Merupakan remake dari fic sebelumnya. Inspirasi datang dari anime Shokugeki no Souma, One Piece, Kakegurui, dan Nanatsu no Taizai.
Golden Magic
Naruto © Masashi Kishimoto
High School DxD © Ichiei Ishibumi
Ditulis tanpa mengharapkan keuntungan materil sedikit pun
Warning: Alternate Universe, Out of Character, Over Power Naru!
Summary: Ia sebenarnya benci pertarungan. Namun, ia harus bertarung dan bertarung demi mempertahankan apa yang berharga baginya hingga titik di mana ia harus mengincar peringkat pertama murid yang memiliki HARGA KEPALA paling tinggi, semata untuk mempertahankan apa yang ia miliki.
.
Fanfiction 2017/Eins-Zwei/Fanfiction 2017
.
Arc I: MPLS
Chapter 1: Golden Element
~Opening Song: Blue Bird by Ikimono Gakari~
Langkah pemuda itu berjalan pelan memasuki kawasan yang dipenuhi bangunan tinggi di bukit kota Kuoh. Pemuda itu baru saja melewati gerbang yang di atasnya bertuliskan Donquixote Academy. Rambut pirangnya menari pelan, pandangannya tertuju pada bangunan yang berada di puncak.
"Jadi ini sekolah sihir terbaik di Jepang?"
Pemuda itu menyudahi lirikkannya lalu berjalan kembali menuju ruang kepala sekolah untuk menyerahkan surat rekomendasi. Ya, ia telah direkomendasikan oleh ayahnya untuk belajar di sini, tentunya kepala sekolah menyetujui itu.
Perlu waktu cukup lama untuk sampai di ruang kepala sekolah karena gedungnya terletak di dekat bangunan yang ada di puncak bukit. Selama ia menyusuri jalanan beraspal pemuda itu tidak menemukan satu pun murid yang berlalu lalang. Mungkin karena sekarang belum masuk kalender sekolah.
Tubuh tegap itu berhenti di depan pintu yang memiliki papan pengenal bertuliskan ruang kepala sekolah. Ia mengetuk pintu beberapa kali sampai orang di dalam menyuruh masuk. Remaja pirang itu membuka pintu, masuk ke dalam dan melihat kepala sekolah yang sedang duduk sambil memandang layar laptop di mejanya.
"Permisi, namaku Namikaze Naruto, aku murid yang direkomendasikan oleh Namikaze Minato," kata Naruto yang tadi sudah menutup pintu.
Kepala sekolah itu menatap Naruto yang berdiri di depan pintu, ia lalu menyuruhnya duduk sebelum memperkenalkan diri. "Pertama-tama perkenalkan namaku Azazel, aku menjabat sebagai kepala sekolah di sini dan kuucapkan selamat bergabung di Donquixote Academy."
"Terima kasih Azazel-sama. Jadi, aku berada di kelas mana?" tanya Naruto to the point.
"Jangan terburu-buru seperti itu. Pertama-tama kita akan menuju laboratorium untuk memeriksa seberapa besar Mana yang ada dalam dirimu."
Mana merupakan energi sihir yang ada dalam tubuh setiap orang. Mana adalah syarat penting untuk mengeluarkan sihir. Seseorang yang memiliki kapasitas Mana besar memungkinkan untuk menguasai teknik sihir kelas atas.
Umumnya orang-orang menilai kuat atau tidaknya seorang penyihir tergantung dari berapa besar Mana yang dimiliki.
"Bukannya di surat sudah tertuliskan jumlah Mana-ku? Kenapa harus memeriksanya lagi?" tanya Naruto bingung.
"Kalau tidak salah itu adalah catatan Mana-mu sebulan lalu, 'kan?"
Naruto mengangguk.
"Kapasitas Mana akan berkembang seiring berjalannya waktu dan berlatih. Mungkin saja dalam sebulan terakhir ini Mana-mu bertambah cukup banyak. Aku ingin data yang akurat, karena itu aku ingin kau memeriksa Mana-mu lagi."
"Baiklah. Aku tidak memiliki wewenang untuk menolak perintah anda, Azazel-sama."
"Bagus. Sekarang ikut aku ke laboratorium."
Laboratorium berada di tenggara sekolah. Dari luar tempat ini adalah gedung satu lantai yang memiliki banyak jendela. Bukan berarti tempat ini kecil, karena laboratorium berada di bawah tanah yang tentunya memiliki ruangan besar.
Naruto berjalan di belakang Azazel sambil memandang beberapa pekerja yang seluruhnya memakai pakaian putih. Mereka lalu memasuki ruang bawah tanah.
Mereka berdua menghampiri seorang wanita berbadan ramping yang memiliki warna rambut sama seperti Naruto, hanya saja warna kuning rambut wanita itu lebih pucat. Wanita itu menoleh saat menyadari ada yang mendekat. Ia lalu membungkuk setelah tahu siapa yang menghampirinya.
"Naruto, kenalkan, wanita ini namanya Tsunade Senju, beliau adalah profesor yang memimpin unit pemeriksaan Mana di sekolah ini."
Naruto merendahkan badannya. "Salam kenal Profesor Tsunade, namaku Namikaze Naruto. Mohon kerja samanya untuk tiga tahun ke depan."
"Aku datang ke sini untuk memintamu memeriksa kapasitas Mana yang dimiliki oleh Naruto." Kata Azazel.
"Akan kulaksanakan Azazel-sama. Naruto, ikuti aku!"
Tsunade lalu mengajak Naruto masuk ke ruangan serba putih yang di tengahnya terdapat sebuah altar. Tsunade menyuruh Naruto untuk berdiri di atas altar sambil mengeluarkan ledakan Mana sekuat yang ia bisa. Di tangan wanita pirang itu sudah ada sebuah tablet berukuran tidak terlalu besar yang akan menampilkan jumlah Mana Naruto.
"Kau sudah siap?" tanya Tsunade dari balik kaca yang menjadi pemisah antara mereka. Azazel berdiri di samping Tsunade.
Naruto mengangguk tanda sudah siap. Ia lalu berkonsentrasi membangunkan Mana-nya dan mengeluarkannya menjadi ledakan Mana.
Seketika setelah Naruto mengeluarkan ledakan Mana, seluruh tubuh remaja pirang itu terselimuti oleh aura emas pekat. Tablet yang berada di tangan Tsunade menunjukkan peningkatan angka dari 30-189-550-860 sampai berhenti di angka 1013.
Kapasitas Mana Naruto berjumlah 1013, angka yang sangat besar untuk ukuran murid kelas satu. Angka itu sudah cukup membuat Tsunade terbengong dengan mulut membuka. Baru kali ini ia menyaksikan remaja berumur 15 tahun dengan kapasitas Mana yang setara seorang guru di sini.
'Perkembangan Mana yang cukup pesat hanya dalam waktu sebulan. Terakhir kulihat di berkas itu Mana Naruto berada di angka 936. Dia pasti menjalani latihan yang berat setiap harinya,' batin Azazel tersenyum misterius.
'Sepertinya sekolah ini akan sangat menarik jika jajaran peringkat atas harga kepala akan kacau oleh kedatangan Naruto. Khu khu khu, ini adalah tiga tahun yang paling aku tunggu.'
Sesudah sesi tes selesai, Tsunade memberi tahu pada Naruto jumlah Mana yang ia miliki sekarang. Naruto sendiri terlihat cukup kaget dengan perkembangan Mana yang meningkat cukup pesat.
"Pakailah ini!" kata Tsunade sambil menyodorkan sebuah gelang yang di tengahnya terdapat layar kecil berbentuk persegi panjang.
"Apa ini?" tanya Naruto yang tidak mengerti untuk apa gelang itu.
"Pakai saja dulu, kau akan tahu jika sudah memakainya."
Naruto menghela nafas pelan lalu menuruti apa yang dikatakan Tsunade. Ia memakai gelang itu di tangan kanan. Sedetik setelah gelang itu dipakai muncul pancaran sinar terang dari gelang itu, meredup, lalu layar yang ada di sana menyala dan menampilkan angka 1.000.000.
"Satu juta?" bingung Naruto.
"Itu adalah harga kepalamu." Jawab Azazel yang sama sekali tidak membuat Naruto mengerti.
"Memangnya aku buronan?"
Azazel terkekeh geli. "Aku akan menjelaskannya di perjalanan, sekarang ayo kita kembali ke ruanganku."
"Baiklah. Tsunade-sensei, terima kasih atas bantuannya."
"Kau tidak perlu berterima kasih, ini sudah menjadi tugasku."
Setelah berpamitan kepada Tsunade, mereka berdua kembali menuju ruangan Azazel. Di perjalanan pria dengan poni berwarna kuning itu menjelaskan tentang sistem yang ada di sekolah ini. Dimulai dari harga kepala,
Bounty atau harga kepala adalah acuan untuk menentukan peringkat setiap murid. Umumnya di sekolah sihir lain acuan itu memakai jumlah Mana. Azazel sebagai pendiri sekolah ini menyadari bahwa menentukan suatu peringkat berdasarkan jumlah Mana kurang adil. Itu hanya akan menguntungkan untuk yang memiliki kapasitas besar.
Jadi ia berinisiatif mengubah acuan itu. Bounty adalah pilihannya, sejak dulu ia sudah tertarik melihat poster buronan penjahat di kantornya–Azazel adalah mantan ksatria sihir kelas atas yang pensiun dini dan mendirikan sekolah sihir–tempat ia bekerja.
Acuan bounty menjadikan seluruh murid sama rata, tinggal bagaimana usaha mereka untuk sampai di peringkat teratas dan menjadi yang terkuat dengan adil.
Kedua, masih menyangkut tentang peringkat. Di sekolah ini murid yang menempati 10 peringkat teratas dinamakan The Ten Grace of God atau 10 Anugerah Tuhan. 10 murid itu akan mendapatkan hak istimewa dan wajib mendirikan guild sebagai bentuk pengabdiannya kepada sekolah.
Ketenaran, kekuasaan, pangkat, kebanggaan, akan didapatkan dengan mudah tapi sebagai gantinya mereka memiliki tanggung jawab besar pada masa depan sekolah.
Ada dua cara untuk masuk ke The Ten Grace of God, cara umum adalah dengan mengikuti seleksi yang akan diadakan saat kenaikan kelas, perlu diingat bahwa kelas 1 saja yang bisa mengikuti. Jika seseorang gagal maka tidak ada kesempatan lagi.
Cara kedua –bisa dibilang cara yang nekat–adalah dengan menantang salah satu 10 murid tertinggi itu dalam Battle of Honor. Namun perlu taruhan yang setara dengan kursi The Ten Grace of God dan juga jika murid yang ditantang menyetujui.
Penjelasan sistem sekolah yang panjang lebar itu terhenti karena mereka mendengar teriakkan wanita, asalnya dari dalam hutan yang ada di pesisir jalan.
"Sepertinya ada yang sedang memohon ampun."
"Biarkan saja, itu merupakan bagian dari sistem sekolah." Azazel mengacuhkan teriakkan itu dan menyuruh Naruto untuk melanjutkan perjalanan karena hari mulai sore.
Sebagai orang yang memiliki simpati–juga penasaran–tinggi, Naruto tidak menuruti perkataan Azazel dan memilih untuk mendekati sumber suara. Saat sampai, kedua matanya membulat ketika ia melihat bagaimana kejamnya seorang lelaki menjambak rambut wanita. Parahnya lagi ia mencium leher wanita itu dengan nafsu hewan.
Naruto tidak akan marah jika kedua insan itu bermesraan di area sekolah secara sembunyi-sembunyi–karena itu lumrah–tapi ia melihat ini sebagai kekerasan seksual. Tentu saja hati nuraninya tidak bisa menerima itu.
Informasi yang ditangkap oleh mata dan diteruskan ke otak lalu diproses sehingga mendapatkan respon berupa tangan yang sudah terlapisi emas, tangan itu ia dorong ke depan menimbulkan lesatan tinju emas menuju wajah laki-laki brengsek itu.
Sedetik kemudian suara benturan keras menggema di hutan bersamaan dengan tubuh yang terhempas dan berhenti setelah merobohkan 2 pohon.
"KEPARAT! SIAPA YANG BERANI MEMUKULKU!?" teriak laki-laki tadi melihat ke sana-sini lalu pandangannya terkunci pada Naruto. "Jadi kau orangnya? Bersiaplah untuk menerima penderitaan seumur hidup."
Luka yang diterima laki-laki itu perlahan sembuh sampai tidak membekas sedikit pun. Ia dengan cepat menghilang dan muncul di belakang Naruto, tangannya sudah terlapisi api membara dan sukses mengenai pipi Naruto saat remaja itu hendak menoleh.
Naruto terdorong ke depan sampai menabrak wanita yang menjadi korban kekerasan seksual, ia meringis sakit. Belum berhenti sampai di sana, ketika Naruto menoleh bola api sudah melesat hendak melahap dirinya tanpa ampun.
Hal pertama yang ada di pikirannya adalah bukan keselamatannya, melainkan keselamatan wanita di bawahnya itu. Jujur ia iba kepada wanita cantik itu, dan sifat iba Naruto membuat dirinya kerepotan. Remaja pirang itu menghentakkan kedua telapak tangannya ke permukaan tanah sebagai langkah antisipasi.
[Golden Wall]
Dinding setebal 1 meter dan tingginya 5 meter sukses menghentikan laju bola api panas tersebut. Meskipun begitu dinding emas Naruto terlihat meleleh beberapa detik kemudian. Kedua matanya membelalak ketika emas cair membakar sebagian kaki wanita itu.
"Kau tidak apa-apa?" buru-buru Naruto menggendong wanita itu dan menjauh dari sana.
"Tidak apa-apa."
"Hoy kau! Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya, siapa kau?" laki-laki brengsek itu menyiapkan lingkaran sihir berwarna orange.
"Aku hanya murid baru di sini. Senpai, kenapa kau melakukan hal sekeji itu kepada dia?" tanya Naruto sambil menunjuk wanita di sampingnya yang memiliki warna rambut senada dengan dirinya, juga laki-laki itu.
Orang yang ditanya menunjukkan seringainya. "Hoho, murid baru ya … berarti kau belum tahu apa-apa tentang sekolah ini. Kuberitahu, dia adalah seorang BUDAK!"
"Budak? Kata itu sudah dihapuskan dari dunia ini! Perbudakkan tidak ada lagi!" bantah Naruto, ia mana mungkin percaya pada omongannya.
"Terserah katamu bocah, kau sudah melakukan dua kesalahan. Pertama kau mengganggu kesenanganku, dan kedua kau sudah berani memukul orang peringkat tujuh sepertiku!"
"Peringkat tujuh? Jangan-jangan Senpai adalah The Ten Grace of God?"
"Benar! Rupanya kau sudah memahami situasi ini, maka dari itu diamlah dan aku akan menyiksamu sampai puas."
Laki-laki brengsek itu mengeluarkan bola api berukuran sangat besar dari lingkaran sihirnya. Naruto menatap horror dengan keringat dingin membanjiri sekujur tubuhnya. Ia bahkan bisa merasakan hawa panas dari bola api itu meskipun jarak dirinya dengan musuh terpaut 20 meter.
Bola api itu melesat namun lebih lambat dari sebelumnya karena ukurannya yang besar. Pohon-pohon yang berdiri di sekitar laju api itu langsung hangus akibat hawa panas. Kalau tidak segera diantisipasi dapat dipastikan Naruto dan wanita itu akan mati. Di sisi lain laki-laki itu menyeringai senang.
Saat bola api itu berjarak kurang dari 5 meter menuju tempat Naruto, ribuan partikel cahaya yang membentuk laser besar menghantam bola api itu hingga tak tersisa. Kepulan asap menyelimuti hutan itu, setelah reda terlihat Azazel berdiri tegap. Di depannya terdapat kawah hasil benturan dua elemen berbeda.
"Azazel-sama!" kaget Naruto dan dua orang lainnya.
"Yare yare, apa kau ingin membakar hangus hutan ini, Riser-kun?" tanya Azazel santai.
Laki-laki brengsek yang bernama Riser Phoenix itu tersentak kecil lalu menundukkan kepalanya dengan bulir keringat dingin berjatuhan.
"T-tentu saja tidak, Azazel-sama. Aku hanya ingin memberikan pelajaran pada anak tidak tahu diri itu."
"Begitukah? Memang apa masalahnya?"
Bukan Riser yang menjawab, melainkan Naruto. "Dia telah melakukan kekerasan seksual kepada wanita ini, Azazel-sensei. Senpai seperti dia harus dihukum."
Azazel memandang wanita yang duduk lemah di belakang Naruto. Ia menyipitkan mata ketika melihat kalung–yang digunakan sebagai tanda bukti bahwa ia adalah budak–terpajang manis di lehernya.
Azazel menghelan nafas pelan. "Maaf Naruto-kun, aku tidak bisa melakukan apa yang kau katakan."
"Apa maksud Anda?"
"Seperti yang Riser-kun bilang tadi, wanita itu seorang budak, jadi dia berhak diperlakukan seperti apapun. Dalam masalah ini Riser-kun tidak salah, dan kau juga tidak salah."
"Izinkan saya memberi pelajaran pada bocah tengik itu, Azazel-sama." Geram Riser.
Melihat reaksir Riser, Azazel menyeringai tipis, sangat tipis sampai tidak disadari oleh siapa pun. Ini adalah kesempatan emas untuk membuat sekolah menjadi menarik dengan kehadiran Naruto.
"Kau ingin memberi dia pelajaran? Kalau begitu bagaimana jika kalian berdua melakukan Battle of Honor?"
Seketika Naruto dan Riser tersentak kaget.
"JANGAN BERKATA BODOH! AKU MANA MUNGKIN MENYETUJUI ITU HANYA KARENA BOCAH TENGIK YANG TAK TAHU APA-APA!" tolak Riser.
"Hoho, jangan bilang kalau orang yang menduduki kursi ketujuh takut oleh anak baru seperti Naruto-kun." Azazel terus memanasi Riser.
Perkataannya sukses membuat Riser geram dalam diamnya, kalau sudah begini umpan yang dilempar Azazel pasti dimakan oleh Riser. Baginya yang sudah mengalami ratusan pertempuran, hal pertama yang harus dilakukan adalah memancing emosi lawan. Terlebih orang yang memiliki harga diri tinggi, sangat mudah untuk memancing emosinya.
Benar saja, Riser dengan mudah termakan omongan Azazel dan menyetujui Battle of Honor.
"Naruto-kun, apa kau setuju dengan pertandingan ini?" tanya Azazel.
Remaja pirang itu tidak langsung menjawab. Ia terlihat gelisah, kaki dan tangannya bergetar. Naruto langsung menutup mulutnya ketika perutnya teras mual, wajahnya membiru. Riser menyeringai melihat Naruto yang sepertinya ketakutan.
"Kau tidak apa-apa?" khawatir wanita itu.
Setelah keadaan Naruto membaik, ia mulai menjawab. "A-aku tidak apa-apa. Hanya sedikit mual."
"Jadi bagaimana?" Azazel menuntut jawab. Ia sedikit bingung dengan perilaku Naruto tadi.
"Aku terima."
"Yosh, kedua belah pihak sudah menyetujui Battle of Honor. Riser-kun, silahkan beritahu taruhanmu,"
"Hn. Aku akan mempertaruhkan kursi ketujuh dan juga semua harga kepala yang kumiliki!" jawab Riser dengan bangga, dan sombong.
"Naruto-kun?"
"Aku akan mempertaruhkan semua yang kumiliki, harga diri, tubuh, semuanya. Jika aku kalah aku akan menajdi budakmu seumur hidup. Tapi sebagai gantinya Senpai jangan pernah menyentuh wanita ini lagi."
"Cukup sepadan. Apa kalian menyetujui taruhan lawan masing-masing?"
"Aku setuju." Jawab Naruto dan Riser bersamaan, tentunya dengan nada yang berbeda.
"Baiklah, Battle of Honor akan diadakan setelah matahari terbenam di Colosseum. Kalian memiliki waktu 3 jam untuk bersiap-siap."
"Hn. Kali ini aku akan benar-benar menghancurkanmu, bocah tengik!" Riser mengintimidasi lalu menghilang dengan sihir teleportasinya.
"Kalau begitu aku pergi dulu untuk mempersiapkan pertarunganmu, sampai jumpa."
Naruto langsung tertunduk lemas dengan tangan menutupi mulut setelah Azazel pergi. Napasnya tak teratur. Wanita cantik itu berinisiatif untuk membawa Naruto menuju asramanya, asrama khusus para budak.
"Sekali lagi aku ucapkan terima kasih banyak karena sudah menolongku. Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika kau tidak ada. Mungkin kesucianku akan direnggut," ucap wanita itu sambil bersujud seakan sangat besyukur kepada Naruto.
Wanita itu menegakkan kepalanya. "Namaku Coriana Andrealphus dari kelas 3-E. Aku rela jika Naruto-san ingin berbuat sesuatu padaku. Anggap saja itu sebagai hutang budiku."
Mereka saat ini berada di kamar Coriana. Kamar yang terlihat tidak layak huni. Bayangkan saja, kamar ini hanya memiliki luas 3x4 meter dengan satu kasur khusus seorang. Penerangan di kamar ini juga kurang dan ia hanya melihat 1 lemari bobrok sebagai perabotnya. Kamar ini seperti penjara.
Naruto yang duduk di sisi kasur tersenyum canggung melihat Senpainya bersujud di lantai. Sungguh itu membuat hatinya tidak enak juga seperti merasa bersalah.
"Tolong jangan berkata seperti itu Senpai, kelihatannya aku seperti orang tidak bermoral yang memanfaatkan hutang budi. Sini, duduk di sebelahku. Tidak enak aku duduk seorang diri di atas sedangkan Senpai adalah pemilik kamar ini."
"Baiklah." Coriana duduk di sebelah Naruto.
Wanita yang memiliki rambut pirang panjang itu melihat luka bakar di pipi Naruto. Ia sudah menduga bahwa penyelamatnya sedari tadi menahan sakit. Coriana akan berusaha membantu Naruto semampunya, kebetulan ia memiliki sihir penyembuh yang unik.
"Oh ya, aku lupa memperkenalkan nama lengkapku. Perkenalkan, namaku Namikaze Naruto. salam kenal Senpai."
Coriana mengangguk. "Naruto-kun, apa aku boleh memanggilmu seperti itu?"
Naruto mengangguk.
"Apa luka bakarmu baik-baik saja? Luka itu cukup serius. Kalau dibiarkan terus akan berdampak buruk pada wajahmu."
"Tidak apa-apa. Nanti setelah pertarungan aku akan pergi ke UKS."
"Kalau boleh biarkan aku menyembuhkan lukamu," tawar gadis itu dengan pipi memerah menahan malu.
"Memangnya Coriana-senpai menguasai sihir penyembuh?"
Coriana mengangguk kecil. "S-sebenarnya ini adalah sihir turun temurun dari keluargaku."
Naruto tersenyum senang. "Kalau begitu terima kasih. Aku sangat senang kalau Coriana-senpai yang menyembuhkanku."
"A-aku menghargainya. Tapi cara kerja sihirku bukan seperti sihir penyembuh biasa."
"Terus bagaimana cara kerjanya?"
"Mana yang berada di dalam tubuhku harus di transfer ke orang yang akan disembuhkan. Tapi masalahnya, satu-satunya cara yang efektif adalah dengan melakukan kontak bibir, a-artinya ciuman." Kata Coriana dengan wajah yang sudah memerah padam.
Naruto mematung di tempat lalu memalingkan wajah yang sudah memerah itu. "I-itu gawat."
"A-aku akan melakukannya! Apa pun akan kulakukan untuk penyelamataku, meskipun ini pertama kalinya aku menyembuhkan orang menggunakan sihir warisan keluargaku."
"Eh? Senpai tidak keberatan?"
"Tidak. S-sekarang Naruto-kun tutup mata."
Sesuai perintah, Naruto menutup mata.
Dengan hati yang sudah mantap, Coriana mulai melakukan proses menyembuhan sekaligus memberikan ciuman pertamanya pada Naruto. Kedua bibir itu bertemu dengan lembut. Naruto bisa merasakan sejumlah Mana masuk melalui mulutnya bersamaan dengan luka yang perlahan sembuh.
Durasi ciuman itu berlangsung selama 2 menit untuk penyembuhan total. Coriana menyudahi ciumannya dan memalingan wajah karena malu.
"T-terima kasih." Ucap Naruto.
"Sama-sama."
Ada keheningan beberapa menit sebelum Coriana menanyakan tentang pertarungan Naruto melawan pemilik kursi ketujuh dalam jajaran The Ten Grace of God. Ia khawatir Naruto tidak bisa mengalahkan Riser dan menjadi budak selamanya. Itu adalah takdir yang lebih buruk dari dirinya sekarang.
"Aku sudah membuat keputusan, Senpai. Aku akan mengalahkan orang itu." Ucap Naruto penuh keyakitan.
"Tapi kau sudah lihat 'kan kekuatan Riser Phoenix tadi, bahkan kita hampir mati oleh salah satu sihir apinya."
Coriana lalu memberitahukan semua informasi Riser Phoenix beserta kemampuannya yang ia ketahui.
Nama Riser Phoenix dari kelas 2-A,
Kursi ke-7 dari jajaran 10 Anugerah Tuhan,
Menyandang julukan anugerah immortal karena sihir regenerasinya yang hebat,
Memiliki kapasitas Mana 1400,
Ketua dari guild Steam Devil,
Orang yang memiliki harga kepala 320.000.000
Naruto meneguk ludah susah payah ketika mengetahui detail tentang lawan tandingnya. Ia jadi agak pesimis- tidak, tapi memang sedari awal ia tidak percaya diri.
"Aku hanya harus bertarung sebaik mungkin, dan menang."
Matahari hampir terbenam menandakan sebentar lagi pertarungan dimulai. Azazel yang berada di ruangannya terlihat sedang berbincang dengan seseorang–laki-laki yang terlihat lebih muda darinya–berambut pirang jabrik, Namikaze Minato.
"Terima kasih telah bersedia memasukkan anakku ke sekolah ini, Azazel-san." Ucap Minato.
"Tidak perlu berterima kasih. Justru aku senang karena anak dari keluarga 'pahlawan yang terlupakan' bisa ada di sekolah ini, kemungkinan sesuatu yang besar akan terjadi jika ia di sini."
Keduanya balas tersenyum.
"Namikaze Naruto, aku tidak akan meragukan kekuatan dari anakmu. Kapasitas Mana-nya telah berada di angka 1000 lebih meskipun ia baru berumur 15 tahun. Dia memiliki potensi besar." Puji Azazel.
Minato menggeleng pelan, memberi isarat bahwa perkataan Azazel tidak sepenuhnya benar. "Tidak, Naruto bukan orang seperti itu. Alasanku menyekolahkannya di sini karena aku ingin ia menghilangkan traumanya terhadap pertarungan."
"Huh?"
"Waktu anak itu kecil dia pernah memiliki trauma akan pertarungan. Setiap mendengar kata 'bertarung' atau ada yang mengajaknya duel, Naruto selalu merasa mual dan gemetar."
'Itu sama seperti yang tadi.'
"Jika dibiarkan saja sampai dewasa kemungkinan besar Naruto tidak akan menjadi pewaris keluarga Namikaze, aku takut dengan hal itu. Jadi, aku minta tolong bimbinglah Naruto agar ia lepas dari traumanya, Azazel-sensei." Minato menundukkan kepala dalam-dalam.
"Angkat kepalamu, Minato-kun. Jika yang kau katakan benar, itu berarti Naruto tidak akan bisa bertarung dengan baik. Benar, 'kan?"
"Itu benar. Naruto akan menjadi lemah dan takut kepada musuh bahkan jika ia lebih muda darinya. Kemungkinan terburuk Naruto akan pingsan di tengah pertandingan."
Wajah Azazel mulai pucat. 'Ini buruk. Jika Naruto-kun tidak bisa mengalahkan Riser-kun maka tamatlah sudah. Apa yang harus kulakukan? Apa aku telah mengambil langkah yang salah? Seharusnya aku tidak terburu-buru menggerakkan Naruto sebagai pionku.'
Minato mengangkat sebelah alisanya pertanda bingung kenapa Azazel memasang muka pucat. Ia seperti sedang berpikir keras. "Apa ada masalah, Azazel-san?"
Azazel tersentak. "T-tidak. Bukan masalah yang besar, tenang saja."
Minato mengangguk singkat. "Seperti yang Anda katakan tadi, Naruto memiliki potensi besar dalam dirinya. Ada satu pengecualian tentang traumanya,"
"Pengecualian?"
"Ya. Naruto akan menjadi pribadi yang berbeda saat bertarung dengan alasan untuk melindungi apa yang berharga baginya, dan saat itu ia akan benar-benar berubah menjadi petarung sejati."
"Begitu ya … itu menarik. Intinya dengan menghilangkan trauma dalam diri Naruto-kun maka ia secara alami akan berubah menjadi petarung sesungguhnya. Hm, ini seperti katana yang masih tersarung–lemah dan tumpul–namun saat katana itu ditarik maka akan tajam dan ganas."
"Itu saja yang ingin kukatakan, Azazel-san. Aku pamit dulu."
"Ya. Percayakan saja anakmu padaku."
Setelah Minato pergi, Azazel kemudian menuju Colosseum. Di sana sudah ada Riser yang berada di lapang menunggu lawannya. Sedangkan Coriana berada di sisinya sekarang. Sisanya Naruto yang masih berada di ruang tunggu.
"Uookh!"
Naruto yang berada di toilet ruang tunggu sudah mengeluarkan isi perutnya sebanyak 3 kali. Kedua tangannya bergetar. Perasaan mual tidak bisa ia hilangkan meskipun sudah muntah berkali-kali. Pikirannya dipenuhi oleh ketakutan masa lalu.
"Uookh!"
Ini untuk yang keempat kalianya.
Naruto meninju sisi wastafel. "Sial! Aku tidak bisa berhenti bergetar. Aku tidak ingin bertarung, aku tidak ingin bertarung!"
Dalam ketakutannya, ia melihat pantulan dirinya di cermin.
Menyedihkan.
Lemah.
Tidak bisa melindungi apa pun.
Naruto mengeratkan kepalan tangannya. Teguhkanlah hati. Putuskan untuk apa ia bertarung. DIA BERTARUNG UNTUK MELINDUNGI APA YANG BERHARGA BAGINYA! Maka dari itu bangkitlah! Tataplah dirimu sendiri dengan keyakinan.
"Jika aku tidak menang, aku tidak bisa melindungi apa pun,"
"Jika aku menang maka aku bisa melindungi sesuatu sesuatu yang berharga,"
"Jika aku tidak bertarung, aku tidak akan bisa menang,"
"Maka bertarunglah … dan BERTARUNG!"
Sorot mata itu menunjukkan tekad yang sangat kuat.
Langkah kaki pelan menggema di sepanjang lorong minim cahaya itu, menuju satu-satunya sumber cahaya besar di ujung sana. Setelah keluar dari lorong, Naruto menapaki tangga untuk sampai ke arena pertandingan. Sorot matanya berubah drastis, seakan kau ragu bahwa itu adalah Naruto yang kau kenal.
"Akhirnya kau datang juga, bocah. Kupikir kau takut padaku dan memilih berdiam diri di toilet." Riser meremehkan Naruto. Laki-laki itu memiliki rasa percaya diri tinggi terhadap kekuatannya. Apa lagi kekuatan tegenerasi miliknya.
"Kubunuh kau," gumam Naruto.
"Hah?"
"Aku akan membunuhmu!"
Riser mendecih tidak suka. "Bukannya kata-kata itu tidak pantas keluar dari mulutmu, hah! SEHARUSNYA AKU YANG BERKATA SEPERTI ITU-"
"HAP! Perbincangannya sampai di sini dulu. Aku akan menjelaskan tentang peraturan Battle of Honor. Seperti biasa, kalian dilarang untuk membunuh. Seseorang dikatakan kalah jika dia menyerah atau tidak bisa melanjutkan pertarungan lagi. Semua teknik sihir kalian bisa pakai, jadi jangan ragu-ragu. Kalian mengerti?" kata Azazel.
Kedua remaja berambut pirang itu mengangguk.
"Baiklah, pertarungan dimulai!"
Riser memandang remeh Naruto. "Aku hanya memiliki waktu sepuluh menit untuk meladenimu, kau tahu aku orang yang sibuk. Aku akan menghabisimu dalam waktu lima menit."
[Fire Ball]
Riser langsung melesatkan serangan pertamanya berupa bola api yang cukup besar dengan intensitas panas tinggi.
"Bagaimana kau akan menghindar dari serangan ini hah?!"
Naruto tertawa singkat. Ia tidak sedikitpun berniat untuk menghindar. Kedua tangannya seketika diselimuti oleh emas cair yang langsung membentuk sebuah dinding tebal setelah telapak tangan itu bersentuhan dengan lantai arena.
[Golden Wall]
Boush!
Bola api Riser dapat ditahan dengan mudah, tidak seperti pertama yang langsung meleleh. Itu cukup untuk membuat orang yang dijuluki immortal terbelalak kaget.
Remaja pirang itu lalu menaiki puncak dinding emasnya, ia melihat dinding emas yang terkena api Riser. "Menyedihkan, bahkan apimu tidak bisa mencairkan emasku. Apa kau benar-benar menguasai elemen api?"
"Cih, jangan sombong! Itu hanyalah salam pembuka dariku."
'Sifatnya berbanding terbalik dengan dirinya sore tadi.'
"Kalau kau berpikir seperti itu maka kau sangat bodoh." Naruto bergumam singkat.
[Golden Spear]
Remaja pirang itu membuat tombak emas cukup besar yang langsung dilempar menuju perut Riser. Pemilik kuris ketujuh itu dapat menghindari serangan Naruto tapi tangannya terpotong. Namun, raut wajahnya tidak sedikit pun menunjukkan kesakitan atau kekhawatiran.
Beberapa detik berlalu, tangan Riser kembali utuh seperti semula.
"Hahahah lihat ini! Aku adalah anak dari keluarga Phoenix yang memiliki darah ABADI. Serangan lemahmu tidak akan bisa melukaiku!" Riser tertawa sombong sambil memperlihatkan tangan utuhnya yang tadi sempat terpotong.
"Hmm, sekali pun kau abadi tapi masih ada cara untuk mengalahkanmu."
[Accel]
Naruto tiba-tiba menghilang dan muncul di atas Riser lalu memukul kepala musuhnya dengan tangan kanan yang sudah terlapisi emas.
Riser seketika jatuh dan menghantam keras permukaan tanah sampai retak. Naruto dengan cepat membuat dua paku emas besar dan menancapkannya di tangan Riser.
Clab!
'Kecepatannya diluar nalar!'
"Dengan ini kau tidak akan bisa bergerak untuk sementara."
"Cih, sesuatu rendahan seperti ini belum cukup untuk mengalahkanku." Kata Riser sambil mencoba lepas dari kekangan paku emas Naruto.
"Tidak. Aku memiliki cara yang efektif untuk mengalahkan makhluk abadi sepertimu. Kuperingatkan, emosiku sudah memuncak sebelum pertandingan ini dimulai. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikannya dan tidak mau bertarung lagi." Ucap Naruto lalu mengangkat jari telunjuknya.
"Aku akan mengalahkanmu dalam … satu menit."
Pemilik elemen emas itu menggesek-gesekan telapak sepatunya ke rambut Riser yang membuat rambut terawat itu kotor.
"SIALAN! JAUHKAN KAKIMU ITU DARI KEPALAKU! APA KAU TIDAK TAHU AKU BERASAL DARI KELUARGA BANGSAWAN PHOENIX?"
"Tidak." Jawab Naruto singkat plus datar yang membuat emosi Riser semakin memuncak.
"KAU AKAN TAHU AKIBATNYA JIKA BERANI MELAWAN PHOENIX!"
Tak mempedulikan bacotan Riser, Naruto mengangkat tangan kanannya hingga sejajar dengan dada. Jari telunjuknya ia acungkan tepat di depan jantung Riser. Jari remaja pirang itu mulai berubah menjadi emas.
"Bagaimana kalau aku menghancurkan jantungmu? Apa kau masih bisa meregenerasikan organ paling penting yang saat tidak berfungsi maka akan mati?"
[Golden Bullet]
Dor!
Peluru tajam yang terbuat dari emas murni itu tepat mengenai punggung kiri Riser sampai tembus ke depan. Peluru yang dibuat oleh Naruto sama cepatnya dengan peluru asli. Naruto menggunakan Mana yang telah dikompresikan lalu diledakkan dalam skala kecil agar dapat mendorong peluru emas itu.
Cara ini terinspirasi dari gerak piston pada mesin saat langkah kompresi di mana piston bergerak naik ke atas untuk mengompresikan campuran udara dan bahan bakar, selanjutnya busi akan memercikkan bunga api dan terjadilah ledakan (pembakaran) yang membuat piston kembali terdorong ke bawah.
"HAHAHA PERCUMA SAJA KAU MELAKUKAN ITU! AKU INI A-B-A-D-I!"
"Begitu ya … bahkan jantung yang telah rusak pun tidak membuatnya mati."
Naruto melihat kobaran api di lubang punggung Riser, setelah api itu padam lubang yang tadinya menganga kini hilang seperti tidak terjadi apa-apa. Naruto mengakui Riser memiliki regenerasi yang cepat.
Riser meronta-ronta dengan liar sampai membuat Naruto harus melompat untuk menjaga jarak. Mata remaja keturunan Namikaze itu sedikit membulat ketika melihat Riser lepas dari kekangan paku emasnya, namun Riser harus merelakan kedua tangannya putus. Sepuluh detik kemudian kedua tangan itu telah kembali utuh.
Naruto menyadari sesuatu. 'Jadi begitu,'
Riser telah bangkit berdiri sambil memasang seringai sombong. Ia menatap tajam Naruto dengan iris mata yang berubah menjadi warna kobaran api tanda seluruh Mana-nya benar-benar telah dikompresikan.
"Kau mengatakan akan mengalahkanku dalam waktu satu menit? Kehehe, SATU MENIT DARI MANA HOY?! Bahkan sekarang kau tidak bisa membuatku terluka sedikit pun."
"Aku masih memiliki waktu 30 detik sebelum satu menit benar-benar habis. Dan saat itulah kau akan kubuat daging cincang,"
[Golden Sword: Excalibur Mimic]
Naruto membuat replika pedang Excalibur Mimic dengan kekuatan elemen emasnya. Meskipun hanya sebatas replika, tapi kekuatan dan ketajaman dari pedang ini hampir menyamai atau bahkan melebihi aslinya. Sebuah pedang yang terbuat dari logam mulia dengan ketajaman super, bahkan ujung pedang itu memiliki sudut 0,5 derajat.
"Aku baru ingat, ada pelangganku yang meminta dibuatkan daging cincang manusia untuk restorannya."
[Infinite Accel: Star Light]
Naruto menghilang dari tempatnya berdiri, satu detik kemudian tubuh Riser terluka karena irisan pedang tanpa ia sadari, detik berikutnya ia terkena lagi, lagi, lagi … entah sampai kapan Riser harus menerima tebasan pedang sangat cepat itu, bahkan Riser tidak memiliki waktu untuk membuat sihir pertahanan.
Seluruh tubuh remaja itu diselimuti oleh api tanda sedang melakukan proses regenerasi.
Naruto adalah satu-satunya pelaku yang melakukan itu. Dengan pedang emas yang berada di genggamannya dan teknik Accel, Naruto bisa menebas musuh sangat cepat sampai tidak bisa terlihat.
Remaja pirang itu bahkan sanggup memberikan 5 tebasan hanya dalam waktu satu detik. Apa jadinya jika Naruto melakukannya dalam waktu 25 detik? Jika orang normal yang terkena maka mungkin 5 detik ia sudah meregang nyawa.
Azazel dan Coriana dapat melihat sebuah bintang berwarna emas dengan pusatnya adalah Riser. Itu adalah efek yang ditimbulkan ketika Naruto bergerak sangat cepat sambil membawa benda yang akan berkilau ketika terkena sinar.
Star Light nama teknik sihir Naruto, benar-benar menampilkan bintang yang bersinar.
25 detik telah berlalu, Naruto kembali ke tempatnya dengan sebulir keringat yang mengalir melalui pelipisnya. Kondisi Riser saat ini benar-benar parah dengan luka tebasan di sekujur tubuh. Api regenerasinya perlahan padam karena keturunan Phoenix itu kehabisan Mana.
Riser lalu pingsan tanpa bisa melihat wajah datar Naruto.
Naruto menghilangkan pedang emasnya menjadi partikel debu emas yang terbawa oleh angin. Melihat Riser yang tidak bisa melanjutkan petarungan, Azazel menyeringai senang lalu mengumumkan hasil pertandingan malam ini dengan Naruto yang keluar sebagai pemenang.
Secara otomatis Naruto akan menduduki kursi ketujuh dalam jajaran The Ten Grace of God sekaligus mendapatkan harga kepala Riser. Sedangkan lawannya telah kehilangan seluruh tahta dan otomatis akan menjadi budak karena tidak memiliki harga kepala.
Napas Naruto memburu, kedua tangannya kembali bergetar. Pandangannya kabur lalu menghitam dan jatuh tak sadarkan diri.
Naruto mendapati dirinya berada di ruang UKS setelah sadar dari pingsannya. Semalaman Coriana menemati Naruto. Ia melihat ke luar jendela, ke mentari yang mulai menampakkan wujudnya.
"Sudah berapa lama aku pingsan?"
Coriana yang hendak menjawab dibuat harus menutup mulut lagi karena pertanyaan itu telah lebih dulu dijawab oleh seseorang yang masuk ke ruangan ini.
"Lebih dari 12 jam."
Naruto menoleh. "Anda siapa?"
"Namaku Shizune, aku adalah Wakil Kepala Sekolah. Namikaze Naruto-kun, aku tahu ini sangat mendadak tapi ikutlah denganku ke suatu tempat sekarang."
"Baiklah, biarkan aku megganti baju dulu."
"Aku akan menunggumu di depan pintu."
Setelah Naruto mengganti pakainnya, ia mengikuti ke mana Shizune melangkah sampai Naruto sadar bahwa mereka menuju gedung yang ada di puncak bukit. Bangunan yang paling mewah dan besar. Mereka masuk lalu berbicara di ruang tengah.
"Pertama-tama aku ucapkan selamat kepadamu karena berhasil menduduki 10 Anugerah Tuhan sekaligus berterima kasih telah mengalahkan Riser Phoenix. Siswa itu telah menggunakan wewenangnya secara salah saat menduduki kursi ketujuh." Ucap Shizune.
"Aku hanya berusaha melindungi Coriana-senpai. Aku tidak pernah berniat mengambil kursi ketujuh darinya."
"Tapi peraturan tetaplah peraturan. Naruto-kun akan menduduki kursi itu suka atau tidak. Kuharap kau mengerjakan tugasmu dengan baik dan menggunakan wewenang secara bijak."
"Aku akan berusaha."
Shizune mengeluarkan beberapa kertas–atau tepatnya formulir–dari tasnya lalu diserahkan kepada Naruto untuk ia baca.
"Formulir pembuatan guild?" bingung Naruto. Sekarang apa lagi? Terlalu banyak sistem di sini.
"Biar kujelaskan," Shizune menarik napas dalam.
"Siswa yang termasuk ke dalam The Ten Grace of God wajib membuat guild sendiri untuk menampung siswa yang lain. Fungsi utama guild adalah menghindari siswa agar tidak menjadi budak. Seseorang yang telah bergabung dalam guild umumnya mendapatkan perlindungan dari ketua guild dan tidak akan menjadi budak. Guild juga dibentuk agar siswa semakin semangat mengerjakan misi yang diberikan sekolah ini."
Salah satu sistem di sekolah ini adalah pengambilan misi. Semakin banyak anggota guild yang menyelesaikan misi maka reputasi mereka akan melonjak dan dihormati. Tujuan lainnya adalah agar lulusan sekolah ini telah siap menjadi ksatria sihir yang akan melindungi pemimpin negara.
"Apa aku harus mengisi formulir ini sekarang?" tanya Naruto.
Shizune mengangguk. "Ini hari terakhir karena besok seluruh siswa kelas satu akan mengadakan MPLS."
'Pantas saja saat diperjalanan aku melihat banyak orang.'
Naruto mencari nama guild yang cocok untuknya. Ia memiliki beberapa nama yang bagus. Setelah memutuskan untuk memakai salah satu nama itu Naruto mulai mengisi formulir. Tidak butuh waktu lama untuk mengisi formulir itu, ia lalu menyerahkan balik pada Shizune.
Wanita berumur 20 tahunan itu membaca dengan teliti tulisan Naruto.
Formulir pembentukan guild, nama guild adalah SACRIFICE yang diketuai oleh Naruto.
"Aku terima formulir ini. Aku akan mempersiapkan surat-surat kepemilikan guild beserta bangunan sebagai markasnya."
"Terima kasih banyak, Shizune-sama. Oh ya, ngomong-ngomong apa aku harus mengikuti MPLS dan apa hubungannya dengan pembentukkan guild yang mendadak?"
Shizune membereskan berkas-berkas yang terletak di atas meja. "Kalau soal itu, mereka akan menjelaskannya padamu." Jawab Shizune sambil melihat pintu besar yang berada di belakang Naruto.
"Mereka?"
Deg!
Naruto merasakan hawa kehadiran yang sangat besar di belakangnya. Selama ini ia belum merasakan hawa sebesar ini kecuali hawa kehadiran dari ayahnya. Dengan gerakan patah-patah Naruto menengok ke belakang.
Pintu besar itu terbuka dengan pelan, memperlihatkan sembilan siluet hitam yang tersorot matahari. Naruto tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas.
"Jangan-jangan …"
"Ya. Mereka adalah …"
.
.
.
"… The Ten Grace of God."
Bersambung
~Ending Song: HYDRA by MITH & ROID~
AN: The Ten Grace of God (10 Anugerah Tuhan) terinspirasi 10 Perintah Tuhan di anime Nanatsu no Taizai. Untuk visualisasi karakter Coriana Andrealphus bisa dilihat di anime High School DxD Hero episode 10.
Beberapa kejadian tidak ada yang berubah dari cerita sebelumnya. Namun, untuk selanjutnya akan jauh berbeda. Konsep kekuatan 'Panca Indera' akan tetap dipakai karena itu murni kreasi dari otak saya.
Saya dalam keadaan mood menulis yang baik. Jadi untuk chapter 2 mungkin update kilat seperti biasanya. Di chapter selanjutnya akan menjabarkan seluruh karakter yang termasuk 10 Anugerah Tuhan, tidak seperti sebelumnya yang menjadi misteri dan akan ada perubahan karakter karena tuntutan alur.
[13/07/2018] Remake!
