Hai minna-sannnn…
Perkenalkan, Natsu Hiru desuuu…
Natsu dari fandom sebelah, numpang mampir ke fandom HxH…
Para reader bisa manggil Natsu dengan 'Natsu' atau juga 'Hiru'!
Okelah! Langsung baca ajaaaa…
Happy read… :3
.
.
Disclaimer : Togashi Yoshihiro
Tittle : My Lovely Kuruta
Story by : Natsu Hiru chan
Rated : T
Genre : Romance
Pairing : KuroKura (atau KUROPIKA mungkin?)
Warning : abal, gaje, OOC, norak, jelek, pokoknya ancur deh!
Summary : Rahasia terbesar Kurapika diketahui oleh Kuroro karena suatu kejadian di suatu malam. Apa yang akan Kuroro lakukan? Apakah dia akan membalas dendam pada Kurapika yang telah melilitkan rantai di jantungnya?
.
.
.
.
Don't like, don't read…
.
"Lama?" tanya seorang pemuda berambut hitam, bermata hitam pula. Di dahinya terbalut perban yang setia menutupi dahinya.
"Yah!" ketus seorang cowok, yang terbilang 'cantik' berambut pirang pendek.
"Kau 'kan perempuan! Lembutlah sedikit…" keluh pemuda tersebut.
BLETAKKK!
Tanpa basa-basi, si pirang langsung menjitak si pemuda. "Berisik! Kalau ada yang dengar bagaimana bodoh?" kesal pirang tersebut. Si pemuda hanya tertawa senang sambil mengelus-elus kepalanya yang sedikit benjol itu.
"Lalu, apa yang ingin kau bicarakan bodoh?" ucap si pirang melipat kedua tangannya di dadanya.
Flash Black
Kurapika's pov
Aku terbangun dari tidurku, kurasakan kepalaku agak pusing…
Akh! Aku ingat! Waktu itu aku pingsan di kapal… setelah proses pertukaran antara Killua dan Gon, dengan… dan sekarang aku terbaring di tempat tidur ini…
Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan ini. Ah! Ini 'kan apartementku… pasti teman-teman yang membawaku ke sini…
Kuroro?
Akh! Sial! Kenapa aku ingat nama brengsek itu?
Nama ketua perkumpulan yang sudah merebut segalanya dariku… merebut keluargaku, merebut teman-temanku, dan merebut kebahagiaanku…
Gen'ei Ryodan…
Tanpa kusadari mataku langsung memerah menghayalkan dua kata yang paling kubenci itu… maka kuputuskan untuk keluar mencari angin…
Ku keluar tanpa mengenakan baju biruku. Melawan dinginnya malam yang menusuk tulangku. Angin malam yang begitu dingin menabrak tubuhku… membuat rambut pirangku berkibar, begitu pula dengan anting yang setia menggantung di telingaku.
Ku langkahkan kakiku, sehingga aku sampai pada sebuah air terjun yang agak jauh dari apartementku. Senyum terukir jelas di bibir mungilku.
Aku pun berjalan menuju air terjun tersebut, hingga akhirnya aku tepat barada di bawah air terjun yang begitu deras. Kurasakan air dengan derasnya menghantam tubuhku. Dingin…
Srek srek…
Kudengar suara semak-semak. Aku pun sontak menoleh ke sumber suara. Rantaiku sudah siap untuk bersiaga. "Siapa di sana?" ucapku tegas.
Mataku membulat sempurna ketika melihat orang yang baru keluar dari semak-semak.
Kuroro?
Bukan mataku yang memerah, melainkan wajahku. Bagaimana tidak, saat ini dia sedang bertelanjang dada, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang err… seksi itu… ditambah lagi, rambutnya yang turun karena terkena air, wajahya yang basah… akh! Kenapa aku menjadi berdebar-debar seperti ini?
"Kau?" gumamnya.
Kulihat mata onix-nya memperhatikan sesuatu. Kulihat sedikit rona pink tipis di pipinya. Maka kuikuti arah pandangan matanya. Mataku membulat sempurna, ketika menyadari bahwa sedari tadi dia sedang memperhatikan lekuk tubuhku yang terlihat jelas. Ini karena bajuku yang basah, menempel pada tubuhku, sehingga menampilkan lekuk tubuhku yang sebenarnya. Ditambah lagi dengan bajuku yang berwarna putih, sehingga terlihat jelaslah bentuk tubuhku yang sebenarnya.
"K―KYAAAAA!" histerisku langsung menutup bagian dadaku dengan tanganku. Kurasakan wajahku memanas. Sangat panas…
"Hei-hei! a―aku tidak―"
BRUKKK!
Belum sempat Kuroro menyelesaikan perkataannya. Rantaiku sudah beraksi duluan, sukses memukul wajahnya sehingga dia terlempar ke belakang sejauh beberapa meter.
Tanpa basa-basi, aku langsung berlari meninggalkannya yang meringis kesakitan. Aku yakin, wajahku kini pasti sudah semerah kepiting rebus.
.
Aku duduk di kasur kamarku sambil memeluk lututku dengan erat. Semalam benar-benar kejadian yang super memalukan! Bagaimana tidak, pemuda yang paling kubenci, bahkan kudendam, sekarang sudah tahu rahasia terbesarku. Bahwa, aku seorang…
Perempuan…
"GYAAA! Aku memang bodoooohh!" tuntutku pada diriku sendiri.
"Hoi Kurapika! Kau jangan teriak-teriak donk!" suara Leorio terdengar dari luar. Ah! Bodo amat! Aku tidak peduli! Saat ini, pasti Kuroro dengan puas menertawaiku!
Pi pi pi pi…
Kudengarkan ponselku berbunyi. Kulihat yang tertera hanya nomor baru. "Siapa ya?" gumamku. Dengan malas kutekan tombol hijau yang ada pada tust ponselku.
"Halo?" ucapku dengan nada malas.
"Hai nona Kuruta…" ucap suara dari sebrang. Mataku sedikit membulat ketika mendengar suara si penelpon.
"Kuroro?" gumamku.
"Wah, ternyata kau tahu suaraku yah? atau jangan-jangan kau menyukaiku?" ucapnya enteng.
Kurasakan wajahku merona ketika dia berkata 'suka'. Tapi aku tetap bersikap tenang. "Jangan bicara bodoh! Dari mana kau mendapatkan nomor ponselku?" tanyaku ketus.
"Tentu saja dari Hisoka. Siapa lagi, rekanku yang tahu nomor ponselmu?"
Cih! kenapa si joker aneh itu memberi nomorku pada pria menyebalkan ini? "Apa maumu?"
"Aku ingin bicara,"
"Bicara?"
"Yah!"
"Kenapa aku harus bicara padamu?" ucapku super ketus.
"Baiklah! Kalau kau tidak mau, akan kusebarkan rahasiamu pada semua orang! Bagaimana, nona Kuruta yang manis?"
Kugertakkan gigiku kesal. "Apa maumu Kuroro?" tanyaku semakin marah. Mataku sudah memerah saking marahnya. Kuremas ponselku erat-erat.
"Aku hanya ingin membicarakan sesuatu,"
"Apa?"
"Sudahlah! Bagaimana kalau kita bertemu?"
"Terserah kau saja!"
"Baiklah, siang ini, di taman dekat kota, jam 2 okay?" ucapnya langsung menutup telponnya.
"ME―MENYEBALKAAAAAANNN!" teriakku langsung membanting ponselku hingga pecah. Tenang saja! Aku bisa beli lagi kok!
.
Flash black end.
Normal pov
"Jadi, kau benar-benar seorang wanita?" tanya Kuroro dengan gaya sok cool.
"Kalau kau sudah tahu, jangan ditanya lagi bodoh!" jawab Kurapika cuek. Entah mengapa dia selalu memanggil Kuroro dengan sebutan 'bodoh'.
"Pantas saja waktu dulu kau menculikku, kau benar-benar mirip cewek saat menyamar! Bahkan waktu kau melepas wigmu, kau masih terlihat manis!" sontak wajah Kurapika langsung merona mendengar perkataan Kuroro.
"Sudahlah! Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Kurapika tetap berusaha untuk cuek, meski saat ini jantungnya sedang berdetak super cepat.
"Wajahmu yang memerah itu, benar-benar lucu!"ucap Kuroro. Wajah Kurapika semakin merona saja. Namun dengan cepat Kurapika langsung memalingkan wajahnya. "Memerah? Siapa yang memerah?" ketus Kurapika.
"Akan kubuktikan…"
Kuroro langsung menarik tangan Kurapika, dan langsung membekap tubuh Kurapika. Sontak Kurapika terkejut setengah mati. Wajahnya kini sudah semerah kepiting yang telah direbus, direbus, dan direbus lagi.
Kurapika mencoba melawan, namun Kuroro semakin memper-erat pelukannya. Sebenarnya Kurapika bisa melawan, tapi saat ini dia tidak mampu. Tubuhnya saat ini sudah sangat bergetar. Jangankan melawan, berdiri saja dia sudah tidak bisa.
"Ku―Kuroro! Lepaskan aku!" tegas Kurapika namun sedikit bergetar.
"Memangnya kenapa kalau aku memeluk tubuh orang yang kusuka?" ucap Kuroro enteng.
BLUSSSHHH!
Kurapika langsung membatu di tempat mendengar pernyataan Kuroro. "A―apa maksudmu?" tanyanya dengan nada gemetaran.
"Jangan sok bodoh! AKU MENYUKAIMU!" tegas Kuroro semakin memper-erat pelukannya.
"Lepaskan…" ucap Kurapika berusaha melepaskan dirinya dari pelukan sang ketua Ryodan.
"Kau tidak percaya?"
"Kubilang lepaskan!" tegas Kurapika. Kini rantainya sudah melilit tangan kiri Kuroro, "atau, lengan kirimu akan putus!" ancam Kurapika sambil menatap tajam Kuroro.
"Cih! patah saja! Mana mungkin kau tega menyakiti orang yang kau suka 'kan?"
Wajah yang sedari tadi memerah, kini menjadi lebih merah lagi. "A―apa maksudmu?"
"Sudahlah! Kau jujur saja! Kau suka padaku 'kan?"
"Cih! apa kau sudah gila?"
"Hn, mungkin aku memang sudah gila… tapi aku bisa merasakan debaran jantungmu yang secepat kilat ini…" ucap Kuroro menanamkan wajahnya di leher Kurapika.
Kurapika yang diperlakukan seperti itu hanya menggeliat entah karena geli, ataupun malu, semuanya bercampur aduk menjadi satu. "Hentikanhh…" perintah Kurapika dengan nada sedikit mendesah.
"Tidak mau…"
"Aku akan membunuhmu…"
"Silahkan saja!"
"Kubilang hentikan Kuroro!"
"Tidak akan…"
"Kau akan benar-benar mati!"
"Mimpi saja…"
Kurapika semakin panas saja oleh Kuroro. Entah sejak kapan Kuroro yang diketahui berwibawa, tenang, cool, dan cuek, langsung menjadi agresif begini. Selain itu dia juga semakin keras kepala saja.
"Kubilang hentikan…" suara Kurapika menjadi melemah. Kuroro yang mendengar itu, mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertanam di leher jejang Kurapika. Dia pun menatap Kurapika. Mata onix-nya membulat ketika melihat ujung mata Kurapika, mengeluarkan cairan bening.
Menagis?
Yah! Kurapika saat ini sedang menangis.
"H―hei! Kenapa kamu nangis begitu?" tanya Kuroro gelagapan. Dia pun melepas pelukannya pada Kurapika. "Hick…" isak Kurapika, sukses membuat Kuroro semakin panik.
"Sialan kau Kuroro…" geram Kurapika namun masih dalam keadaan menangis.
Terlihat mimik penyesalan di wajah seorang Kuroro. Dia pun memegang bahu kecil Kurapika. "Maaf…" ucapnya dengan nada menyesal. Namun Kurapika langsung menepis tangan Kuroro.
"Kau marah yaah?" goda Kuroro. Namun Kurapika menampilkan mimik serius, membuat Kuroro sedikit bungkam.
"Kurapika…" ucap Kuroro dengan nada serius. Kurapika hanya menatap Kuroro, menunggu kelanjutan dari kalimat Kuroro.
"Aku, benar-benar menyukaimu… ah! Tidak! Aku tidak hanya menyukaimu… tapi aku juga 'mencintai'mu…" ujar Kuroro menatap lurus ke depan. Kurapika hanya bisa tersontak kaget, tak lupa dengan rona merah di wajahnya.
"Bagaimana mungkin kau menyukaiku, padahal baru semalam kau mengetahui bahwa aku ini seorang wanita?" tanya Kurapika memalingkan wajah merahnya.
"Bukan…"
"Bukan?"
"Waktu kau menyamar menjadi seorang wanita ketika menculikku… waktu itu aku sedikit berdebar-debar. Aku mangetahui kau gadis yang kuat, bahkan kau mengalahkan Ubigin. Namun, ketika kau bilang bahwa kau ini adalah seorang 'laki-laki' waktu itu aku sangat kecewa. Kupikir kau adalah cinta pertamaku, ternyata aku salah. Namun aku memikirkan ini, meskipun kau laki-laki, tapi sepertinya aku tidak bisa melupakanmu. Dan, ketika aku mengetahui bahwa sebenarnya kau adalah perempuan, aku sangat senang bukan main," jelas Kuroro.
Kurapika hanya bisa tertegun mendengar pernyataan Kuroro. Dia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat sambil menunduk.
"Kenapa…"
Kuroro menoleh ke arah Kurapika, menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Kenapa kau malah bilang begitu setelah kau mencuri semua kebahagiaanku? Hah?" ucap Kurapika dengan nada membentak. Kuroro hanya bungkam mendengar perkataan Kurapika.
Kuroro menunduk, menyembunyikan ekspresinya yang sebenarnya. Kurapika? Jangan ditanya lagi! Saat ini matanya sudah memerah bagaikan api.
"Maaf…" hanya itu yang terrucap dari bibir Kuroro.
"Kuroro Lucifer… pemimpin dari Gen'ei Ryodan…" kata Kurapika dengan nada meremehkan. Kuroro yang dipanggil seperti itu hanya menatap Kurapika penuh arti.
"Meminta maaf itu memang mudah… tapi… yang paling sulit itu adalah… memaafkan…" Kurapika sedikit mulai tenang, tersirat senyuman miris di bibir mungilnya. Kuroro hanya terdiam.
"Aku mengerti," ucap Kuroro seraya meninggalkan Kurapika yang terdiam.
.
Kurapika's pov
"Akkkkhhhh!" aku langsung berjongkok sambil meremas rambut pirangku, setelah Kuroro sudah tidak kelihatan lagi.
Kenapa tadi aku menjadi berdebar-debar sih? Selain itu… kenapa Kuroro bilang begitu? Atau… apa ini adalah jebakan? "Siaaallll!" runtukku pada diriku sendiri.
Aku pun berjalan dengan gontai menuju apartementku… maksudku apartementku bersama Gon, Leorio, dan Killua. Kami memang sudah memutuskan untuk tinggal bersama.
Sesampai di apartement, aku sempat berpapasan dengan Leorio. Dia menatapku dengan bingung, namun aku tidak mengubrisnya. Aku terus berjalan dengan gontai menuju kamarku.
Kututup pintu kamarku, lalu kukunci. Aku pun bersandar di sisi pintu lalu terjatuh dengan keadaan terduduk. Tanpa terasa air mataku keluar begitu saja.
Yah… aku menangis…
Kenapa hal ini bisa terjadi padaku…
Kenapa aku menjadi berdebar-debar saat bersama Kuroro tadi? Perasaan apa ini?
Kupeluk lututku erat-erat. Lalu memoriku kembali terputar di otakku. Ketika penyerangan Gen'ei Ryodan pada suku Kuruta…
Banyak darah-darah berceceran… kulihat dengan mata kepalaku sendiri, Tou-sanku… Kaa-sanku… teman-temanku… dan semua keluargaku… mati begitu saja di hadapanku…
Aku hanya bisa berlari tak tentu arah. Takut… aku takut sekali…
Kubersembunyi di balik semak yang agak jauh… kulihat… mereka… Gen'ei Ryodan. Mencungkil satu persatu mata dari suku Kuruta…
Seluruh tubuhku bergetar, aku tak yakin, tapi kuarasakan mataku sudah memerah. Pembunuhan, penyerangan, dan pembantaian itu terjadi tepat di depan mataku… tepat di depan mata seorang bocah berumur 12 tahun…
Lalu, kulihat salah seorang dari gerombolan tak berperasaan itu, seorang pemuda yang terbilang tampan, namun di wajahnya tak tertampang ekspresi apapun. Pria berambut hitam, memakai jas biru. Aku tak melihatnya begitu jelas, karena tertutup asap-asap.
"Bagaimana Kuroro?" tanya seorang perempuan yang berambut coklat.
"Bagus Pakunoda, jika kita menjual mata-mata api ini, aku yakin, kelompok kita, Gen'ei Ryodan, akan mendapat keuntungan yang terbesar. Mata merah… khas klan Kuruta…" ucap pemuda itu.
Kutatap pemuda itu penuh dendam. Mataku sudah semakin memerah. Aku bersumpah, akan menghabisi kelompok ini… Gen'ei Ryodan…
Kupeluk lututku semakin erat, mengingat memori yang tersimpan di pikiranku. Kugertakkan gigiku. Lalu kebenamkan wajahku di lututku.
Perasaan apa ini?
Apakah ini cinta?
Tidak mungkin…
Semakin lama, pandanganku semakin mengabur. Kesadaranku semakin menghilang. Detik selanjutnya, aku tidak bisa melihat apa-apa lagi…
BRUKKK!
.
Normal pov.
"Kurapika! Hoi! Buka pintunya!" teriak Leorio menggedor pintu kamar Kurapika dari luar.
"Apa dia tidur?" gumam Gon.
"Meskipun dia tidur, kita harus tetap membangunkannya! Ini masalah serius!" ucap Leorio sedikit meninggikan suaranya.
"Aku setuju dengan Leorio!" ucap Killua datar. Gon hanya terdiam.
"Kurapika! " teriak Leorio lagi.
"Kurapika! Dengar! Saat ini Gen'ei Ryodan beraksi kembali! Kami dengar terjadi pembantaian di kota! Salah satu saksi mata mengatakan, bahwa di antara mereka salah satunya memakai pedang, dan salah satunya lagi adalah seorang gadis berkacamata yang memegang alat seperti penyedot debu. Tidak salah lagi! Itu pasti Ryodan!" tegas Killua emosi.
Namun tak ada jawaban…
"Dobrak saja!" kata Gon agak cemas.
Leorio dan Killua hanya mengangguk setuju. Maka didobraklah pintu kamar Kurapika oleh Leorio.
Ketiga orang yang ada di situ terkejut bukan main ketika melihat salah satu teman mereka, Kurapika, tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Terlihat jelas bulu matanya yang lentik itu basah, menandakan bahwa dia telah menangis.
"KURAPIKA!"
.
Sepasang kelopak mata mulai terbuka, menampakkan bola mata sapphire yang sebiru samudra. "Ngh…" lenguh sang pemilik mata.
Tiga orang yang sedari tadi menunggu sadarnya sang pemilik mata telihat senyum dengan perasaan senang.
"Kurapika!" ucap ketiganya bersamaan.
"Ng? Gon? Leorio? Killua?" gumam Kurapika berusaha mengembalikan kesadarannya.
"Syukurlah! Kau sudah sadar!" ujar Gon kegirangan.
"Ah? Aku dimana? Ughh!" tanya Kurapika memegangi kepalanya yang terasa sakit.
"Kau di rumah sakit. Tadi kami menemukanmu tergeletak pingsan di depan pintu kamarmu," jelas Killua.
Kurapika tertegun sejenak. Bayang-bayang seorang pemuda berambut hitam, bermata onix mulai terbayang di pikirang Kurapika. Tiba-tiba saja wajah Kurapika langsung memanas, membuat ketiga temannya terheran.
"Kau kenapa Kurapika?" tanya Gon heran.
"Ngh, ti―tidak! Aku ti―tidak apa-apa!" jawab Kurapika menggeleng pelan.
"Mukamu merah begitu! Atau, jangan-jangan… kau sedang jatuh cinta yah?" goda Killua.
Kurapika yang mendengar itu semakin memerah. "Ja―jatuh cinta? ti―tidak mungkin!" elak Kurapika memalingkan wajah merahnya.
"Hyaaaa! Permainsuri kita sedang jatuh cintaaa," Leorio ikutan menggoda Kurapika dengan gaya seperti ibu-ibu yang sedang menggosip.
BRUK! BRUK!
Dua pukulan Kurapika sukses mendarat di pipi Leorio dan Killua. Gon hanya ber-sweat drop-ria melihat pemandangan tersebut.
"Ohya, Kurapika, sebenarnya… Ryodan…"
Kurapika langsung terkejut mendengar kata 'Ryodan' yang keluar dari mulut Gon. Dia langsung menatap tajam Gon, menunggu kelanjutan kalimat dari sang Gon.
.
.
.
TO BE CONTINUED
Hwahahahahaha…! *tawa laknat*
Bagaimana? Abal? Gaje? Norak? OOC? Pastinyaaa…
Tapi Natsu 'kan udah nyebutin itu semua di 'warning'! *ditampar Reader*
Ohya, Reader-san, Natsu mau berbagi cerita tentang nih fanfic.
Di sini, Kurapika sebenarnya adalah 'CEWEK'!
Natsu sih juga pinginnya begitu. Natsu gak nyantumin di pairingnya 'KuroFemKura', karena Natsu pikir, gender Kurapika tuh sebenarnya adalah cewek! Kalau para readers gak suka, Natsu minta maaf yang sebesar-besarnyaaa! *sujud2*
Natsu gak suka ama yang namanya YAOI, tapi bukan sampai benci. Cuma males aja ngebacanya. Tapi reader-san jang pikir ini adalah YAOI yah!
Sekali lagi Natsu ingetin, DI SINI KURAPIKA JADI CEWEK!
Jadi itu bukan YAOI 'kan!
Emm… maafya, kalau di fict ini, Kuroronya OOC banget! Abis, Natsu bingung harung ngapain, biar genre romancenya kerasa.
Ohya, Natsu mau nanya buat para readers!
Menurut readers, Kurapika tuh apa? Cowok? Atau cowok?
Dijawabyah reader-san…
Mohon kritik, saran, konkrit, dan komentar para readers... flame juga boleh!
Natsu bakan menerimanya dengan senang hatiii… ^^
Akhir kata, REVIEW please… *puppy eyes*
~ARIGATOU~
.
NATSU HIRU CHAN
