Disclaimer: Masashi Kishimoto

Prolog.

.

.

.

PROLOG

Ditekan oleh masyarakat,dicaci serta dimaki. Itulah makanan sehari-hari segelintir putra-putri penjahat yang tak lagi berkelas teri.

Padahal ini bukan salah mereka, namun tetap saja predikat sebagai 'Anak Penjahat' tetap menempel pada diri mereka, dan bagaikan tato, label itu tak akan pernah hilang, abadi selamanya. Tapi sebenarnya apa salah mereka?! Bukankah mereka tak dapat memilih oleh siapa mereka dilahirkan?

Kurasa tak ada yang mau menjawabnya, atau mereka tak mau tahu jawabannya.

Tak pernahkan kalian berfikir? Mereka juga manusia! Mereka memiliki hati dan perasaan sama seperti kita! Dan apa hak kita sehingga kita berani menindas mereka?

Dan saat hati serta mata mereka tlah dibutakan oleh kebencian, adakah tempat mereka untuk pulang? Masihkah mereka mau memercayakan perasaan mereka pada kita? Kurasa tidak, itulah alasan mengapa mereka menarik diri dari lingkungan kehidupan manusia, menyepi dan menjauh dari keramaian kota. Namun tak adakah tempat untuk mereka sekedar menghela nafas dan melepas label yang menempel erat pada diri mereka?

Jawabannya ada, setidaknya di sini ada. Sebuah organisasi international yang dibentuk secara rahasia telah membangun sebuah bangunan bak istana tidur salju yang tak terjamah oleh tangan-tangan masyarakat pada umumnya.

Sebuah tempat, jauh di dalam pegunungan, rapat tersembunyi di antara hutan-hutan maha luas yang mengelilinginya. Disanalah putra-putri penjahat kelas kakap yang telah kehilangan keluarga dan kehidupannya dikumpulkan. Di sana mereka hidup normal, sama normalnya dengan anak-anak lain di dunia. Hanya saja…

Mereka terisolir dari dunia luar.

Mereka dikumpulkan dari seluruh dunia dan dibesarkan di sebuah bangunan tua yang terlihat juah lebih mirip kastil hantu dibandingkan rumah, ditambah kenyataan bahwa tak nampak adanya peradaban di dalamnya. Jelas, bukan tempat yang baik untuk membesarkan anak.

Satu-satunya tanda bahwa bangunan ini berada pada abad dua puluh satu adalah kenyataan jika para penghuninya mengenakan jas dan pakaian-pakaian modern di bawah jubah hitam yang selalu mereka kenakan akibat adanya aturan yang tak jelas untuk apa diadakan. Selain itu, jika kau buka jas-jas rapi beberapa di antara mereka, kau akan mendapati dirimu sendiri tengah menatap Glock-17 di sana, tersembunyi dengan aman. Namun keistimewaan inpun hanya berlaku untuk beberapa orang terpilih saja. Dan hanya mereka sajalah yang pernah melihat dunia di luar hutan rimba yang hampir seumur hidup terus mereka tempati.

Apa kau pikir mereka termsuk orang yang beruntung di antara sesamanya?

Kau salah besar! Mereka bukannya beruntung, malah sebaliknya. Mereka adalah orang yang sial. Sangat sial.

Karena mereka berbeda dengan anak-anak lain. Tubuh dan hati mereka sudah ditempa agar sekeras baja dan dibekukan agar sedingin es. Semua hal itu dilakukan semata-mata hanya agar… tak ada lagi rasa bersalah yang mereka rasakan saat ketika tangan mereka dikotori oleh darah, darah manusia. Darah yang mungkin milik anggota keluarga mereka sendiri.

Merekalah orang-orang bayaran yang biasa disebut… The Hunter, Sang Pemburu.

Pemuda-pemuda yang terlatih untuk hidup demi memburu para pelarian dan penjahat yang masih berstatus buronan. Orang-orang yang melakukan pekerjaan sia-sia yang bahkan tak menyebutkan nama mereka. Sedangkan pekerjaan mereka dialihkan atas nama kepolisian atau aparat keamanan suatu negara. Merekalah orang-orang di balik layar keamanan dunia.

Dan tahukah kalian, tak jarang penjahat yang harus mereka buru adalah keluarga atau bahkan orang tua mereka sendiri. Dan dapatkah kalian bayangkan,betapa kerasnya usaha mereka menguatkan diri saat mereka harus menarik pelatuk pistol mereka ke arah orang yang telah membuat mereka ada di dunia ini? Dan tentu saja, tak jarang ada yang kehilangan akal bahkan nyawa mereka saat mereka melakukannya. Bahkan mereka sampai menembakkan Glock mereka ke arah kepala dan dada mereka sendiri saking frustasinya.

Tragis. Sangat tragis, memang.

Namun hanya inilah cara yang mereka ketahui untuk membersihkan status mereka yang telah ternoda oleh orang tua dan keluarga mereka. Atau itulah yang diharapkan para pembimbing mereka agar para Hunter itu percaya.

Setidaknya dengan menjadi seorang Hunter, aku akan menjadi seorang pembantu pemerintah dan bukan lagi hanya sekedar anak seorang penjahat. Itulah yang mereka yakini, ketakutan akan penindasan dan perlakuan kejam masyarakat yang terus terpatri di otak mereka menyebabkan perasaan khawatir akan mengalami kejadian yang sama untuk kedua kalinya. Perasaan seperti itulah yang sejak dulu didoktrinasi dalam pikiran mereka.

Stuktur pendidikan yang diterapkan pada merekapun berbeda dari sekolah-sekolah lain di seluruh dunia. Pendidikan yang diberikan pada mereka dibagi atas tiga tingkat.

Sekolah muda, sebutan sopan untuk pendidikan yang diberikan pada kunyuk-kunyuk kecil yang sudah sejak awal terdampar di tempat terkutuk ini. Sekolah ini dimulai sejak usia lima tahun dan berakhir saat usia mereka sepuluh tahun.

Setelah itu, mereka akan memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Sekolah Perantara, mereka mulai memasuki sekolah ini setelah lulus dari Sekolah Muda dan akan terus di sana selama tiga tahun lamanya. Hingga mereka siap memasuki…

Sekolah Utama.

Tonggak terkuat akademi ini. Dari tingkatatan inilah para Hunter dipilih. Di sekolah yang berlangsung selama lima tahun inilah para pemuda-pemudi itu diajarkan keterampilan yang sangat berbahaya. Keterampilan menggunakan senjata.

Apa kau heran? Tak percaya?

Percayalah padaku. Karena sekolah ini tak menganut kurikulum dasar sebagaimana sekolah pada umumnya. Kau bertanya alasannya? Tentu saja karena sekolah ini bukanlah sekolah biasa.

Dan nama sekolah ini adalah…

Rose Academi.

Dari pendidikan itulah para murid yang berbakat dipilih dan diseleksi. Hanya anak-anak terbaiklah yang akan menyandang gelar kehormatan sebagai, The Hunter

Dan dari sini jugalah kisah ini dimulai. Dari dua orang pemuda yang telah sial terpilih menjadi hunter. Serta dari adik kembar salah seorang diantara mereka yang tak dapat menjadi Hunter walaupun dia memenuhi kualifikasi hanya karena dia seorang… wanita.

Di hari yang kelam, awan gelap tampak bergulung-gulung menyelimuti gunung-gunung nan menyangga langit seakan ingin segera memanggil pasukan langit yang sudah siap menyerbu bumi. Sementara Sang dewa petir tengah melempar-lempar pusakanya membelah langit walau tetes pertama tak jua menyentuh bumi, angin-angin besar mulai bergulung menerbangkan segala sesuatu yang menghalangnya.

Tampaklah di jendela sempit di ujung salah satu menara kastil sebuah cahaya suram menari-nari di dalam lentera yang tengah dipegang oleh sesosok berjubah malam. Warna gelap jubah itu tampak mulai melambai-lambai mengikuti belaian angin yang menyapunya. Sayang, wajah sosok itu tak tampak tertutup bayang-bayang hitam jubahnya. Cahaya lenterapun membuat sesosok itu tampak angker dan menyeramkan. Bagai sang maut yang siap menerkam.

Angin meraung keras seakan ingin membangunkan hutan rimba yang tengah tertidur, melambungkan debu dan dedaunan lebih tinggi dari biasanya. Angin itu mematikan api kecil yang menari dalam lentera dan meniup terbang tudung jubah orang yang mengenakannya. Walau begitu kegelapan malam yang tak dinaungi cahaya lembut dari Diana dan para punggawanya sama sekali tak membantu menampakkan wajah sosok itu walau saat itu telah tak ada bayangan jubah yang menaunginya.

Petir menggelegar, cahayanya menampakkan sosok wajah orang itu. Kulit yang berwarna kuning kecoklatan yang membingkai sepasang batu sapphire seindah langit musim panas, surai-surai panjang berwarna pirang dengan model twintail panjang dan lembut, bibir tipis berwarna merh lembut serta wajah mungil yang melengkapi wajah ayunya.

Seorang gadislah yang berdiri di ujung menara tersebut.

Dari sinilah kisah ini dimulai.

Dari Uzumaki Naruko yang berdiri di ujung menara kastil.

Prolog end