"Aku kira kita harus break sesaat," Kata-kata itu terlontar dari bibir manis Daehwi, matanya terlihat begitu yakin, menatap Dongho yang hanya bisa menghela nafas lelah.
"Kenapa?" Satu pertanyaan itu terlontar dari Dongho.
Ya. Mengapa? Bukankah selama ini hubungan mereka baik-baik saja? Tak ada yang salah bukan?
"Aku lelah," Dongho mengerutkan kening seakan tak mengerti dengan kata-kata yang dilontarkan oleh pemuda yang lebih muda enam tahun darinya itu, namun lagi-lagi sang dominan hanya terdiam menunggu kalimat selanjutnya dari sosok manis itu.
"Maksudku, hubungan kita hambar." Daehwi menelan ludahnya susah payah saat pandangan Dongho menjadi lebih tajam. "Kau sangat baik, dan aku merasa sulit menerimanya, bukan-bukan berarti aku tak suka perhatian dan sikap manis hyung. Aku suka hanya saja, aku pikir kita harus memikirkan lagi tentang hubungan ini."
Dongho lagi-lagi menghela nafas. Ia tak paham dengan pikiran kekasih manisnya.
" Aku pikir kita tak perlu break jugakan? Bukankah kita bisa membicarakannya? Bukankah kita bisa segera menyelesaikan ini?" Daehwi menggeleng.
"Aku pikir kita butuh break, kumohon, kita butuh break selama satu minggu -setidaknya- untuk memikirkan tentang ini." Mata hazel itu menatap mata Oniks Dongho dan Dongho tak bisa lagi untuk membantah keinginan kekasih mungilnya.
"Baiklah kita break untuk sesaat,"
"Terimakasih Hyung," Dan tanpa Dongho sadari semua ini hanya awal dari kehancuran dirinya.
.
.
.
Sudah dua hari sejak hubungan Dongho dan Daehwi break sejenak. Ya, dan sejak itu Dongho uring-uringan membuat teman satu apartemennya, Aaron mempunyai niat menceburkan pemuda berwajah sangar itu ke kolam penuh hiu saking kesal pada bocah yang lebih muda dua tahun. Bagaimana tidak? Lihat saja, hari ini Dongho bahkan tak beranjak dari sofa ruang tengah, masih bergelung dalam selimut hangat pemberian Daehwi dengan televisi menyala sedang si pemilik malah asik melihat handphonenya -Menstalking sang kekasih- jangan lupakan juga sampah bekas makanan instan yang berceceran dimana-mana.
"Astaga! Kang Dongho! Berhentilah menjadi orang dungu dan seperti pesakitan begitu! Angkat bokongmu dan bantu aku membereskan kekacauan ini!" Teriak Aaron sambil berkacak pinggang di depan sang trouble maker.
Dongho? Ia bahkan tak bergeming dan masih menatap handphonennya dengan pandangan mengenaskan.
"Astaga Dongho! Move on lah," Aaron mengacak rambutnya kesal sebelum ia menendang-nendang tubuh agak gempal Dongho.
"Hyung, hiks" Dan yang di dapat Aaron adalah Dongho yang berkaca-kaca sambil menunjukan layar handphonennya pada Aaron.
Aaron menghela nafas lelah sebelum mengambil layar handphone milik sang adik yang menampilkan halaman instagram milik Daehwi yang berisi foto sepasang tangan yang bertautan dengan caption 'Thank For Today'.
Pemuda LA itu menghela nafas kasian sebelum mendudukan dirinya di samping sang adik.
"Sudah kubilang, itu hanya alasan Daehwi untuk break sejenak, yang dia inginkan adalah putus, tapi nampaknya dia terlalu takut," Aaron mengelus surai sang adik yang kini menenggelamkan wajah di perutnya.
"Aku menyayanginya hyung, A-aku mencintainya" Ucap Dongho tertahan, suaranya serak dan Aaron tahu bahwa Dongho tengah menangis.
.
.
.
Hari ini Dongho memutuskan untuk jalan-jalan sendirian, menenangkan pikiran katanya pada Aaron. Sejujurnya Aaron sangat khawatir takut sang adik akan melakukan hal bodoh. Bukan bunuh diri sih, mengingat Kang Dongho yang takut dengan sakit dan luka, tapi bisa saja adiknya melakukan hal memalukan seperti ; Berteriak di tengah keramaian sambil berjoget ala Yorojwo -baiklah abaikan-
Dongho menapakan kakinya tanpa arah, yang sialnya malah membawa pemuda berusia dua puluh empat itu ke tempat-tempat penuh kenangan bersama Daehwi. Seperti saat ini, ia berada di taman yang dulu menjadi saksi bisu awal hubungannya dengan si pemuda manis. Bangku ayunan yang sama dengan pohon yang sama, bedanya sudah tak ada Daehwi di sampingnya.
"Apa aku terlalu mengekangnya?" Dongho menengadah menatap langit yang dipenuhi guratan jingga pertanda hari mulai senja.
.
.
.
Kaki Dongho kini berjalan lagi, melewati kedai tteokbokki kesukaan Daehwi, terbayang sudah setiap senyum juga celoteh manis sang mantan, Hah~~. Lalu kaki itu kembali melangkah, melewati cafe kesukaannya dan Daehwi, ke sungai Han tempat pertama kali Dongho mendapatkan ciuman manis dari si mungil, ke convencient store tempat biasa mereka makan jika malas ke cafe atau sedang ingin makanan instan.
Dongho berjalan lagi, kini sesekali pemuda itu menendang kerikil, wajahnya sudah kuyu ; kusam, dan tak bergairah. Ia merasa memutar ulang segala memori bersama si mungil. Terlalu banyak yang sudah mereka lewati selama dua tahun ini, jadi kemanapun kaki Dongho melangkah seakan melihat Daehwi. Daehwi yang tersenyum dibelikan permen kapas, Daehwi yang melonjak girang ia berhasil mendapatkan boneka goblin, Daehwi yang yang memeluknya di bioskop, Daehwi yang membuatkannya makanan, menyuapinya, yang menangis karena melihat kucing terluka, di setiap sudut Kota Seoul Dongho melihat Daehwi, walau hanya ilusi. Intinya semua tentang Daehwi, si mungil yang membuatnya dipanggi pedhopil -padahal ia dan si mungil hanya terpaut usia enam tahun-
"Aku tak bisa begini terus! Ya, aku harus ke rumahnya dan meminta maaf kalau harus aku akan berlutut" Dongho yang sudah menjadi budak cinta. Sebegitu besarnya Dongho mencintai Daehwi membuatnya menjadi orang paling dungu.
.
.
.
Dongho melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju stasiun kereta, mencoba mengejar kereta terakhir menuju rumah si mungil. Pintu kereta sebentar lagi akan tertutup, untung saja Dongho sampai sedetik sebelum pintu tertutup.
Kereta malam ini lengang, mengingat sudah pukul sepuluh malam, Dongho lihat hanya ada sepasang kekasih di bangku ujung tengah bercengkrama, Dongho hanya bisa melihat seorang pemuda berwajah kecil dan sosok mungil yang hanya terlihat kakinya, kaki ramping seperti si mungil. Dongho menggeleng, tentu saja itu bukan si mungil, karena kekasih manisnya itu punya jam malam hingga pukul delapan.
Drrrt... Drrttt...
Handphone Dongho bergetar, merogoh handphone di saku mantelnya dan mendapati sang kakak menelpon.
"Kau ada di mana Baekki?" Tanya Aaron saat Dongho baru saja akan mengucapkan 'halo'. Dan panggilan itu, panggilan masa kecilnya.
"Aku di kereta," Jawab Dongho sembari menatap kakinya yang berbalut converse merah yang sebenarnya merupakan benda couple dengan si mungil.
"Ke rumah Lee Daehwi?" Tepat sasaran dan Dongho hanya mengangguk, lupa bahwa Aaron tak bisa melihat hal itu namun seakan punya telepati Aaron menghela nafas.
"Hati-hati dan segeralah pulang, Daehwi tak seperti yang kau kira selama ini," Ujar Aaron, Dongho hendak menjawab saat telinganya mendengar tawa khas milik si mungil berdengung, tadinya ia kira itu hanya halusinasi karena ia terlalu merindukan Daehwi namun manik cokelatnya mendapati sosok itu di sana, tengah berpelukan bersama si lelaki berwajah kecil, dengan tawa dan wajah bahagia. Tak ada yang bisa Dongho lakukan.
Akh ini yang di sebut break? Saat ia merindukan si mungil dan yang dirindukan malah tertawa bahagia dengan dominan lain? Yang katanya harus memikirkan lagi hubungan dan Dongho bahkan berniat berlutut di hadapan si mungil tapi apa yang ia dapat?
Dongho menggenggam erat handphonenya mengabaikan Aaron yang terus memanggil. Diambilnya langkah pelan untuk memastikan bahwa itu benar-benar si mungil, dan saat jaraknya hanya beberapa meter lagi, Dongho menyadari bahwa figur itu adalah si mungilnya, cinta pertamanya. Ia sangah hapal dengan coat ungu dan converse merah muda itu, jari lentik itu bahkan suara merdu itu.
Dongho bergeming menatap si mungil yang nampaknya belum sadar dan masih asik mengelus wajah si lelaki berwajah kecil, hingga tak lama kemudian si mungil mendongak dan mendapati Dongho yang terdiam seperti patung. Pupil mata si mungil terlihat membesar, gelisah dan lelaki berwajah kecil menyadari hal itu.
"Ada apa Hwi-ah?" Tanya lelaki itu, sedang Daehwi hanya bisa menggeleng dengan raut shock, si pemuda berwajah kecil kemudian menoleh dan mendapati Dongho yang terdiam menatap Daehwi.
"Ahjusshi, apa ada yang salah?" Tanya lelaki berwajah kecil dan Daehwi menggeleng pada Dongho saat pemuda kekar itu menyeringai menakutkan.
Dongho mengambil beberapa langkah lagi agar lebih dekat dengan dua sejoli itu dan tangannya mengepal kuat.
Daehwi sudah memejamkan mata saat dilihatnya Dongho mengangkat tangan, Daehwi kira dirinya atau Jinyoung akan mendapat setidaknya bogem mentah namun ekspektasi berbeda dengan realita.
Dongho tersenyum sembari mengulurkan tangannya kearah Daehwi.
"Congratulation," Ucap pemuda garang itu dengan senyum mengembang. Daehwi membuka mata, bingung dengan keadaan namun tak pelak tangannya menyambut uluran tangan Dongho.
" Selamat dan terimakasih, aku bahagia karena kau bahagia selamat karena sudah menghancurkan hatiku namun aku bersyukur setidaknya kau tak akan pernah tersakiti," Jinyoung mengerutkan keningnya dan menoleh pada Daehwi yang mematung.
"Kau tak akan pernah tersakiti karena sangat mudah untukmu mendapatkan yang baru. Ini bahkan baru empat hari ya kan?" Dongho mengeratkan genggamannya pada tangan mungil Daehwi hingga sang submissive meringis ngilu.
"Dan kau bocah, terimakasih karena sudah membuat dia bahagia" bahkan Dongho mengucapkan kata dia sambil menunjuk Daehwi dengan dagu, setelah itu kereta berhenti di stasiun berikutnya dan dengan santai Dongho melepaskan genggaman tangannya pada Daehwi dan meninggalkan dua remaja yang nampak masih membatu sebelum salah satu dari mereka bertanya.
"Apa maksud ahjusshi tadi?"
Dan Aaron di sebrang sana tersenyum miris, Dongho lupa mematikan sambungan telponnya dan membuat Aaron mendengar semuannya. Aaron kira ia harus siap-siap telinga dan tisu juga kesabaran menghadapi Dongho yang galau untuk beberapa minggu kedepan.
THE END
Bacot's Zone
Hi kawan! Ji balikk!" Huwahhh maaf Ji lama hiatus dan balik-balik malah bawa cerita gaje maklum Ji anak kelaa XII yang sangat sibuk dengan simulaai UNBK, UAS dan katany UNBK bakal dimajuin bulan februari -malah curhat- Oke jadi Ji balik bawa couple Donghwi yang sad, Ji hobbi banget ngenistain Dongho hahahahahaahaahahahahaha dan ada Aaron juga as cameo :") Okelah entar aku up ff lain bye sayang-sayangkuhh. Love You!
