandangan tak percaya dari kedua orang didepannya.

"APA ?" Teriak Donghae mengekspresikan keterkejutannya. Hyukjae menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Dan Heechul yang menundukan wajahnya yang memerah padam.

"Sudahlah, itu tidak penting saat ini. Kita tidak punya banyak waktu Hae-ah" Ujar Hangkyung mengingatkan Donghae yang masih saja sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dan seakan tersadar, Donghae pun mengalihkan perhatiannya kembali pada Hyukjae.

"Ikutlah bersamaku Hyukkie" Pintanya sembari mengusap lembut wajah pria manisnya. Sesaat Hyukjae tampak terkejut dan ragu namun saat ia merasakan remasan pelan pada telapak tangannya, seolah Donghae berusaha untuk meyakinkannya. Pemuda manis itu lantas tersenyum dan menganggukan kepalanya. Diikuti senyum dari ketiga namja yang lainnya.

.

.


.

.

Dengan berbekal dua buah tiket yang diberikan Heechul dan sedikit uang dari tabungannya dan Hyukjae, Donghae memantapkan hatinya bahwa inilah pilihannya. Dengan diantarkan Hankyung dan Heechul menuju stasiun. Kini Donghae dan Hyukjae tengah berada didalam sebuah kereta yang akan membawa mereka pada sebuah tempat. Tempat yang akan menjadi tujuan pelarian mereka. Walaupun pemuda tampan itu tahu, bahwa ayahnya pasti akan terus mengejar mereka, bahkan jika dirinya dan Hyukjae lari keujung dunia sekalipun. Namun Donghae takkan pernah menyerah untuk tetap mempertahankan pemuda manis yang kini tengah terlelap dibahunya untuk tetap berada disisinya. Dirinya hanya mengiginkan kebebasan menentukan hidupnya. Biarlah ia menjadi egois saat ini, Dengan mempertahankan cinta yang menurut orang- orang diluar sana terlarang. Biarlah Donghae menganggap cinta terlarang ini adalah dosa terindah baginya. Walaupun seluruh dunia meninggalkannya Donghae tak mengapa. Asalkan ada Hyukjae disisinya. Karena Hyukjae adalah namja yang membuatnya rela melakukan apapun. Biarlah Donghae mempertahankan cinta terlarangnya, hingga mati. Hingga akhir.

.

.

.

~end~

for this chap

.

.

.


a/n:

Cinta by Kahlil Gibran

Seperti yang tertulis diatas, fict ini saya dedikasikan(?) untuk ulang tahun Our Lovely Baba Donghae dan juga spesial untuk dua author favorit saya, Lee Haerieun dan Nyukkunyuk yang kemarin ulang tahunnya barengan. Wish u all the best for u guys^^

Maaf beribu maaf cuma bisa kasih fict abalness bin gajeness yang berakibat boringness macam ini.

Sedikit terinspirasi dari lagu TATU 'All The Thing She Said'.

So, TBC or FIN ?

~DochiDochi~