Author's note: Saya bukan ELF, tapi bukan anti fans SuJu juga. Saya penulis netral, bahkan saya didampingi seorang ELF dalam penulisan fic ini dan dia nggak keberatan idolanya disiksa, ehe. Cerita ini gaje memang, tingkat fantasinya super tinggi, tapi nggak apalah, dinikmati saja. Fic ini didedikasikan buat siapapun yang hobi baca brotherhood dan friendship fic dari 13 orang gila ini. Selamat membaca...


Episode 1

Pagi ini adalah pagi yang biasa bagi hampir semua orang di negeri ini: Indonesia. 'Biasa' itu ada dua pengertian: masih tidur (matahari masih belum terlalu tinggi saat itu) atau sudah mulai mencari nafkah. Salah satu yang sudah mencari nafkah sepagi itu adalah loper koran yang tampak tak berbeda dari yang lain. Dengan sepedanya (yang merupakan sepeda pinjaman), pemuda itu melemparkan surat kabar dan tabloid ke halaman para pelanggannya. Di salah satu sudut kecil sampul tabloid remaja itu, tertulis: 'Idol Group Baru Korea Vakum Tanpa Alasan'.

Angin pagi meniup lembaran tabloid hingga terbuka di halaman yang memuat berita tentang idol group itu: Super Junior. Memang, vakumnya idol group yang baru saja bersinar di dunia K-POP itu sedikit aneh karena tidak ada penjelasan yang benar-benar jelas tentang vakumnya mereka. Fans-fans mereka yang disebut ELF (Everlasting Friend) juga tidak bisa lagi melacak keberadaan para personel Super Junior di jejaring sosial, padahal biasanya mereka sangat aktif di sana, hiperaktif malah. Mereka seolah-olah menghilang.

Padahal, mereka ada di tempat yang tidak disangka-sangka oleh para ELF.

Siapa sangka, loper koran yang tadi melemparkan tabloid remaja itu ke rumah pelanggannya adalah personel termuda Super Junior?


"Hyung[1], kalian sudah siap?" Kyuhyun, personel termuda yang tadi kita bicarakan, 'mengomando' kakak-kakaknya untuk siap-siap bekerja.

"Kenapa kau selalu terdengar seperti leader, baik saat masih di dorm ataupun saat ini? Sadarlah, aku ini leader yang sebenarnya!" kata sang 'ayah', Leeteuk (berhubung dia yang tertua, dialah yang berlaku sebagai ayah bagi member-member lain).

"Kau terdengar semakin tua saja, Jungsoo." Magnae[2] paling evil di seluruh dunia itu menghina leadernya yang sudah menyayanginya dengan sepenuh hati. Leeteuk benar-benar kesal dengan tingkah adik kecilnya itu, tetapi hanya bisa mendesah dan berkata, "Terserah kau saja."

"Sarapan sudah siap!" Ryeowook masuk ke dalam rumah (gubuk, sebenarnya) setelah memasak di rumah tetangganya (rumah mereka tidak ada dapurnya, juga tidak ada kamar mandinya, jadi segalanya serba pinjam tetangga), "Maaf ya, hanya ini yang ada... Leeteuk-hyung, kau saja yang membagi jatah sarapan hari ini."

Di atas piring yang dibawa Ryeowook, hanya ada 3 potong tempe, 3 potong tahu, dan sepotong ikan asin. Dia juga membawa satu bakul kecil nasi pemberian tetangga. Tentu saja ini adalah beban bagi Leeteuk: bisakah ia membagi makanan sejumlah itu untuk 13 orang? Dan lagi, pekerjaan mereka juga tidak ringan. Kasihan 'kan kalau mereka tidak kuat bekerja karena kurang makan?

Akhirnya, Leeteuk membagi makanan itu menjadi 12 porsi yang, sebenarnya, sangat tidak memadai, tetapi apa boleh buat? Makanan yang ada hanya itu.

"Kenapa cuma dibagi 12? Kita 'kan ber-13, hyung." tanya Kibum. Leeteuk tersenyum. "Kalian saja yang makan."

"Apa? Kau tidak makan?" tanya Kangin, yang dijawab dengan gelengan oleh sang leader, "Kalau begitu, aku juga tidak usah. Pekerjaanku tidak terlalu berat, kok."

Leeteuk dan Kangin adalah penjual bak karet keliling.

"Kalau begitu, aku saja yang makan jatahnya Kangin-hyung. Aku 'kan kerja dua kali lipat dari kalian semua." kata Kyuhyun santai, sudah siap untuk makan (selain loper koran di pagi hari, Kyuhyun juga bekerja sebagai tukang parkir di sebuah kantor). Eunhyuk langsung memukul kepala Kyuhyun dengan handuk. Sang main dancer memang selalu membawa handuk kecil selama bekerja sebagai kernet angkot. "Jangan, hyung. Kalian berdua 'kan harus berkeliling." katanya. Terselip sedikit nada kepuasan dalam suara Eunhyuk karena berhasil memukul orang yang biasa menyiksanya.

"Benar. Kita semua harus makan. Kalau ada satu dari kita yang tidak makan, maka tidak akan ada yang makan." Siwon menguatkan apa yang dikatakan oleh Eunhyuk. Kyuhyun sedikit khawatir karena kalimat Siwon itu, tapi beruntung, akhirnya semua orang di rumah kecil itu tetap sarapan. Hanya terdengar canda dari 13 orang sahabat... bukan, 13 bersaudara itu, walaupun mereka berada di tengah kekejaman Kota Jakarta.

Sebelum berangkat kerja, para pemuda tampan yang sudah tidak begitu kelihatan tampan ini (karena polusi Jakarta menutup cahaya mereka) melakukan kebiasaan yang sudah ada sejak mereka masih sering naik panggung: berdoa bersama-sama untuk hari yang lebih baik dari kemarin—juga kebersamaan yang abadi di dalam suka dan duka.

"Fighting!"


*Flashback*

Super Junior adalah idol group yang baru saja naik daun di Korea, beranggotakan 13 laki-laki muda tampan dengan talenta yang luar biasa. Mereka selalu terlihat bersemangat dan menyenangkan di manapun mereka berada, tapi hari ini mereka berbeda. Ada kesedihan tersirat di mata mereka.

"Aku benar-benar tegang." kata salah satu member, Shindong. Dia selalu berusaha memperbaiki suasana hati member lain, tapi kali ini tidak berhasil. Para member seperti sudah tidak punya harapan hidup lagi. (#eeaaa)

"Jadi, seperti ini kita akan berakhir? Tidak ada Super Junior lagi?" Kangin angkat bicara. Kata-katanya semakin membuat member lain down. Eunhyuk dan Ryeowook sudah mulai tidak kuat menahan air mata. "Bukankah...kita baru saja memulai karir? Kenapa sudah..." Si kecil Ryeowook berucap lemah, tak bisa tuntas kalimatnya.

"Yakk, malhajjima[3]. Selama masih ada ELF, Super Junior tidak akan berakhir. Kangin-hyung ingat janji itu 'kan?" Siwon mencoba menenangkan suasana. Member lain hanya menghela nafas. Mungkin itu benar, tapi jika para idola muda ini vakum tanpa batas waktu yang ditentukan, apakah ELF masih mau menunggu dalam ketidakpastian? Pikiran-pikiran ini yang mengganggu mereka.

Sebenarnya, Super Junior tidak divakumkan. Management mereka menghentikan segala aktivitas mereka sebagai Super Junior, baik sub-grup maupun inti. SM Entertainment yang 'membesarkan' Super Junior merasa akan kalah pamor dengan kepopuleran SuJu di masa depan. Selama ini, tidak pernah ada idola di bawah naungan SM yang begitu meledak, bahkan para fans Super Junior ada yang membentuk project 'Protect 13' saat SM akan menambah personel SuJu, di mana para fans yang terlibat dalam project itu sampai bisa membeli saham SM dari uang yang mereka kumpulkan. Ini kenapa SM merasa bahwa SuJu akan membahayakan eksistensi agensi dan memutuskan untuk menghentikan Super Junior. Hari itu, SM membuat sebuah konferensi pers dengan agenda vakumnya SuJu untuk sementara. Ini dilakukan untuk menghindari amukan ELF karena diberhentikannya SuJu sekaligus menjaga nama baik SM. ELF tidak tahu kalau mereka sebenarnya dibohongi.

"Kajja[4], kita kembali ke dorm. Kalian pasti lelah setelah konferensi pers ini." kata sang leader, Leeteuk. Dia berusaha bersikap setegar mungkin untuk menutupi perasaan sakitnya. Dia tidak mau member lain makin sedih melihatnya.

Mereka beranjak dengan lesu dan kembali ke dorm.


"Jinjja[5]? Mereka minta kita untuk membayar?" kata Donghae kaget. Leeteuk baru saja kembali dari kantor SM membawa berita buruk. Para personil diminta mengembalikan uang yang telah dikeluarkan SM untuk SuJu selama trainee dan sesudah debut.

"Aigoo[6], sebanyak itu? Dari mana kita mendapatkan uang sebanyak itu? Kita sudah dinonaktifkan dan sudah tidak ada pemasukan lagi." Yesung mulai putus asa.

"Sebenarnya aku sangat ingin membantu kalian, tapi semenjak aku dinonaktifkan, ayahku marah dan memblokir rekeningku. Aku masih memiliki beberapa won uang cash tapi itu sama sekali tidak cukup." Siwon, tuan muda kita ini ternyata sudah kehilangan gelarnya. Ayahnya marah karena dulu dia lebih memilih untuk menjadi penyanyi dibanding menjadi penerus perusahaan keluarga dan sekarang malah dinonaktifkan.

"Karena kita semua tidak ada yang bisa membayar, satu-satunya solusi adalah...kita harus lari." Heechul dengan santai mengeluarkan pendapatnya, wajahnya tanpa dosa. Para member seketika ber-'mwo?[7]' ria dengan tampang seperti ikan kehabisan air (bayangin Donghae).

"Itu ide yang bagus, hyung. Dengan begitu, kita tidak perlu susah-susah mencari uang untuk membayar denda." Kyuhyun dengan wajah bersemangat menyetujui usulan hyungnya. Ini membuat member lain ber-gubrak-an ke sana kemari. Dasar adik kecil yang tidak pernah pikir panjang.

"Neo pabboya[8]? Kita akan menjadi buronan tingkat nasional kalau kita lari." Kangin menjawab, setengah berteriak.

"Geunde[9], kupikir itu bagus juga. Bukan bermaksud lari dari tanggung jawab, kita hanya perlu sedikit waktu untuk berpikir bagaimana menyelesaikan masalah ini. Lagipula, kita tetap tidak bisa membayar 'kan kalau kita di sini?" Leeteuk berkata penuh wibawa. Ini mungkin bukan contoh penyelesaian seorang leader yang baik, tapi cukup masuk akal.

"Kita anggap kau benar. Sekarang kita akan pergi ke mana? Kita tidak mungkin tetap di Korea, SM akan mudah menemukan kita. Di China dan Jepang juga susah karena SM akan meminta agensi kita di sana untuk membantunya. Ke mana kita harus lari?" kata Sungmin. Hening. Mereka sepertinya juga bingung akan pergi ke mana. Mereka harus lari ke tempat yang tidak ada SM dan tidak bisa diduga oleh SM. Tempat yang belum pernah mereka datangi, tetapi aman dan tidak banyak konflik dalam negara itu. Susah juga mencari tempat yang memenuhi semua kriteria itu.

Akhirnya... Ryeowook angkat bicara.

"Ada sebuah negara...yang aku sendiri tidak begitu tahu di mana. Negeri itu pernah kulihat di sebuah drama, 'Memories in Bali', dan negeri itu kelihatannya cukup memenuhi syarat. SM juga tak pernah mengadakan show di sana."

"Benarkah? Apa negara yang kau maksud adalah 'Bali' itu?" tanya Heechul.

"Bukan, bukan. Bali hanya sebuah pulau di negeri itu... Indonesia."


Mereka telah mendarat di Indonesia dan sekarang berada di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Biasanya, kalau baru turun dari pesawat, mereka akan langsung disambut dengan kerumunan ELF dan 2 van yang akan membawa mereka ke hotel, tapi kini mereka bukan sedang menjadi superstar yang menggelar konser di tempat asing ini. Mereka buronan SM. Sekarang, mau tidak mau, mereka harus mencari tempat beristirahat sendiri. Selain itu, mereka tidak tiba di Bali. Mereka di Jakarta, sebuah tempat yang sama sekali asing bagi mereka. Menjelajahi kota ini tanpa tujuan bukan perkara yang mudah, tetapi mereka yakin para penagih hutang itu tidak akan menemukan mereka di sana.

"Hyung, bisakah kita istirahat sebentar di sini? Badanku mulai lemas." Si magnae Kyuhyun terlihat pucat karena kelelahan (pada saat ini, Kyuhyun belum terlalu lama keluar dari rumah sakit setelah kecelakaan yang menyebabkan paru-parunya rusak). Akhirnya, mereka beristirahat di bawah jembatan. Setelah Kyuhyun merasa kuat, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Hari semakin gelap ketika mereka sampai di sebuah kampung di bantaran Kali Kamal.

"Hyung, sepertinya rumah itu kosong. Bagaimana kalau kita istirahat di sana saja, aku sudah benar-benar lelah." Donghae yang wajahnya sudah kusut menunjuk sebuah gubuk bambu.

"Baiklah, kita akan istirahat di sini malam ini. Kajja." Leeteuk dan member lain akhirnya beristirahat di rumah gubuk itu. Mungkin tidak pernah terlintas di benak mereka untuk tinggal di tempat seperti ini, tapi bagaimanapun, asalkan mereka tetap bersama, apapun bisa mereka hadapi.


"Huaa, siapa kalian?!" Seorang wanita kaget setengah mati mendapati 13 anak muda tidur di gubuk milik mendiang ayahnya. Gubuk itu memang kosong, tapi rumah ini diamanatkan untuk selalu dirawat dengan baik.

Leeteuk gelagapan bangun dari tidurnya dan segera meminta maaf. "Joseungeyo ahjumma, joseungeyo jeongmal joseungeyo[10]." Leeteuk lupa kalau dia masih menggunakan bahasa Korea, yang tentu saja tidak dimengerti oleh si ibu. Leeteuk langsung panik dan mencari tasnya. Untung, dia membawa kamus Hangguk-Indonesia sebagai persiapan. Dengan bahasa Indonesia yang belepotan, dia mencoba bicara dengan si ibu.

"M-m-mmaaff, kami tempat tinggal tidak punya. Bolehkan kami di sini tinggal?" Leeteuk berbicara dengan bahasa Indonesia, tetapi tetap menggunakan susunan kalimat Korea.

"Dari luar Jakarta?" Si ibu bertanya. Leeteuk membolak-balik kamusnya dan menjawab dengan anggukan.

"Kalian nggak ada rumah atau saudara di sini?" Leeteuk hanya menggeleng lemah—karena tidak sepenuhnya mengerti pertanyaan ibu itu.

"Haahh, ya sudah. Kalian bisa tinggal di sini, tapi nanti dibersihkan, ya?" kata ibu itu pasrah. Dia iba melihat 13 orang yang terlihat begitu tidak terurus itu.

"Kamsahamnida, jeongmal kamsahamnida[11]. Ehh, terima kasih." Leeteuk langsung membungkuk dan menjabat tangan si ibu. Ibu itu meninggalkan mereka dengan perasaan bertanya-tanya. Mereka terlihat seperti bukan orang Indonesia. Bagaimana mereka sampai di tempat kumuh ini? Dunia memang aneh.

Tidak lama, para member SuJu sudah mampu bergaul dengan warga sekitar, walaupun dengan bahasa Indonesia sebisanya. Para warga sangat senang dengan keramahan dan kesopanan mereka. Warga tidak segan membantu mereka mencari pekerjaan dan memberi mereka makanan. Tak ada yang tahu bahwa mereka kelak menjadi idola banyak orang di muka bumi ini.

*Flashback End*


Nah, sampai di sini dulu chapter 1, maaf ya kalau saya nambahin banyak footnote yang sebenarnya nggak perlu, berhubung saya sendiri juga nggak pinter bahasa Korea...


[1] Korea: kakak laki-laki (kalau yang memanggil laki-laki)

[2] Korea: personel paling muda

[3] Korea: jangan katakan itu

[4] Korea: ayo

[5] Korea: sungguh?

[6] Korea: kata ini digunakan untuk mengungkapkan keterkejutan

[7] Korea: apa?

[8] Korea: kau bodoh?

[9] Korea: jadi

[10] Korea: Maaf bibi, saya sangat minta maaf

[11] Korea: terima kasih, terima kasih banyak