Berondong? Ups!


"Kau selalu begitu, egois, childish, kekanakan. Ini bukan yang pertama kalinya kau seperti ini. Kau terlalu posesif, over protective, bahkan mengekang," teriak seorang yeoja tertahan. Ia masih waras dengan tidak mempermalukan dirinya sendiri di depan banyak orang. "Donghae-ssi itu hanya teman sekelasku. Dan kemarin itu kami sedang mengerjakan tugas."

Namja berambut spikey di depannya menggebrak meja. Piring dan gelas di atas meja yang masih terisi penuh itu sedikit bergetar. Puluhan mata otomatis mengarahkan pandangan mereka ke arah dua orang yang sama-sama megerutkan kening itu. "ALASAN! KAU YANG SELALU KAYAK GITU! KAU YANG KECENTILAN SAMA AHJUSSI ITU!"

Yeoja itu memajukan wajahnya beberapa sentimeter. "Aku nggak pernah kecentilan dan lagi pelankan suaramu. Kita sudah mulai jadi pusat per…"

BYURRR…

Namja itu menumpahkan isi minumannya yang tidak berwarna itu tepat di wajah yeoja itu tanpa perasaan. Yeoja itu mengeratkan matanya. Menahan luapan emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Marah, malu, kesal, sedih, dan sederetan adjektiva lain yang susah digambarkannya.

Ia bangkit dari tempat duduknya. Menatap namja di hadapannya dengan tajam, lalu…

PLAKKK…

Sekeras mungkin ia menampar tepat di pipi kiri sang namja. Sambil meraba pipinya yang kemerahan, ia memelototkan matanya yang sipit.

Yeoja itu tidak mempedulikan pelototan mata itu dan puluhan pasang mata yang mulai tidak tenang memperhatikan dirinya. Ia hanya ingin segera pergi dari tempat itu. Mungkin menenggelamkan dirinya sendiri ke dalam perut bumi yang paling dalam. Atau mungkin mencuci bersih semua ingatan orang-orang yang melihat kejadian tadi. Juga ingatannya sendiri.

"Mungkin dia selingkuh."

"Omoo.. Kasihan sekali yeoja secantik itu."

"Namjachingu yang galak sekali."

"Dia pasti sudah kepergok berduaan dengan namja lain."

"Atau dia perempuan jalang."

Kasak-kusuk mulai terdengar di telinga yeoja itu. Ia mencoba menarik napas panjang. Mengeratkan matanya sekali lagi, lalu dengan mantap melangkah meninggalkan namja dan orang-orang yang sudah mulai sok tahu dengan pikiran mereka masing-masing.

"Yaa! Kembali kau, Lee Sungmin!" Teriak namja itu memanggil yeoja yang baru dua langkah meninggalkannya. Yeoja bernama Lee Sungmin itu menghentikan langkahnya lalu menatap namja yang baru saja memanggil namanya.

"Mulai sekarang, kita putus Kim Heecul!" Lee Sungmin memberi tekanan pada setiap kata-katanya, lalu kembali melangkah. Kali ini tanpa menoleh lagi meski Heecul berteriak memanggil-manggil namanya.


Lee Sungmin dan Kim Heecul adalah pasangan kekasih. Tadinya, sebelum kejadian di kafe itu terjadi. Mereka dikenal sebagai pasangan paling serasi di Suju University. Lee Sungmin, mahasiswi cantik yang cerdas. Nilainya selalu di atas rata-rata, begitu juga dengan kecantikannya. Kulitnya putih mulus ditunjang dengan tubuh yang ramping dan kaki jenjang. Wajahnya cantik tanpa cela. Matanya bulat, hidung mancung, bibir yang tidak tebal tapi berisi, dan pipi yang sedikit tembam. Belum lagi sederetan prestasinya yang gemilang sejak ia masih sekolah dan bahkan sampai sekarang. Menulis, berpuisi, debat, dan lainnya adalah keahliannya. Beberapa waktu yang lalu, bahkan Lee Sungmin baru saja memenangkan lomba menulis karya ilmiah se-Korea Selatan. Kita juga harus menengok deretan penghargaan yang didapatnya dari lomba menari. Tari daerah, tari modern, seperti sudah mendarah-daging dalam dirinya. Semua laki-laki banyak yang ingin dekat dengannya, meskipun tidak sedikit yang di antara mereka merasa minder dengan segala kelebihan yang dimiliki Lee Sungmin.

Perlu kalian tahu, saat ini sebenarmya Lee Sungmin sedang menepuh kuliah S2 meskipun usianya baru 22 tahun. Ya, dua kali ia mengikuti program akselerasi, yaitu saat Junior High-School dan Senior High-School. Tapi ia tidak terlalu suka bergaul dengan teman sekelasnya yang notabene orang-orang tua dan lebih memilih bergaul dengan teman sebayanya yang masih kuliah S1.

Lalu Kim Heecul. Namja tampan yang selalu digila-gilai yeoja di manapun dia berada. Selalu menjadi pusat perhatian tanpa perlu sengaja mencari perhatian. Tubuh tinggi atletis, garis wajah yang tegas, dengan alis tebal yang setia membingkai mata sipitnya yang seperti mata kucing. Belum lagi gelarnya sebagai kapten tim basket kampus dan vokalis grup band indie yang mulai naik daun. Itu saja tidak cukup, Kim Heecul adalah anak tunggal dari Kim Ryewook, pemilik SME Coorporation, sebuah perusahaan multitasking yang sangat sukses di kawasan Asia, bahkan mulai merambah Eropa dan Amerika. Mutlak, SME Coorporation adalah pemberi dana terbesar pada pihak kampus. Siapa yang tidak kagum padanya? Pada mereka berdua tepatnya.

-FLASHBACK-

"Mau kah kau menjadi yeaojachingu-ku?" tanya Heecul di tengah lapangan sambil membawa buket mawar merah di tangan kanannya dan boneka kelinci putih berbulu halus di tangan kirinya.

"Kalau kau mau jadi yeojachingu-ku ambil buket bunga ini," lanjut Heecul mengangkat sedikit tangan kanannya. "… dan kalau kau mau aku jadi namjachingu-mu, ambil boneka ini," ia menyamakan tinggi tangan kanan dan tangan kirinya.

Semua mata tertuju pada satu pasang namja dan yeoja yang sedang berdiri di tengah lapangan basket itu. Ya, semua memang sudah direncanakan dengan baik oleh Heecul, bahwa ia akan menyatakan dan mempertanyakan hal ini pada Lee Sungmin usai timnya bertanding basket.

Setelah tim basketnya bertanding dan menang, Heecul menyabotase acara dan mengambil microphone dari tangan pembawa acara yang seharusnya mengumumkan MVP Player pada pertandingan itu. Pembawa acara cukup kaget, saat hendak meminta peralatan 'perangnya' para panitia malah mencegahnya dan mengatakan, "Kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Keluarganya penyumbang dana terbesar di kampus ini."

Jadilah saat ini Lee Sungmin kebingungan di antara gemuruh penonton yang menyaksikan mereka.

"Terima… Terima… Terima…"

Lee Sungmin menatap tajam pada salah satu yeoja yang ikut bersorak dari bangku penonton. Siapa lagi kalau bukan sahabat baiknya sekaligus sahabat jahilnya, Kim Kibum. 'Ya, Bummie! Aku akan membunuhmu seusai ini!' batin Sungmin bertekad. Sementara Kibum malah asyik ikut bersorak.

"Ya Sungmin!" panggil Heecul tampak tak sabar. "Kenapa tidak menjawabku?"

Lee Sungmin mengelus pelan belakang lehernya. Hal yang biasa dia lakukan saat merasa gugup, bingung, atau ketakutan. "Ngng… Aku memilih…"

Lee Sungmin akhirnya mengambil bunga mawar yang ada di tangan kanan Kim Heecul.

"Aww…" jari Lee Sungmin tertusuk sesuatu saat menggenggam buket bunga mawar yang dipilihnya.

"Gwaenchana?" tanya Kim Heecul heran.

"Aani, sepertinya tangkai bunganya masih ada yang berduri. Tanganku terkena durinya," jawab Lee Sungmin menatap tangannya yang mulai sedikit mengeluarkan darah.

"Hanya luka kecil. Nanti juga sembuh sendiri. Yang penting sekarang kau sudah menjadi yeojachingu-ku. Arraseo?" ujar Kim Heecul tanpa sedikit pun melihat luka di jari tangan kekasih barunya itu.

Lee Sungmin mengangguk dan memaksakan diri untuk tersenyum. Perasaannya mengatakan bahwa duri ini hanya sebagian kecil dari musibah yang akan menimpanya di kemudian hari. Sementara untuk menyesali dan mengubah keputusan 'mendadaknya' sudah tidak mungkin lagi.


Lee Sungmin duduk di salah satu bangku taman kampus yang mulai sepi karena matahari memang mulai berganti shift dengan bulan. Ditatapnya jari tangannya yang terbungkus plester dan buket mawar merah yang ia taruh di sebelahnya secara bergantian.

"Mungkin aku gila menerimanya sebagai namjachingu-ku," ujar Lee Sungmin lirih.

"Minnie…!" panggil sebuah suara yang sangat dikenalnya. "Kyaa… Selamat ya, Minnie. Sekarang kau adalah yeojachingu dari namja paling dipuja seluruh kampus," Kim Kibum berseru dengan semangat.

"Kau terlalu bersemangat dan berlebihan," Lee Sungmin malas menanggapi ucapan sahabatnya itu.

"Aigoo, harusnya kau tersenyum. Ini tugas pertamaku sebagai Cupid si Dewi Asmara. Dan ternyata berhasil."

-FLASHBACK OFF-


Lee Sungmin keluar dari kafe itu dan memberhentikan taksi yang lewat.

"Kita mau ke mana agasshi?" tanya sang supir ramah saat Sungmin sudah berada di dalam taksi.

"Ke taman fantasi saja," jawabnya sambil mengeluarkan sapu tangan dari tasnya dan mengeringkan wajah dan rambutnya yang sedikit basah.

Sesampainya Lee Sungmin di taman fantasi, ia langsung memilih menaiki Skyrail. Yaitu kereta gantung yang mampu memuat 10-12 orang. Tapi karena ini hari kerja dan tengah hari bolong, maka Skyrail pun sepi.

'Bagus sekali, aku bisa teriak-teriak di dalam Skyrail sendirian.' Lee Sungmin tersenyum melihat gerbong Skyrail yang mendekatinya ternyata kosong.

Lee Sungmin memasuki Skyrail dengan terburu-buru. Bahkan ia sempat tersandung dan menyebabkan gerbong sedikit bergoyang. Lee Sungmin tidak peduli dan mendekati jendela besar dari gerbong Skyrail itu. Tasnya ia lemparkan begitu saja. Pemandangan kota Seoul terlihat indah meskipun agak sedikit mendung.

"Ya! Dengar kau, Kim Heecul pabbo!" Lee Sungmin mulai berteriak saat Skyrail berjalan. "Dari awal seharusnya aku tidak pernah menerimamu. Dasar pria cemburuan, posesif, kasar, egois! Aku menyesal pernah menerimamu. Tiga bulan yang sangat sia-sia kuhabiskan dengan pria galak sepertimu!" Lee Sungmin curhat dengan suara yang sangat keras. Ia benar-benar ingin menumpahkan apa yang dirasakannya.

"AAAAARRRGGGHHHH…!" Teriak Lee Sungmin sekencang-kencangnya. Ada sedikit kelegaan saat teriakannya juga keluar bersamaan dengan luapan emosinya.

"Berisik sekali," sebuah suara yang tidak berasal dari mulut Sungmin.

"Terserahku," ujar Sungmin tanpa menoleh ke sumber suara. "Lagipula di kereta gantung ini aku kan sedang sendi…"

Suara Sungmin terhenti. Ia baru sadar kalau dirinya sedang sendiri di Skyrail ini. Seharusnya. Lalu…

"KYAAAAA…!" Sungmin berteriak saat menyadari bahwa dirinya tidak sendirian dalam Skyrail.


TBC